Chapter 30

86.6K 4.5K 199
                                    

©Claeria


Ketika kita melakukan sesuatu yang benar-benar kita nikmati, waktu biasanya terasa begitu cepat berlalu. Sementara itu, ketika kita melakukan hal yang kita benci, waktu akan berjalan dengan lambat. Satu menit bisa terasa seperti satu jam, sementara satu hari bisa terasa seperti setahun.

Menjadi kekasih Mas Jo ternyata begitu menyenangkan, tahu-tahu enam bulan sudah berlalu, padahal aku merasa malam ketika dia menyatakan perasaannya kepadaku baru terjadi kemarin. Selama setengah tahun ini, aku benar-benar belajar banyak tentang Mas Jo, mengenal semua sisinya, serta berusaha mengimbanginya.

Keluhanku tentang Mas Jo yang proses berpikirnya seringkali tidak aku pahami rupanya benar-benar didengar olehnya. Awalnya mungkin agak sulit, tetapi lama kelamaan Mas Jo membiasakan diri untuk menjelaskan apa yang dia pikirkan kepadaku.

Sementara itu, aku belajar mendengarkan, tidak hanya sekadar mendengar. Oh, tepatnya mendengarkan dengan sabar. Pelan-pelan aku belajar untuk tidak langsung marah-marah atau berkomentar sebelum benar-benar memahami maksud Mas Jo. Berkat dua hal itu, komunikasi kami perlahan membaik. Kami memang masih beberapa kali bertengkar karena perbedaan pendapat, tetapi aku rasa itu masih dalam batas wajar.

Kalau tidak menjadi pacar Mas Jo, mungkin aku juga tidak akan tahu bahwa dia ternyata punya sisi-sisi yang tidak pernah aku duga sebelumnya. 

Yang pertama, aku baru tahu Mas Jo ternyata hobi bermain bulu tangkis. Selama ini aku kira dia hanya hobi bermain gitar, tetapi ternyata tidak demikian. Pantas saja tubuhnya tampak fit, ternyata itu berkat latihan bulu tangkis rutin seminggu dua kali, ditambah dengan olahraga singkat yang dia lakukan tiap pagi. Diam-diam aku bersyukur di dalam hati, berterimakasih atas kebiasaan sehat yang membuat otot-otot Mas Jo terasa keras saat disentuh.

Ehem! Tunggu dulu, jangan menuduhku mesum karena berpikir demikian! Aku hanya mensyukuri karunia Tuhan dalam bentuk pria rupawan yang berakhir menjadi kekasihku ini.

Aku juga baru tahu kalau Mas Jo ternyata tidak selurus yang aku pikirkan! Ingat kan bagaimana dia menghentikan aktivitas make out kami di sofa waktu itu? Aku kira setelah kami resmi berpacaran, Mas Jo tetap akan menjaga jarak dariku, takut kami melampaui batas jika bermesraan barang sedikit saja. Namun, aku ternyata salah.

Setelah resmi menyandang status sebagai pacarku, Mas Jo justru lebih sering menyentuhku lebih dulu, entah itu merangkul pinggangku, memelukku, atau bahkan menciumku! Salah satu aktivitas yang paling dia gemari adalah berpelukan. Kegiatan itu bahkan sudah menjadi rutinitas setiap kali dia mengantarku pulang. Kami pasti berpelukan cukup lama sebelum dia mencium keningku dan mengucapkan selamat malam.

Aktivitas favoritnya yang kedua, tentu saja berciuman, tapi kalau untuk yang satu itu, Mas Jo lebih berhati-hati melakukannya. Alasannya, malu kalau kelihatan orang lain dan ciuman adalah pintu masuk menuju dosa-dosa lainnya. Sekali melewati batas, akan lebih mudah terjerumus ke dalam aktivitas panas lainnya, makanya Mas Jo sangat berhati-hati saat melakukannya. Aku jadi gemas sendiri, padahal aku suka sekali mencicipi bibirnya yang lembut dan hangat.

Sesekali, aku sengaja mengerjainya, menciuminya tanpa ampun hingga wajahnya memerah dan napasnya terengah. Aku senang melakukannya, tetapi aku akan langsung kehilangan selera begitu dia mulai mengingatkan, "Sheren, hati-hati, ingat dosa!" Aku langsung merasa seperti iblis penggoda yang pantas dibasmi!

Hal ketiga yang baru aku ketahui setelah menjadi kekasih Mas Jo adalah ternyata dia cukup manja. Kalau biasanya dia tampak seperti eksekutif muda kalem yang dapat diandalkan, ketika kami hanya berdua saja dia bisa bertingkah seperti anak kecil yang haus perhatian!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 28 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Proposal EscapeWhere stories live. Discover now