23. Gue nggak suka!

8.1K 460 5
                                    

Untung saja Isha bisa langsung pulang setelah menunggu infusnya habis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untung saja Isha bisa langsung pulang setelah menunggu infusnya habis. Kata dokter, Isha hanya kecapekan, syok dan kedinginan saja.

Isha sudah di depan rumahnya, tentu di antar oleh Eza dengan selamat.

"Makasih ya kak, gue nggak bisa bayangin kalau nggak ada lo" ucap Isha.

Eza tersenyum, "Iya sama-sama. Jangan kecapekan lagi ya"

Isha menganggukkan kepalanya, "Pasti kak. Gue nih yang nggak enak, lo jadi harus beliin gue baju" ucap Isha.

"Nggak papa, asal lo jangan mikir aneh-aneh. Yang ganti baju lo tadi perawat RS, bukan gue" canda Eza.

"Iya iya kak, kan gue syok tadi gara-gara pas bangun udah ganti aja baju gue"

Eza mengacak rambut Isha perlahan, "Iya lo nggak salah kok"

"Hehe, sekali lagi makasih banyak ya, kak"

Eza mencubit pipi Isha perlahan, "Iya Isha, jangan makasih terus. Bosen gue dengernya"

Saat mencubit pipi Isha, Eza menyadari bahwa pipi Isha masih dingin.

Eza memegang kedua pipi Isha, kemudian menggusap pipi Isha dengan ibu jarinya. "Buruan masuk, lo masih kedinginan" ucap Eza.

Setelahnya, Eza melepas jaketnya kemudian memakaikan kepada Isha "Nih biar hangat"

"Kak Eza, gue kan udah di depan rumah"

"Emang kalau di depan rumah jadi nggak kedinginan? Nggak kan?"

Isha menghela nafasnya, namun wajahnya tersenyum mendengar kilahan Eza itu, "Iya deh suka-suka lo aja kak"

"Yaudah gue langsung pulang aja ya, udah malam. Titip salam aja buat ibu lo"

Isha menganggukkan kepalanya, sedangkan Eza segera masuk kedalam mobilnya kemudian pergi dari depan rumah Isha.

Saat akan masuk ke rumahnya, tiba-tiba ada yang menahan tangan Isha.

"Clarissha!" ucap Arsen saat Isha menarik tangannya saat Arsen menahannya.

"Kenapa?"

"Kenapa pulang malam? Dan, udah ganti baju?" ucap Arsen yang baru menyadari bahwa Isha sudah tidak menggunakan seragam sekolahnya, dan tampak membawa paper bag yang terlihat berisi seragamnya.

"Bukan urusan lo"

"Kenapa di anter Eza?"

"Karena gue nggak punya kendaraan dan nggak ada yang mau jemput gue" sindir Isha.

"Gue bilang naik bis, kan?"

Isha menatap Arsen dengan tajam, "Gue udah bilang kan, gue pengen di jemput tadi"

"Gue minta hari ini terakhir lo pulang naik bis, setelah ini gue anter kemanapun lo mau Sha" jelas Arsen dengan frustasi. Baru kali ini Isha menatapnya dengan begitu tajam.

Bertaut [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang