Chapter 7

12 3 0
                                    

1825 : arik
(v) (kl) raih; rengkuh

DUNIA masing-masing orang berbeda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

DUNIA masing-masing orang berbeda. Dalam kehiupannya, ada momen di mana kita menantikan adanya sebuah kejutan. Namun, tiap kejutan selalu memiliki alasannya tersendiri. Ketika sebuah kejutan mendatangkan sebuah petaka, pastilah kejadian itu akan sulit dilupakan. Begitu pula dengan kejutan yang melahirkan kebahagiaan.

Letupan-letupan yang menggelitik hati, makin melebarkan senyuman yang ditampilkan. Lain halnya dengan kejadian mendadak yang bisa dibilang bagian dari kejutan itu sendiri. Meski memiliki akhir yang baik ataupun buruk, sesuatu yang mendadak bagi Kyra, selalu mendatangkan ketidaknyamanan. Apapun bentuknya. Setidaknya dalam waktu setahun lalu, Kyra paling enggan berteman dengan yang namanya "kejutan".

Suasana canggung yang tercipta setelah keakraban yang tiba-tiba dia dapatkan dari kakak kedua itu begitu terasa. Hal yang menggelitik perasaannya adalah nasib miris yang menimpanya. Bukan jenis tawa kebahagiaan yang kini dia rasakan, melainkan sebuah tawa yang mengasihi nasibnya. Mungkin karena prihatin, atau karena suara tawanya yang mengganggu indra pendengaran Alister, hingga berhasil membuat laki-laki itu tertarik untuk mengobrol dengannya. Yah ... tidak buruk juga untuk membunuh momen awkward ini, 'kan?

"Sakit lo?"

Kyra menggeleng sebagai jawaban. Kemudian mereka berada dalam keadaan hening lagi. Tepat di belakang kediaman Bachtiar, dekat sebuah paviliun yang kata orang-orang rumah alasan Zahair membuatnya adalah karena permintaan Nyonya Bachtiar yang sudah lama ini kembali ke pelukan Tuhan.

"Sebelumnya ...,"

"Iya, Kak?" sahut Kyra terlampau antusias. Dia kemudian menunggu dengan sabar perkataan yang hendak Alister ucapkan. Jarang-jarang bukan melihat Alister dapat berbicara dengannya secara manusiawi, tanpa perang urat dulu.

"Terima kasih untuk semalam."

Blush. Kyra yakin, walaupun kulitnya bukan termasuk golongan orang-orang yang memiliki tone kulit cerah, tetapi rona kemerahan yang terpatri pada pipinya pasti terlihat jelas. Kyra buru-buru menutupinya. "Nggak masalah, nggak masalah. Tenang aja."

Ungkapan panik Kyra membuat Alister berpaling. "Kenapa malu?"

Shit! Kyra menggeram dalam hati. Kenapa pula di saat seperti ini kadar peka Alister sedang aktif! Kyra jadi kelabakan, tangannya tidak sengaja menampar dagu Alister. Tidak keras, tetapi cukup kuat untuk membuat lelaki yang mengenakan pakaian kasual itu mengaduh.

"Sori, sori, Kak. Nggak sengaja aku." Kyra panik. Dia meniup-niup dagu Alister, padahal dagu orang itu tidak berdarah. Penyakit paniknya itu memang merepotkan!

1825 [ON HOLD]Where stories live. Discover now