25: Green-eyed

31 3 0
                                    

"Kalo gue suka sama Diva, gimana?" Elvan mengucapkan kalimat itu sambil menunduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kalo gue suka sama Diva, gimana?" Elvan mengucapkan kalimat itu sambil menunduk. Jujur, dia sangat malu sekarang. Bahkan wajahnya memerah, bersyukur Bara tidak melihatnya.

Hampir saja Bara tersedak oleh air, untung saja dia masih bisa mengontrol reaksinya. Tunggu— apa ini tidak terlalu mendadak? Elvan mengatakan bahwa lelaki itu menyukai sahabatnya, Diva. Bagaimana bisa seorang lelaki berpangkat playboy cap kadal jatuh cinta pada perempuan yang sering disakiti oleh lelaki?

Lelucon macam apa ini?

Bara menaruh kasar gelas itu di meja, dia benar-benar kesal atas pernyataan Elvan. Apa lelaki ini sengaja ingin dihajar? Sudah Bara duga dari awal, jika Elvan memiliki rasa pada Diva. Terlihat jelas tatapan yang selalu lelaki itu berikan saat bertemu Diva, menatapnya seolah memuja dan berkata "Nikmat tuhan memang yang paling indah."

Awalnya, Bara tidak mempermasalahkan hal itu. Namun, berkali-kali dia sering memperhatikan interaksi antara Diva dan Elvan, Bara merasa sedikit curiga, seperti ada sesuatu diantara mereka. Tapi, sebisa mungkin Bara menepis segala spekulasi mengenai hubungan keduanya. Karena, Bara berpikir bahwa Elvan hanya sekedar bercanda dan menganggap Diva sebagai teman.

Entah memang Bara yang terlalu peka, dia bisa melihat tatapan yang berbeda dari Elvan untuk Diva. Saat Bara memergoki Elvan yang tengah menatap Diva dari kejauhan, dia sedikit penasaran mengapa Elvan sering memperhatikan Diva. Bara iseng melirik sekilas ke arah bola mata Elvan, hanya butuh waktu 10 detik untuk menyimpulkan bahwa Bara bisa menangkap sinyal aneh dari Elvan.

Senyum sinis tercetak di bibirnya, ini adalah kebiasaan Bara saat mengetahui hal yang tidak orang lain tahu. Selama ini perkiraannya tepat, bahwa Elvan menyukai Diva. Dan ini sedikit mengejutkan dirinya.

Netra Elvan tidak bisa berbohong, tatapan yang diberikan pada Diva, bukan tatapan jahil. Bukan juga tatapan benci dan mengejek. Hanya tatapan teduh dan memuja mengarah pada gadis itu. Seolah Diva adalah gadis tercantik yang ada didunia.

Sekali lagi, Bara menangkap sesuatu dari mata Elvan. Seperti pupil mata lelaki itu membesar dengan senyuman tipis yang tak pernah terlepas dari bibirnya. Pada dasarnya, jika seseorang memandang sesuatu dengan pupil mata yang membesar, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang itu memiliki ketertarikan.

"Rasa suka lo sama cewek nggak pernah serius, Van. Gue jamin, kali ini Diva yang jadi korban selanjutnya, 'kan?"

Kepala Elvan mendongak, dia menatap kesal pada Bara.  Tidak tahu saja detak jantungnya menggila saat mendengar nama Diva. Ya, Elvan akui dirinya memang brengsek sering mempermainkan hati cewek, tapi kali ini dia benar-benar serius terhadap perasaannya pada Diva. Elvan sadar, Diva tidak cocok untuk disakiti hatinya. Gadis itu terlalu berharga untuk dilukai.

Dengan gesit Elvan mencengkram baju Bara. "Lo nggak ada hak buat bikin kesimpulan kayak gitu, anjing!" geram Elvan.

Bara langsung melepas paksa tangan Elvan dari bajunya, dia mendorong tubuh lelaki itu hingga Elvan terduduk. Jari telunjuknya terangkat ke atas, tepat didepan wajah Elvan yang tengah menahan emosi.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang