BAB XVII | UNFORGETTABLE NIGHTMARE

385 9 1
                                    


Flashback.

.

"Mereka bersembunyi di reruntuhan gedung!"

"Kami menemukan mereka!"

"Tangkap pimpinan mereka, hidup atau mati!"

.

.

Minato bisa mendengar suara langkah tiga orang yang berlari ke lantai atas gedung yang sudah hampir hancur itu. Ia dan empat rekannya masuk dengan tujuan menangkap pimpinan pemberontakan di perbatasan.

Pemimpin pemberontakan itu kabur bersama dua bawahannya setelah mengetahui bahwa seluruh antek-anteknya berhasil dilumpuhkan tentara dan ketegangan berhasil diredam.

Mereka sudah hampir sampai di titik damai. Masyarakat sudah menemukan kebenaran bahwa para pemberontak itu menyebarkan rumor buruk tentang pemerintah yang menjadikan masyarakat percaya bahwa pemerintah melakukan ketidakadilan.

Namun untungnya, para tentara berhasil meluruskan segalanya karena sempat terjadi perang sipi.

Dan tentu saja warga sipil menjadi korban.

Sekarang keadaan berbalik dan semua orang menyudutkan para pemberontak.

"Namikaze, kau menemukan mereka?"

Minato berbicara pada rekannya melalui alat komunikasi, "Mereka ada di atas."

"Hidup atau mati. Aku butuh bukti bahwa pimpinan mereka sudah tidak berdaya. Kau mengerti?"

"Aku mengerti."

Minato berhasil mengejar mereka dan menyudutkan mereka di lantai empat. Pemimpin pemberontak itu, Zabuza Momochi justru menghadapinya dengan berani bersama seorang tangan kanannya.

'Bukannya tadi ada tiga orang ...?' pikir Minato. Keempat rekannya bersiap dengan pistol masing-masing di sisinya.

Dua lawan empat. Minato yakin Zabuza tidak bodoh.

'Apa dia sengaja mau bertarung sampai mati?'

"Aku tidak akan diam saja."

Zabuza mengacungkan pedangnya. Minato tidak habis pikir di era modern begini pria itu masih menggunakan senjata primitif seperti pedang. Pistol, senapan atau bahkan sniper rasanya jauh lebih efektif ketimbang pedang.

Meskipun Minato juga tahu cara menggunakan pedang.

"Baiklah kalau begitu. Lagipula tidak masalah juga kalau kau mati."

Minato bersiap dengan dua pistolnya. Ia memberikan kode agar rekannya mengurus dua orang bawahan Zabuza. Sementara Minato yang akan mengurus pimpinan pemberontak itu.

.

.

Pertarungan sengit tidak terhindarkan. Sudah jelas Zabuza terdesak karena Minato bisa membidiknya dari mana saja sementara Zabuza harus mendekat untuk melukai Minato dengan pedangnya.

Namun Minato agaknya sedikit lengah dan membuat jarak keduanya menjadi terlalu dekat sementara ia harus mengisi pelurunya.

Minato terpaksa menggunakan pisaunya dan berhasil melukai wajah Zabuza.

Pria itu mengerang kesakitan tentu saja. Wajahnya berlumuran darah tergores pisau Minato. Ia beruntung benda tajam itu tidak melukai matanya.

Zabuza menggeram marah. Ia terpaksa mundur.

RED [SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now