Bagian 16

38.8K 2.2K 79
                                    

!!! SELAMAT MEMBACA !!!

Jam menunjukkan pukul 09:00 pagi menjelang siang. Ketiga gadis itu langsung keluar dari dalam perpustakaan karena mereka akan segera masuk.

"Masuk, yuk. Ini udah jam nya pacar, Zya." ucap Kayra.

Ayriszya memutar bola mata malas, dia sama sekali tidak terlalu bangga dengan gelar tersebut. Ketiganya langsung beranjak dari tempat duduk sebelum dosen itu masuk.

Sesampainya di ruangan, mereka bertiga kaget karena dosen muda itu sudah ada didalam ruangan. Ketiga wanita itu saling memandang satu sama lain. Kemudian kembali menoleh kearah Granat.

Sebelum ketiga gadis itu masuk ke dalam ruangan, Granat lebih dulu menghampiri mahasiswinya ke depan pintu.

"Kalian dari mana saja?" tanyanya.

"Mmm ... Dari perpustakaan pak." jawab Chika.

"Kenapa baru masuk sekarang?"

Ketiga gadis itu menundukkan kepalanya. Mereka tidak berani menatap wajah Granat yang sangar itu.

"Jam bapak kan baru di mulai." jawab Kayra dengan berani.

"Apa kalian tidak lihat hp masing-masing. Dosen lain kan ada urusan jadi saya langsung mengambil mata kuliah di jam ini."

Chika, Kayra, dan Ayriszya langsung memeriksa ponsel mereka masing-masing. Dan benar saja, di Group WhatsApp ada percakapan yang mereka lewatkan.

"Maaf, pak! Tadi kami gak sempat lihat hp." ucap Ayriszya.

"Enggak sempat karena kalian ngomongin orang kan." ujar Granat. "Kalian bertiga sia-sia datang ke sini. Saya, sudah absen dan sebentar lagi saya juga keluar."

"Pak, gak ada dispensasi gitu. Kan kita baru sekali telat sama bapak." ucap Chika yang kini menatap Granat dengan penuh harap.

"Tidak!" singkat padat jelas. Itu lah kata yang dilontarkan oleh dosen muda tersebut. "Karena kalian telat ... Saya, akan kasih tugas buat kalian."

"Loh, kok gitu sih pak." gumam Kayra.

"Kenapa? Kamu tidak suka? Mau saya tambah hukumannya?"

"Jangan!" ucap ketiga gadis itu.

Sementara di dalam ruangan, semua orang menatap kearah mahasiswi yang sedang mengobrol dengan Granat di depan pintu.

"Masing-masing dari kalian buat 5 laporan dengan judul yang berbeda-beda."

"Satu orang 5 judul pak?" tanya Kayra. "Gak kebanyakan?"

"Ooowh ... Kamu, suka buat laporan? Mau saya tambah?"

"Enggak pak, saya kan cuma nanya." ujar gadis itu.

"Tapi adil kan pak?" tanya Chika.

"Adil? Maksud kamu?" tanya Granat. "Tolong kalau ngomong itu yang jelas."

Chika menghembuskan nafasnya dengan pelan. "Saya 5, Kayra 5 ... Zya, harus 5 juga dong pak. Jangan mentang-mentang bapak sama Zya itu pac-"

"Aw!" lirihnya setelah ia merasa kakinya yang di injak oleh seseorang dan pelakunya adalah Ayriszya.

"Zya, lo apaan sih injak-injak kaki gue. Sakit tau."

Ayriszya menatap sinis kearah Chika. Dia tidak mau jika semua orang akan mengetahui dirinya dan Granat sedang menjalin hubungan. Sedangkan Granat bingung dengan sikap gadis-gadis yang ada didepannya itu.

"Terima ajalah dari pada di tambah." ucap Kayra mulai pasrah.

"Ikut, saya." ucap Granat membawa gadis-gadis itu sedikit menjauh dari arah pintu.

"Kamu dan kamu, langsung masuk ke dalam " perintah Granat kepada Chika dan Kayra.

Tanpa menunggu lama-lama lagi kedua gadis itu langsung meninggalkan Ayriszya bersama dosen mereka.

"Nanti kamu ke ruangan, saya."

"Ngapain?"

"Jangan membantah atau saya cium kamu di tempat ini."

Ayriszya berdecak kesal tanpa disuruh masuk dia langsung menyusul Chika dan Kayra kedalam ruangan kuliah tersebut. Granat pun segera masuk untuk melanjutkan aktivitasnya sebagai seorang dosen.

Beberapa menit kemudian, Granat keluar dari ruangan karena jam nya sudah selesai. Tidak lupa juga ia mengingatkan kepada ketiga gadis yang telat tadi untuk mengerjakan tugas yang Granat berikan.

"Ayriszya, Chika, Kayra. Jangan lupa sama tugas kalian tadi." ucapnya. "Semuanya, saya permisi."

Para mahasiswa dan mahasiswi sudah keluar ruangan. Tapi tidak dengan ketiga gadis itu, mereka malah melanjutkan obrolan yang di perpustakaan tadi.

"Gila tuh pacar, lo. Kasih tugas gak ngotak." ucap Kayra.

"Sssst ... Pelan-pelan dong ngomong nya. Nanti malah ada yang denger."

"Zya!" panggil seseorang menghampirinya.

Dia adalah Zakir, laki-laki yang memiliki perasaan kepada Ayriszya namun belum berani mengungkapkannya.

"Iya, kenapa Zak?"

"Jalan yuk ... Mata kuliah kita kan udah gak ada."

Ayriszya tersenyum kecil. "Gak bisa, Zak! Gue harus ngerjain tugas dulu. Kita di hukum sama pak, Granat."

"Gak apa-apa ... Kita jalan aja, nanti gua yang kerjain tugas lo."

"Gak usah jadi sok pahlawan deh, lo. Zya, gak akan luluh." ucap seseorang yang sedang duduk tidak jauh dari mereka. Rangga namanya, dia adalah teman dari Zakir.

Mereka semua mengabaikan perkataan laki-laki itu. Zakir berdecak kesal, karena ulah temannya tersebut.

"Gimana, Zya?" tanyanya.

"Lain kali aja, Zakir ... Makasih juga udah ditawarin." ucap Ayriszya.

"Jalan sama gue aja. Tapi lo kerjain tugas gue ya." ujar Kayra.

Zakir menghembuskan nafasnya, dia mengabaikan permintaan gadis itu dan langsung melangkahkan kakinya pergi.

"Rangga! Nongkrong yuk." ajaknya.

Pria itu langsung beranjak dari tempat duduknya dan menyusul Zakir keluar dari ruangan.

"Kenapa lo gak mau, Zya? Lumayan lo gak perlu lagi buat mikirin itu tugas." ucap Chika.

"Gue gak mau terlalu merespon, Zakir. Biar perasaannya hilang ke, gue."

"Lo sih, ada yang suka lo malah gak mau." ucap Kayra.

"Kalau ada dosen ngapain harus mahasiswa." sambung Chika.

"Apaan sih, lo." Ayriszya menepuk bahu temannya itu.

"Ya ampun ... Kalau gue jadi lo, gue pasti udah manfaatin, Zakir. Secara dia kan pinter banget, ya ... Walaupun biang onar." ujar Kayra.

"Itu lo bukan, gue." ketus Ayriszya. "Udah ah, gue mau pergi dulu."

"Tempat biasa kan." ucap Chika.

"Gue, gak mau nongkrong dulu. Kalian aja."

"Kenapa?" tanya Chika dan Kayra secara bersamaan.

"Gue, ada urusan." ucapnya yang langsung beranjak dari tempat duduk.

"Iya, kami paham kok." ucap Chika. "Iya kan, Ra." lanjutnya sambil mengedipkan mata memandang Kayra.

Ayriszya sama sekali tidak memperdulikan godaan dari teman-temannya itu. Dia langsung pergi menuju ruangan dosen, gadis itu tidak mau jika dosennya akan marah. Karena dia tau, marah Granat bukanlah seperti orang-orang melainkan menjadi ulat bulu yang tiba-tiba gatal.

- BERSAMBUNG -

Istriku Seorang Mahasiswi | [TERBIT CETAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang