SHAGA || FORTY TWO

64.9K 10.3K 2.1K
                                    

Halo

Makasih buat 6.25K komentarnya 🥰

Happy Reading...

Vote, komen, share 🐋

***

Hazel, Ranti, Riko, serta Dokter Alma dan Dokter Farah, kini berdiri di sisi ranjang milik Hazel. Mereka diam menatap Shaga yang masih menutup mata dengan tarikan napas lembut yang teratur.

Sudah hampir satu jam lamanya Shaga tidak sadarkan diri, tadi begitu pingsan, Hazel segera menelepon Dokter Alma sebagai kesehatan pribadi Shaga dan juga Dokter Farah sebagai kesehatan psikis nya. Tak lupa juga Hazel mengabari Ranti, hingga tidak lama kemudian mereka berempat datang ke kediamannya.

"Dia pasti baik-baik aja," hibur Ranti pada Hazel. Meskipun gadis itu hanya diam dengan tampang datar andalannya, seolah tidak khawatir. Tapi, siapa pun tahu, gadis itulah yang paling peduli terhadap Shaga. Terlihat dari genggaman tangan Hazel yang sedari awal tidak pernah lepas pada tangan Shaga.

Hazel diam saja tidak menanggapi. Dia belum bisa tenang jika Shaga belum di periksa dalam keadaan sadar. Hasil pemeriksaan Dokter Alma, katanya Shaga kelelahan. Imun tubuh nya lemah selain itu Shaga mengalami darah rendah. Ini di sebabkan karena Shaga yang terlalu stres dan kelelahan. Sedangkan Dokter Farah belum bisa mengecek kondisi Shaga karena cowok itu harus sadar terlebih dahulu.

"Dokter bisa tunggu di luar, saya panggil kalau Shaga udah sadar," titah Hazel. Bukan bermaksud mengusir, hanya saja dia kasihan melihat dua Dokter itu berdiri sedari tadi.

"Kita di ruang keluarga saja, sekalian ada yang ingin kami tanyakan," usul Riko. Mereka berempat kemudian keluar dari kamar meninggalkan Hazel sendirian.

"Dokter Farah, apa mungkin trauma Shaga akan terulang lagi?" Ranti bertanya cemas ketika akhirnya mereka sampai di ruang keluarga dan duduk berseberangan.

Dokter Farah tersenyum. "Jawabannya hanya bisa kita temukan setelah Shaga sadar, Bu. Tapi kita berdoa yang terbaik saja, semoga Shaga tidak mengalami trauma itu lagi," ucap wanita paruh baya itu. "Sudah saya sampaikan bukan tahun lalu, jika Shaga kembali trauma untuk ke sekian kali, maka kemungkinan nya sangat kecil bagi Shaga untuk bisa mengingat masa kecilnya. Selain itu memori ingatan Shaga akan semakin rusak, mungkin untuk ke depannya Shaga akan sulit mengingat bahkan untuk hal kecil saja."

Ranti menunduk dengan tangan saling genggam, hatinya di liputi cemas dan ketakutan. Takut Shaga trauma kembali dan melupakan Hazel. Setelah itu, Shaga pasti akan menanyakan keberadaan Natasya, dan apa yang harus Ranti katakan nanti? Bagaimana kondisi Shaga ke depannya jika di beritahu bahwa Natasya mati?

Di sisi lain, Ranti pun merasa iba, Hazel pasti terluka lagi. Gadis itu akan sedih karena Shaga tidak akan mengingatnya lagi. "Padahal Shaga udah mulai bisa ingat sama Hazel. Walaupun hal-hal kecil senggaknya itu perubahan besar bagi kami."

Riko merangkul Ranti dan mengusap bahu wanita itu, memberikan ketenangan pada istrinya walau dia sendiri merasa cemas dan takut. Keempat orang itu hanya bisa diam-diam berdoa dalam hati semoga Shaga bisa baik-baik saja kali ini.

Sementara di dalam, Hazel masih duduk di sisi ranjang tanpa melepas genggaman tangannya pada Shaga. Gadis itu hanya diam, melamun tanpa berkedip entah memikirkan apa sampai pergerakan dari tangan yang dia genggam membuat Hazel sedikit tersentak. "Ga..." panggilnya lirih.

Hazel segera berdiri lantas membungkuk di depan Shaga, dia menunggu mata Shaga yang tengah berdekut agar terbuka sempurna. Seketika sengatan nyeri langsung Hazel rasakan ketika mata hitam pudar itu terbuka dan menatapnya asing.

SHAGA (SELESAI)Där berättelser lever. Upptäck nu