11 : Kompulsif

62 10 0
                                    

JANGAN LUPA VOTE YA, BEB.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Pagi ini seperti biasa Gilang bersiap untuk berangkat ke sekolah, penampilannya yang memang selalu sempurna dan juga.. Kancing seragamnya dibuka satu memperlihatkan dada bidangnya, terkesan sexy.

" Oke tinggal sentuhan terakhir. Kita tambahkan sedikit parfume, supaya syana klepek-klepek sama gue. " gumamnya, sambil menyemprotkan sedikit parfume ke daerah leher dan pergelangan tangannya.

Tangan besarnya menyangga di atas meja, lalu mata tajamnya melihat ke arah cermin.

" Betapa beruntungnya syana disukai sama cowo seganteng gue, mana mungkin dia bisa menolak pesona seorang Gilang Rajendra. Mustahil. " ucapnya sombong seraya memegang kerah seragam nya dengan gaya sok keren.

Eh tapi... Dia kan emang keren.

Setelah beberapa menit memandangi dirinya di cermin, Gilang mengambil tas sekolah dan disampirkan ke bahunya lalu menutup pintu kamarnya.

Saat berbalik badan, ia langsung di sapa oleh sang adik yang dengan tanpa ijin merangkul bahunya. Matanya menatap jengkel bian saat rangkulannya berpindah pada tangannya, mereka seperti pasangan gay.

Dengan kasar Gilang melepaskan lengannya dari rangkulan Bian.

" Loh? Kenapa dilepas? " tanya bian dengan polos.

" Gak jelas lo, pake segala pegang tangan gue. Gue normal bego! " Protes Gilang, ia langsung pergi meninggalkan bian yang menggaruk kepalanya bingung.

" Gue salah apa sih? Padahal kan cuma rangkul doang, dasar abang bodoh. " Gumam bian kesal.

Ia segera menyusul kakaknya dengan sedikit berlari menuruni beberapa anak tangga.

...oOo...

" Pagi, mom! " ucap syana sambil mendudukkan dirinya di kursi meja makan.

" Pagi juga, honey. Ini bekalnya, habiskan, oke? Jangan sampai ada yang tersisa, mubazir. " Tegas wanita itu sambil memberikan sekotak makan pada syana.

Syana mengambil kotak makan itu dan dimasukkan ke dalam tasnya, matanya melirik meja makan yang disana hanya ada ayah dan ibunya saja, ia merasa ada yang kurang, sepertinya kakaknya tidak ada disini.

" Mom, bang varo kemana? Tumben banget gak ikut sarapan sama kita. " tanya syana.

" Varo pergi duluan tadi, lagi buru-buru katanya. " Jawab Nadin.

Syana hanya ber-oh ria lalu menyantap sarapannya.

" Honey, pulang sekolah nanti kamu sibuk ngga? " tanya Nadin pada syana.

" Kayanya sih.. Ngga, emang kenapa? Jangan bilang aku nemenin mommy ke toko baju lagi? " Tebak syana disertai mata yang memincing ke arah mamah.

LIMERENCEWhere stories live. Discover now