28. Meledak

9.6K 466 10
                                    

Satu bulan berlalu, untung saja kejadian prom night tidak berbuntut terlalu banyak. Hanya saja, rasa percaya diri Isha semakin menurun. Ia jadi lebih sering di rumah, di kamar lebih tepatnya.

Isha hanya keluar jika kursus di tempat ibunya Eza, membuat pesanan cake nya dan sesekali ke rumah Arsen jika lelaki itu memintanya atau mengajaknya pergi kemudian mampir.

Kejadian demi kejadian yang ada membuat Isha banyak berubah. Ia sama sekali belum pernah marah, bahkan menangis saja sepertinya sudah tidak pernah. Isha merasa sudah bosan dengan segala macam rasa sakit yang menghampirinya.

Ia, seperti sudah terbiasa dengan luka.

Entah terbiasa, atau belum meledak.

Isha sedang membantu ibunya menyiram tanaman di halaman, ia hanya datang ke kursus seminggu tiga kali. Selain itu, ia hanya di rumah untuk membuat pesanan yang silih berganti terus datang dan membantu ibunya.

Saat akan menggulung selang, tiba-tiba Isha melihat Arsen berjalan bersama seorang gadis. Gadis itu adalah Lyra.

"Ada apa?" tanya Isha.

"Lyra mau ngomong sama lo, Sha" sahut Arsen.

Isha kemudian menatap Lyra, "Gimana Ra?" tanya Isha sembari menatap Lyra.

"Gue disuruh Arsen buat minta maaf sama lo" ucap Lyra.

Mendengar ucapan Lyra, Isha mengerutkan keningnya heran. "Kenapa minta maaf? Lo bikin salah apa sama gue?"

"Dia orang yang sengaja tunjukin video lo pas prom night" jelas Arsen.

Raut wajah Isha mendadak menjadi dingin, tanpa ekspresi dan menatap Lyra dengan malas. "Oh, ternyata lo. Biar apa lo kayak gitu?"

"Ya gue kan bercanda Sha" ucap Lyra dengan sedikit sewot.

Isha tersenyum sinis mendengar ucapan Lyra, "Kalau yang ketawa cuman lo, bukan bercanda namanya"

"Gue kan nggak tau kalau lo bakal kayak gitu. Maafin aja sih, susah amat. Lagian kalau bukan Arsen yang minta, gue juga ogah minta maaf sama lo. Lagian yang gue putar itu asli kok, bukan rekayasa"

"Lyra!" ucap Arsen sembari menatap Lyra dengan tatapan tidak suka.

"Lyra, dengerin gue. Gue nggak butuh ucapan maaf lo yang cuman karena disuruh Arsen itu. Gue nggak butuh!"

"Cih, sok jual mahal banget" cibir Lyra.

Isha yang sejak tadi menahan diri agar tidak meledak, akhirnya batas toleransinya seakan dikikis habis-habisan oleh Lyra.

"Cukup. Kalau lo kesini dengan penyesalan, gue bisa aja ngertiin dan terima. Tapi, lo bener-bener nggak punya malu Ra" ucap Isha dengan suara lantang.

"Gue udah minta maaf ya, lo aja yang terlalu baper"

"Berhenti sembunyi dibalik kata baper! Lo pikir lucu? Gue dikatain sama seluruh orang yang ada di gedung, semua orang lihat gue dengan tatapan menjijikkan. Bahkan ada yang dengan terang-terangan godain gue seolah gue pelacur" teriak Isha.

Nafasnya naik turun tidak teratur, Arsen yang sebelumnya hendak melerai memilih untuk diam. Sedangkan Lyra wajahnya sudah sangat pucat. Ia tak menyangka Isha bisa semeledak ini.

"Itu yang lo bilang lucu? Selucu itu harga diri orang lain di mata lo?"

Isha menatap Lyra dengan tatapan menuntut, Isha menuntut jawaban dari Lyra. Sedangkan Lyra hanya diam saja. Namun percayalah, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan penyesalan sama sekali.

Bertaut [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang