Chapter 31

121 1 0
                                    

KYRA mengungkapkan jika saat ini merupakan pertemuan terakhir mereka, karena dia akan segera sekolah di tempat yang sama dengan Akalanka dan Alister menimba ilmu. Nadira sebetulnya ingin mengabaikan ocehan yang keluar dari mulut gadis itu. Namun, apalah daya.

Indranya sangat sensitif hingga membuatnya dapat menangkap setiap perkataan gadis tersebut. “Ternyata kamu punya otak juga,” cibir Nadira setelah mendengar cerita Kyra yang ternyata dinyatakan lulus tanpa jalur samping di sekolah yang diklaim sebagai sekolah terbaik.

Mungkin yang Kyra maksud sebagai pertemuan terakhir itu dikarenakan nanti jadwal besuknya akan makin sedikit, juga terbatas. Itu juga berlaku pada Akalanka dan Alister. Nadira hanya menyimak tanpa minat. Dia berpaku tangan sambil menghadap pada punggung Kyra.

“Tubuhmu ternyata lebih kurus dari yang aku bayangkan akhir-akhir ini,” kata Nadira saat mengamati lekuk tubuh bagian belakang Kyra. Padahal kemarin-kemarin, dia tahu kalau bobot badan Kyra mungkin lebih beberapa kilo dari sekarang.

Mungkin dia ikut program diet? Nadira lantas menggelengkan kepala. Jika mengingat perangai Kyra, mustahil rasanya gadis secuek Kyra akan lebih memerhatikan penampilan tubuhnya itu.

Karena enggan untuk memikirkannya, entah karena Nadira yang terlalu lama melamun hingga tak terlalu memerhatikan perkataan Kyra, tetapi ada gejolak pada nuraninya. Itu mengguncangkan jiwanya hingga bergetar.

“Loh, loh, loh, kenapa ini!” Nadira makin panik. Sebab, jiwanya melayang di udara beberapa detik sebelum akhirnya--dia merasa seperti terseret dalam gumpalan--yang menarik jiwanya untuk masuk secara paksa ke dalam raganya.

Meski Nadira ingin kembali ke dalam raganya, cara paksa seperti ini malah terasa seperti mencabik-cabik jiwanya hingga remuk. Netra Nadira yang belum sepenuhnya masuk, memandangi air muka Kyra yang tampak bisa 'melihatnya'. Nadira pun tertegun. Apalagi senyum yang tergambarkan pada wajah Kyra itu terasa ganjil.

Meski Nadira memiliki rasa tidak suka dengan Kyra, awalnya dia pun menaruh perhatian pada gadis yang mirip dengannya. Oleh karena itu, melihat ekspresi ganjil pada wajah yang menyerupai Kyra, Nadira yakin kalau orang yang ada di hadapannya ini bukanlah Kyra.

Lalu siapa dia?!

Nadira sempat melihat pergerakan dari mulutnya itu dengan samar karena jiwanya sudah masuk sepenuhnya ke dalam raganya. Gerakan mulut yang sekilas Nadira lihat itu, membuat kinerja jantungnya berpacu cepat. Padahal dia tidak dapat mengetahui perkataan orang yang 'mirip' Kyra, tetapi batinnya meyakinkan kalau-kalau kata tersebut bukanlah perkataan yang baik untuk diungkapkan padanya.

•oOo•

Nadira tidak ingat betul sudah berapa hari yang terlewati sejak dia 'tidur' lagi. Memang betul jika raga dan jiwanya telah bersatu kembali, tetapi dari segala kemungkinan yang terjadi di waktu itu, banyak hal ganjil yang masih segar di ingatannya.

Sikap Kyra yang aneh, perkataan yang entah bagaimana mampu menarik jiwanya hingga ke dalam raganya, mata Kyra yang seolah-olah dapat melihat jiwa Nadira yang terpisah membuat Nadira yakin kalau orang yang ditatapnya bukanlah Kyra. Mereka memang terlihat mirip, seperti Kyra yang mirip dengannya dan begitu pun sebaliknya. Namun, sosok Kyra yang ditemuinya kala itu memiliki bola mata yang lebih besar dan iris matanya berwarna coklat.

Jika kemungkinan Kyra dapat menggunakan lensa mata palsu, hal lain mengganjal yang membuktikan prasangka Nadira benar adalah gaya rambut yang dipakai oleh Kyra  di hari itu, jauh berbeda dengan Kyra Willa yang dikenalnya. Meski mereka baru setengah tahun lebih berkenalan, tidak pernah sekali pun Nadira melihat Kyra mengkucir rambut sebahunya.

Ah, paling-paling saat jadwal besuknya bersamaan dengan rutinitas olahraganya, Kyra pasti datang dengan kuciran asal. Namun, sosok Kyra yang masih segar dalam ingatan Nadira kala itu, dia malah menggulung rambutnya dengan rapi dan memakai susuk kayu berwarna hitam yang ditancapkan pada gelungan rambutnya.

1825 [ON HOLD]Where stories live. Discover now