SHAGA|| FORTY

79.7K 10.9K 1.8K
                                    

Hai. 

Miss me bestieeeee? 

Kalau aku lama update berarti ada bab yang vote nya bolong yaaa, cek lagi tiap bab nya ya 🤗

Happy Reading... 

***

"Yang, handuk!" Shaga membuka pintu toilet sementara kepalanya melongok keluar, menatap Hazel yang seketika mendelik dengan wajahnya yang ketus. "Lupa atuh, maaf. Ambilin, yang."

Shaga perhatikan Hazel yang berusaha turun dari ranjang sembari sibuk mengatur infus, Shaga tepuk dahinya sendiri. Lupa bahwa Hazel tengah sakit. "Nggak usah nggak jadi. Biar aku aja, tapi kamu ngadep sana."

"Ribet banget sih, Ga! Pake mandi di sini segala." Hazel mengomel kemudian berbaring membelakangi arah toilet. Shaga gunakan kesempatan itu untuk lari seperti ninja demi mendapatkan selembar handuk dari rak samping pintu. Shaga gunakan kain tersebut untuk menutup tubuh bawahnya.

"Habis kamu bilang aku bau terus," dengkus Shaga.

"Ya tapi nggak perlu mandi sekarang juga."

"Harus sekarang, aku pengen peluk kamu. Biar kamu nggak ngeluh bau jadi aku mandi," ucap Shaga. Dia berjalan menuju sofa yang letaknya di ujung ranjang, menyeringai jahil tatkala menemukan mata Hazel sempat meliriknya namun segera memejam mata. "Jangan ngintip, yang! Belum sah kita."

Terdengar Hazel berdeham di buat-buat, seringai Shaga semakin lebar karena itu. Dia lanjut membuka travel bag yang Pak Karyo kirim tadi sebelum dia mandi. Isinya baju Shaga untuk ganti selama di sini serta perlengkapan mandi. Selain mengantar pakaian ganti, Pak Karyo di panggil kesini juga dengan tujuan menukar kendaraan. Shaga butuh mobil untuk nanti jika mereka pulang.

Setelah mendapat satu pasang pakaian, Shaga kembali masuk ke toilet. Tidak butuh waktu lama dia keluar dengan keadaan rapi namun rambutnya masih berantakan. Cowok itu terkekeh melihat Hazel yang masih membelakanginya. Berjalan mengendap, Shaga berhasil sampai tepat di belakang Hazel lalu kemudian....

Cup.

Satu kecupan berhasil Shaga curi dari si putri tukang nyinyir. Begitu Hazel membalik badan Shaga langsung mundur dengan langkah lebar, menyeringai puas melihat wajah Hazel memerah.

"Kamu—"

"Kangen," jelas Shaga cepat-cepat, dia mendelik tak terima ketika Hazel menepuk pipinya sendiri seolah ada kotoran di sana. "Jangan di lap gitu lah, emang ciuman dari ku jijik?"

"Bukan jijik."

"Apa, dong?"

"Najis."

Shaga tersenyum masam. Tidak apa, dia sudah biasa dan kebal dengan semua nyinyiran yang gadis itu ucapkan. Menyimpan handuk di rak, Shaga kemudian berjalan memutar untuk sampai di sisi kiri brankar Hazel. Mengambil nampan berisi makan siang yang di kirim oleh suster tadi, dia lalu duduk di sisi Hazel sementara nampan dia simpan di paha.

"Makan dulu." Shaga berujar sambil menyiapkan satu suapan untuk Hazel. Nasi dengan sayur bayam.

"Aku bisa sendiri."

Shaga berdecak tidak suka. "Aku ada di sini. Buat temenin sama bantuin kamu," terangnya. "Aaa!" Shaga tersenyum sambil mencubit hidung mungil gadisnya saat Hazel menurut juga. "Habisin, makan yang banyak."

"Shaga."

"Mm?"

"Sebenarnya, malam di mana Natasya meninggal, memang ada telepon ke rumahku, Ga. Aku yang angkat, tapi baru bilang Halo, telepon di matiin dari sana. Bukan dari aku." Hazel berucap dengan dengan tenang setelah dia berhasil menelan nasi yang Shaga suapi.

SHAGA (SELESAI)Where stories live. Discover now