4.4 EXTRA PART SEPTIHAN: RESTU

Mulai dari awal
                                    

"Dateng juga lo?" Aaron berdiri di sebelahnya. Membuat Septian tidak terpancing dan memusatkan diri dengan busur di panahnya. "Nenek sama Kakek bener-bener suka sama lo. Lo mau ambil semua bagian gue, Brandon sama Tom?"

"Diem mulu pantes gak punya temen," cibir Aaron membuat panah melesat ke depan membuat Aaron tertegun.

"Gue gak ngambil apapun dari siapapun. Semuanya milik Papa gue," jawab Septian tegas.

"Punya Papa lo? Jelas-jelas itu milik gue juga!"

"Apa kontribusi lo sampe lo ngaku kalau itu punya lo juga? Kalau lo dapet juga. Berarti lo yang ngambil milik gue bukan gue yang ngambil milik lo," kata Septian lebih kuat lagi.

"Gue bisa terima lo kata-katain tapi udah cukup. Gue gak akan berbagi apapun sama orang serakah kaya lo. Dan lo berdua," ujar Septian menatap Aaron, Brandon dan Tom.

"Lo mau banget Tita gue sakitin?"

Pertanyaan Aaron membuat Septian menoleh cepat. "Jangan pake Tita! Tita gak ada hubungannya sama gue."

"Ada lo kan sayang banget sama adik gue."

"Jangan coba-coba lo." Septian memperingati.

"Bisa marah juga si anak pendiem?" ledek Brandon.

Septian tidak membahas lebih lanjut. Namun ada kata-kata yang membuat Aaron, Brandon dan Tom seketika membeku mendengarnya. "Seharusnya lo sebagai kakaknya ngelindungin Tita bukannya malah maki-maki dia. Kalau dia lebih deket sama gue berarti lo yang salah karena lo gak bisa bergaul sama dia."

Biru, sepupunya yang lain hanya bisa memandang itu dengan terpaku karena baru saja datang.

"Tega lo bawa-bawa Tita. Besok siapa lagi? Starla juga? Mereka keluarga gue juga! Kalau lo nyakitin mereka. Lo berurusan sama gue Bang," ujar Biru pada Aaron.

Meski Septian tidak melihatnya tapi ia mendengarnya. Setidaknya dari banyaknya saudara yang Septian miliki. Hanya Biru, Tita dan Starla yang mau berteman dengannya.

Selama bertahun-tahun Septian menerima segala bentuk caci-maki. Umpatan kasar bahkan kata-kata yang sangat menyakiti hatinya. Bukan hanya dari mereka yang tak menyukainya tapi juga dari Kakeknya yang selalu menuntutnya untuk jadi ini dan itu karena tahu bahwa Septian sangat pintar keturunan Ayahnya.

Andai kedua orangtuanya masih hidup. Septian pasti tidak akan menjalani kehidupan seperti ini.

Andai kedua orangtuanya tidak kecelakaan saat ia masih bayi mungkin sekarang sudah ada yang menghibur hatinya. Menenangkannya.

Dan andai saja Septian bisa. Dia ingin bertemu orangtuanya. Meski hanya beberapa detik untuk bercerita betapa sulitnya hidup di keluarga Nugroho.

****

Septian keluar dari mobilnya sambil membuka jas hitamnya lalu masuk ke dalam dan menggulung lengan kemeja putihnya. Kakinya melangkah maju menuju ruang perpustakaan rumah yang terhubung dengan LAB serta tempat main pribadinya.

"SEP ADA DI RUMAH GAK LO?" teriak Guntur membawa makanan promo yang tadi ia pamerkan di depan teman-temannya yang lain.

"Lo ke rumah orang tuh ngucap salam Tur bukan wa we wa we kaya orang mau ngajak tawuran gitu," tegur Galaksi.

SEPTIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang