Chapter 4

49.4K 4.6K 89
                                    

©Claeria

"Wah... Gila..." Dion bertepuk tangan dengan dramatis ketika selesai mendengarkan ceritaku tentang diskusiku dengan Mas Shua.

Saat ini aku, Dion, dan Clara sedang duduk makan di salah satu gerai ayam goreng cepat saji di mall. Hari ini hari Jumat dan kami memutuskan untuk makan di luar selama jam istirahat. Tentu saja aku bercerita dengan volume yang rendah sambil terlebih dulu menoleh ke kanan dan kiri, takut kalau-kalau ada orang kantor yang berada di dekat kami.

"Terus lo nolak ajakan dia buat nikah?" tanya Clara sambil mencomot kentang goreng milikku.

"Iya lah. Walaupun Mas Shua ganteng dan udah mapan, tapi buat apa gue nikah sama orang yang nggak cinta sama gue dan gue nggak cinta sama dia?" jawabku menggebu-gebu.

"Tapi gue nggak nyangka alasan dia ngajak lo nikah karena merasa harus mempertanggungjawabkan dosa kalian. Ajaib banget itu orang," Dion menggeleng-geleng tidak percaya.

"Kalau begitu, Clara harus nikah sama berapa puluh orang?" lanjut Dion sambil terbahak-bahak. Clara langsung melotot dan mencubit lengan Dion. "Bercanda, Clar! Sakit!"

"Udah gitu dia pake bohong segala lagi. Masa katanya gue yang nyerang dia malam itu. Ada-ada aja, mana mungkin gue bisa bersikap seagresif itu!" lanjutku menggebu-gebu, berharap kalimatku barusan mendapatkan dukungan.

Sialnya, sepertinya kedua temanku tidak sependapat. "Nah, kalo itu gue nggak yakin dia bohong."

Aku langsung memelototi Dion dan Clara bergantian.

"Maksud gue, Mas Shua kan alim. Udah gitu, he's not even interested in you at the first place!" Dion menjelaskan, diamini oleh Clara yang mengangguk-angguk.

"Ya siapa tau malam itu gue cantik banget sampai dia terpesona? Atau dia mabok terus dia ngeliat muka gue kayak Gigi Hadid?"

Clara dan Dion langsung mengernyit dan menatapku seolah-olah aku adalah manusia paling hina di muka bumi.

"Biasa aja dong! Lagian, gue kan— Oh shit! Buruan nunduk!"

Aku langsung menarik kepala Clara dan Dion untuk segera merapat ke meja, membuat kepala mereka bertabrakan. Aku sendiri langsung menunduk dan menempelkan telunjukku di bibir, berharap tidak ada satupun dari mereka yang mengeluarkan suara.

"Apa-apaan, sih?!" Clara mendesis sambil memelototiku.

"Ada Mas Shua!" pekikku panik.

"Lo masih kucing-kucingan sama dia?!" Dion bertanya dengan sewot, tetapi dengan volume suara yang rendah. Untungnya dia masih mau bekerja sama.

"Iyaaaa! Makanya diem dulu!"

Aku melirik ke arah Mas Shua yang sedang berjalan dengan dua orang teman dekatnya, Mas Sean dan Mas Johan. Mereka sedang asyik mengobrol setelah keluar dari sebuah restoran Jepang. Ketika punggung mereka hilang di balik kerumunan orang, barulah aku menarik tanganku dari kepala teman-temanku. Situasi sudah aman.

Sebenarnya, settelah peristiwa di Oakley's malam itu, Mas Shua tidak berhenti berusaha menemuiku. Sepertinya dia belum juga menyerah untuk membujukku menikah dengannya.

Aku? Tentu saja aku kabur.

Kalau Mas Shua mencari ke ruanganku, aku kabur ke toilet, pura-pura sakit perut. Kalau Mas Shua menunggu di depan lift, maka aku akan turun lewat tangga darurat. Pesan darinya pun hanya aku anggurkan, tidak kubalas sama sekali.

"Lo kenapa, sih? Punya utang ya sama Mas Shua?" Bukannya mengira Mas Shua sedang mengincarku, teman-teman seruanganku malah mengira aku berutang padanya. Iya, sih, berutang dalam tanda kutip!

Dikejar Pinangan Mas Shua [COMPLETED]Where stories live. Discover now