SHAGA || TWENTY SEVEN

75.7K 11.6K 7.6K
                                    

Halo!

Makasih untuk 3K komen di bab 26, siapapun kalian yang spam komen, aku sayang banget sama kalian ❤️

Okay, karena kalau nunggu target vote nya lama, aku ganti target aja, deh. 5K komen di bab ini buat update bab 28 besok pagi ya 🔥

Happy Reading...
Vote, komen, share 🦋

***

Shaga bangun dari tidur siang nya saat merasakan sesuatu yang lembut dan cukup berat menaiki perut hingga dada lalu perlahan sampai di wajah. Hidung Shaga gatal karena bulu-bulu halus yang menggelitik lubang hidung nya, membuka mata, Shaga dapati panpan lah yang duduk tepat di wajahnya. Cowok itu mengerang, lalu dengan tenaga yang tidak kuat, dia menjinjing panpan agar turun.

"Jangan di jewer gitu!"

Shaga terperanjat mendengar peringatan dengan nada tidak santai itu. Ternyata induk si Panpan, ada di pinggir ranjang, sedang berdiri sambil bersedekap tangan sementara tatapan nya menghujam tajam. "Nggak di jewer, yang. Emang gini kalau gendong kucing kecil, masa kamu induk nya nggak tahu?" jelas Shaga sambil mengubah posisi menjadi tengkurap, cowok itu tertawa kecil ketika merasakan ada kaki-kaki mungil yang menaiki punggung nya. "Panpan ngapain? Papa nya capek, jangan ganggu, ya?" Shaga terkekeh geli karena penyebutan Papa untuk dirinya sendiri.

"Papa. Papa. Papa, apaan?" decih Hazel terdengar jijik.

"Papa dari anak kamu, lah."

"Dih."

"Lho? Ini Panpan anak siapa? Anak kamu, 'kan?"

"Bukan."

Shaga mendelik, dia bangun sambil menggendong Panpan. "Ya udah, aku bawa lagi kalau gitu. Kita cari mama baru ya, Pan?" tanya nya. "Cari Mama yang lebih cantik dan bisa say--"

"Bacot!" Hazel berujar sambil merebut kucing kecil itu dari pelukan Shaga. Di peluknya Panpan dengan begitu hati-hati, di dekap di dada, membuat Panpan terlihat nyaman dan hangat.

Shaga iri melihat itu.

"Tuh, kan, Panpan anak kamu. Berarti aku Papa nya," decak Shaga masih ingin bergurau. "Masa kamu punya anak tanpa suami? Gak malu emang?"

Hazel mendelik. "Apaan sih, ga jelas banget. Bangun! Udah jam enam, pulang, gih!"

Shaga melirik jam di dinding, benar, sudah jam enam petang. Tadi setelah bermain sebentar dengan Panpan dan induknya, Shaga pamit tidur karena dia sangat mengantuk. Tidak menyangka, bahwa tidur siang di kamar Hazel akan begitu nyaman sehingga bablas sampai petang.

"Laper, yang," keluh Shaga.

"Bangun, turun, di meja udah ada soto daging. Makan sekarang mumpung masih anget, bawa Panpan ke bawah. Aku mandi dulu," tutur Hazel sambil menyimpan kucing kecil itu di kasur. Gadis itu berlalu dari sana kemudian masuk ke kamar mandi.

Shaga bawa kucing itu, menggendong nya sambil berjalan keluar dari kamar. Tidak langsung ke dapur, Shaga sempatkan dulu ke ruang keluarga di mana ransel nya tersimpan. Di rogohnya saku ransel demi mendapatkan handphone.

Benar dugaan nya, ada banyak pesan yang belum terbaca, juga beberapa panggilan tak terjawab dari nomor asing. "Panpan tunggu bentar, Papa liat dulu hape." Shaga berujar sambil menurunkan Panpan ke lantai. Dia terkekeh gemas ketika melihat kucing bulat itu lari dengan ekor nya yang memantul-mantul.

SHAGA (SELESAI)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora