Mereka harus tega, atau mereka sendiri yang kepalanya berakhir digantung seperti Wang Jin.

Penasihat Seon dan pengajar kerajaan pun tak bisa membantu, apalagi Hwang Je No. Semenjak Wang Jae menjadi Raja, tak seorang pun dari mereka yang bisa berkutik di dalam situasi tragis ini.

"PERSETAN DENGAN PERINTAH RAJA! AKU TIDAK PEDULI! AKU TIDAK PEDULI DENGAN SELURUH ANCAMANNYA! DIA HANYALAH WANG JAE! DAN AKU SAMA SEKALI TIDAK TAKUT!!" Wang Han dengan tenggorokannya yang terasa sangat kering, berteriak di depan para prajurit tersebut.

"Dia hanyalah Wang Jae?"

Mimpi buruk datang ketika orang yang mereka bicarakan sejak tadi mendadak muncul dari belakang tanpa pemberitahuan apapun, para prajurit itu langsung menegakkan tubuhnya dengan kaku dan meneguk ludahnya, takut setengah mati.

Wang Jae yang masih mengenakan pakaian mewah Raja dengan jubah hitam yang biasa ia kenakan untuk berburu, terlihat berdiri menjulang tak jauh di belakang kedua saudaranya.

Sempat memandangnya dengan tajam, kemudian menyeringai tipis dengan khas.

Wang Hun nyaris saja ingin menarik kerah pakaian Raja, namun Han sejak tadi tak berhenti menggenggam tangan kakaknya, meminta Hun untuk tidak bertingkah ceroboh dan berakhir nyawalah yang melayang.

Han sangat marah, namun ia sadar sama sekali jika mereka tak berdaya.

"Pyeha..."

"Jadi kalian sama sekali tidak takut denganku?" Wang Jae masih tenang, mengedikkan sepasang alisnya. "Itu menarik, tapi aku seharusnya tidak terkejut," dia lantas tertawa kecil. "Lihatlah, aku memiliki sesuatu untuk kalian semua yang sedang menungguku di sini."

Dua prajurit yang mengikutinya sejak tadi dari belakang, maju dua langkah ketika Wang Jae menggeser tubuhnya. Mereka membuka kain hitam yang menutupi sesuatu yang mereka bawa, hingga saat benda yang rupanya adalah jasad itu dilemparkan ke atas tanah, semua orang nyaris memekik.

Seorang pria bersimbah darah dengan kepala yang nyaris putus.

Hwang Je No tak bisa menahan keterkejutannya, tangannya yang mencengkeram Pedang Naga Emas terlihat mengerat hingga buku-buku jarinya memutih. Panglima itu nyaris tidak bernapas ketika dia melihat bekas luka yang pernah ia torehkan di atas wajah jasad tersebut, dia nyaris tidak memercayai bahwa pria tak bernyawa itu benar-benar Yoon Gi,

Wang Jae tidak pernah bermain-main dalam setiap kata-katanya, dia tidak bercanda ketika mengatakan ingin membantai seluruh kelompok Gwanaksan tanpa sisa.

"Yoon Gi..." gumaman Je No hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri, seperti tubuhnya berubah menjadi patung batu, gravitasi bumi mendadak seolah membesar.

Hwang Je No sangat terkejut sampai ia tak bisa menggambarkan bagaimanakah perasaannya saat ini.

"Wang Jae. Aku merasa... kehadirannya bukanlah suatu pertanda baik. Kau boleh percaya atau tidak tentang yang satu ini, tapi aku merasa bisa saja Wang Jae adalah salah satu bencana bagi Goryeo. Bahkan mungkin malapetaka besar."

Sesungguhnya Hwang Je No tidak pernah melupakan apa yang dikatakan Yoon Gi padanya hari itu. Firasat yang sangat diyakini oleh Yoon Gi, yang sayangnya Je No mencoba untuk tidak pernah memercayainya.

Sekarang siapa yang bisa ia salahkan?

Ia dan pedangnya sendiri tidak bisa menghentikan bencana yang sudah terjadi ini.

"Lihatlah," suara lantang Sang Raja terdengar, "dia dan anak-anak telantar yang tak berguna lainnya adalah kutukan untuk ibuku, mereka tak pantas untuk hidup lagi setelah ibuku meninggal. Lihatlah! Lihatlah sebuah contoh kecil ini!"

[✔] 5. 真実 [TRUTH] : The PrologWhere stories live. Discover now