12. Yakin kuliah?

7.7K 422 6
                                    

Malam ini bintang tampak bertaburan di langit, menambah keindahan suasana saat ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malam ini bintang tampak bertaburan di langit, menambah keindahan suasana saat ini. Dan kebetulan Isha dan seluruh isi rumahnya sedang makan malam bersama.

"Ibu di rumah nggak bosan kan?" tanya Vano.

Ibunya mengelengkan kepalanya sembari tersenyum, "Nggak kok bang, ibu juga mulai berteman sama ibu-ibu sekitar"

"Baguslah bu, pokoknya ibu jangan sampai kecapekan dan stress ya"

"Iya bang, kamu juga jangan kecapekan ya"

"Iya bu"

Begitulah percakapan antara anak sulung yang mulai jadi tulang punggung. Isha merasa bosan karena sejak tadi ia hanya diam, tidak berbicara maupun diajak bicara. Hal seperti ini sudah biasa terjadi.

Ia hanya akan diajak bicara ketika sudah selesai makan, yaitu disuruh mencuci piring.

Namun, Isha tiba-tiba teringat dengan rencananya untuk kuliah.

"Ibu" panggil Isha.

Ibunya menatap Isha dengan sisa senyum bangganya saat menatap Vano sebelumnya.

"Gimana kak?"

"Hmm, Isha pengen kuliah bu"

"Kamu yakin mau kuliah?" tanya ibunya meyakinkan Isha.

Isha menganggukkan kepalanya dengan mantap. "Kemarin Isha udah konsultasi sama wali kelas, katanya Isha bisa masuk kampus negeri asal mau berusaha keras. Dan kemarin nilai Isha banyak yang naik"

"Kuliah bukan hal yang cuman kamu lakukan setahun dua tahun loh, dek" timpal Vano.

Isha menghela nafas panjang. "Iya gue tau bang. Lagipula gue udah punya tabungan yang cukup untuk kuliah sampai lulus, lo tenang aja"

Ibunya Isha memegang tangan anak gadis satu-satunya itu, kemudian menatap Isha dengan lekat. "Dipikirin lagi kak, jangan sampai kamu menyesal ambil keputusan. Kamu lihat abangmu kan? Dia aja harus belajar sampai kayak gitu, apalagi kamu?"

"Memangnya Isha kenapa bu? Isha juga bisa belajar kok"

"Bukan gitu kak, ibu cuman nggak mau kamu kesulitan"

Isha tersenyum pahit sembari menatap ibunya, "Isha emang nggak sepintar abang bu, Isha bodoh dan Isha faham. Tapi bisa nggak sih ibu kasih kepercayaan sedikit aja buat Isha? Isha cuman butuh kepercayaan, biaya juga udah beres kok, Isha bisa cari uang sendiri"

"Yaudah terserah kamu ajalah kak" ucap ibunya pasrah.

Isha tersenyum pahit menatap ibunya yang mulai memalingkan pandangannya dari Isha, "Harusnya dari awal ibu bilang terserah aja, nggak perlu bandingin aku sama abang" ucap Isha kemudian segera membereskan meja makan dan segera pergi dari meja makan.

Suasana makan malam yang harusnya hangat, menjadi terasa menyesakkan dada.

Entah kenapa, malam ini Isha tidak bisa menahan emosinya ketika dibandingkan dengan abangnya. Biasanya dia hanya diam atau mengalihkan pembicaraan kemudian keluar dari rumah. Namun malam ini, ia merasa sangat sakit hati.

Bertaut [END]Where stories live. Discover now