Bagian 36

33.1K 1.6K 20
                                    

!!! SELAMAT MEMBACA !!!


Pagi hari pun tiba tepat pada jam 05:00 gadis itu terbangun dari tidurnya. Dia merasakan sesuatu masih menempel pada bagian dadanya. Ayriszya baru sadar, ternyata Granat masih pada posisi tersebut. Walaupun sudah tertidur, pria itu tidak henti-hentinya melakukan aksinya pada bagian tubuh Ayriszya.

"Mmm ... Sampai tidur lagi."

Ayriszya kembali mengelus kepala suaminya. Di cuaca pagi yang begitu dingin membuat gadis itu malah nyaman dengan perlakuan Granat.

"Azer, bangun! Tanganku kebas gara-gara tidur miring."

Gadis itu sedikit menepuk wajah Granat. Namun, pria itu sama sekali tidak ada tanda-tanda untuk bangun. Ayriszya kaget, saat tangan Granat merangkul pinggangnya dengan sangat erat.

"Dingin, sayang!" lirih Granat. "Kita ke kampus kan, Ay?"

"Iya ... Makanya aku suruh bangun biar kita siap-siap." ujar Ayriszya. "Tapi yang bangun malah yang lain." lanjutnya.

"Ay, jangan mancing ya." ucap Granat memberikan peringatan.

Saat Ayriszya hendak beranjak. Tiba-tiba Granat kembali merangkul pinggangnya.

"Mau lagi, sayang!"

"Udah jam setengah enam, Azer."

"Ay ... Boleh ya."

Gadis itu menghembuskan nafasnya dengan perlahan. "Lima menit lagi ya."

"Kok lima menit. Setengah jam!" pinta Granat.

"Udah berjam-jam, Azer! Masak masih mau lagi."

"Ay!" lirih Granat.

"Ya udah deh!" gadis itu pasrah.

Ayriszya terus memandangi langit-langit ruangan. Sedangkan Granat masih tetap fokus pada tubuh wanita itu.

"Jangan pergi, Ay! Saya masih menginginkan ini." ucap Granat saat wanita itu hendak beranjak.

Ayriszya mengurungkan niatnya untuk segera bersiap-siap. Ia membiarkan Granat pada posisi seperti itu. Wanita itu sama sekali tidak melarang perlakuan Granat kepadanya. Selagi pria itu tidak melakukan hal-hal yang lebih.

Jam menunjukkan pukul 07:00, Ayriszya sudah tidak mau lagi menuruti permintaan Granat. Jika ia terus membiarkan Granat seperti itu, Ayriszya akan telat pergi ke kampus.

"Aku mau mandi dulu! Nanti malah telat lagi."

Ayriszya segera beranjak dari atas ranjang. Ia pun langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah keduanya selesai sarapan pagi. Granat langsung berdiri dan memeluk Ayriszya dari belakang.

"Ay! Saya, mau lagi ... Boleh ya." ucap Granat.

"Gak, Azer! Kamu jangan aneh-aneh deh! Bentar lagi kita ke kampus." ujar Ayriszya.

Pria itu hanya pasrah saja. Mereka langsung bergegas pergi menuju kampus.

Setelah hampir setengah jam di Pejaten, akhirnya mereka sampai di sana. Granat membawa Ayriszya kedalam ruangan, ia langsung mengunci pintu itu.

"Azer! Ngapain di kunci. Jangan bilang kamu."

"Saya mau kamu, Ay! Kamu tidak kasian dengan saya."

"Azer!" lirih Ayriszya. "Udah, ya! Aku mau masuk dulu."

Saat gadis itu hendak melangkah pergi, Granat segera memeluk istrinya. Ia tidak membiarkan Ayriszya pergi, apalagi jam masuk masih lama.

"Lepasin, Azer!" ucap Ayriszya.

Grana sama sekali tidak perduli dengan ocehan gadis itu. Bahkan sekarang ia menenggelamkan wajahnya di leher jenjang Ayriszya.

Cup!

Sekilas pria itu mengecup leher istrinya, ia benar-benar candu dengan wangi tubuh gadis itu.

"Jangan ganti parfum ya, sayang! Saya, suka wanginya."

"Lepasin aku, Azer!"

"Kenapa sih, Ay! Saya cuma mau peluk kamu." ucap Granat. "Kamu tidak suka?" tanyanya.

"Bukannya gak suka tapi lepas dulu. Jangan berdiri gini, kita duduk aja."

"Gak mau, Ay! Pasti kamu mau lari kan."

"Serius, Azer! Aku gak akan bohong sama kamu."

Granat melepaskan pelukannya pada tubuh Ayriszya. Namun ia sangat erat menggenggam tangan wanita itu.

"Gak bisa lari!" ucap Granat tersenyum lebar.

Ayriszya memutar bola mata malas melihat kelakuan Granat. Ia sama sekali tidak ada niat untuk lari dari pria itu.

"Lepasin tangan aku, Azer! Aku gak akan lari."

"Saya, gak percaya, Ay! Kamu pasti bohong ... Kamu kan selalu seperti itu, kalau udah ketauan pasti langsung lari dari saya."

Ayriszya mengembuskan nafasnya dengan perlahan. Ia menatap pria itu dengan sangat lekat.

"Gimana aku mau lari coba ... Pintu aja terkunci, mana sempat aku larinya."

Sejenak Granat berpikir untuk mencerna kata-kata yang di ucapkan oleh istrinya. Lalu ia pun kembali menatap wajah Ayriszya dan melepaskan wanita itu.

Ayriszya segera merangkul lengan Granat. Ia membawa suaminya untuk duduk di sofa.

"Duduk sini." ajak Ayriszya.

Setelah Granat duduk, ia pun membawa suaminya ke dalam pelukannya. Gadis itu mengelus-elus kepala Granat dengan sangat lembut.

"Jadi malas masuk, Ay!"

"Gak boleh dong ... Kamu harus masuk."

"Saya lagi pengen sama kamu terus. Saya tidak pernah masuk ya."

"Aku kan udah bilang gak boleh. Kamu harus tetap masuk."

"Tapi, sayang."

"Azer!" lirih Ayriszya.

Pria itu terdiam, dia tidak bisa melawan ucapan dari istrinya.

Saat mereka sedang dalam posisi tersebut, tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu dari luar ruangan.

Tok! Tok! Tok!

Ayriszya segera melepaskan pelukannya pada tubuh suaminya. Ia tidak mau, jika ada orang yang akan melihat kejadian itu. Terlebih lagi jika yang masuk adalah dosen.

Ayriszya langsung duduk rapi di sofa. Sedangkan Granat beranjak dari tempat duduknya menuju ke depan untuk membuka pintu.

Ceklek!

"Pak, ini ada berkas." sekilas dosen itu melihat Ayriszya.

"Pak!" sapa Ayriszya tersenyum manis.

"Eh, ada Pengantin baru!" goda dosen tersebut.

"Bapak, bisa aja." ujar Granat.

Setelah meraih berkas tersebut. Granat kembali menutup pintu. Melihat Granat sedang menyiapkan barang-barang, Ayriszya beranjak dari tempat duduk untuk membantu pria itu.

Setelah semuanya siap, Ayriszya dan Granat masuk ke dalam ruangan untuk melakukan kewajiban mereka masing-masing.

- BERSAMBUNG -

Istriku Seorang Mahasiswi | [TERBIT CETAK]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon