BAB VI | UNINTENTIONALLY CHAOS

69 10 0
                                    

Terhitung ini sudah ketiga kalinya Kushina harus menahan diri untuk tidak mengamuk pada dokter-dokter muda di bawah bimbingan Rin. Anak-anak muda itu melakukan kesalahan karena grogi. Kushina bisa memahami sedikit karena dulu ketika ia awal bertugas juga tak luput dari kesalahan.

Namun masalahnya adalah, emosi Kushina hari ini sedang tidak baik-baik saja. Tamu bulanannya sedang menghampiri hari ini. Sehingga ia memilih untuk menegur singkat dan segera kembali ke ruangannya untuk segera merebahkan dirinya.

"Ingat kata-kataku baik-baik, oke? Belajar lebih banyak dan jangan takut. Kalau ada yang belum kalian mengerti, tanyakan apapun pada Dokter Nohara, oke?" nasihat Kushina sebelum ia kembali.

Kedua dokter muda itu mengangguk patuh. Lalu Kushina pun segera melenggang pergi. Perutnya mulai berulah sekarang.

Sial! Umpat Kushina dalam hati. Ia hanya berharap semoga tidak ada hal lain yang akan membuat emosinya meledak setelah ini. Ia sangat-sangat berharap.

Ingatkan Kushina soal harapan kecilnya yang tidak pernah terkabul terhitung sejak pertemuan pertamanya dengan Minato.

Kurang lebih waktu baru berjalan lima menit dan ponsel Kushina sudah berdering dengan nama Kaa-chan di atasnya. Pada panggilan pertama, Kushina sengaja mengabaikan panggilan ibunya. Ia tidak peduli. Kram datang bulannya benar-benar menyebalkan hari ini. Ia sudah meminum obat untuk mengurangi nyerinya dan sekarang setidaknya sudah berkurang sedikit.

Ibunya masih bersikeras menelponnya. Akhirnya pada panggilan ketiga Kushina menyerah dan mengangkat telpon.

"Apa kau mengabaikanku, Kushina?" Nada kesal tersirat jelas dari suara sang ibu dan Kushina hanya menghela napas.

"Ada apa, Kaa-chan?"

"Kaa-chan mau mengajakmu makan siang. Kau pasti belum makan, kan?"

Kushina diam sejenak. Ia belum makan siang dan Mikoto sedang sibuk sekarang. Secara praktis ia tak punya teman makan dan ia sangat enggan untuk sekedar memilih menu makan siang karena tamu bulanannya membuat ulah.

Baiklah. Pergi, duduk, makan lalu pergi tidak terlalu buruk. Ucap Kushina dalam hati sebelum ia mengiyakan ajakan ibunya.

"Baiklah. Di mana?"

"Restoran tradisional dekat rumah sakit. Aku akan menunggumu, Sayang. Dah!"

Satu-satunya hal yang ia harapkan ketika ibunya mengajaknya makan adalah, semoga ini benar-benar hanya makan siang. Sebenarnya ia sedikit enggan menerima ajakan ibunya karena sejak makan malam bersama saat itu-terhitung sudah seminggu setelahnya-Tsunade sering menelponnya hanya untuk sekedar bertanya kabar. Bahkan wanita itu bersikap sangat perhatian seperti mengirimkan makan siang yang cukup untuk ia makan bersama dua rekannya.

Tidak hanya Tsunade, Mito juga semakin gencar menanyakan apakah ia dan Minato berencana bertemu?

Kushina selalu berkata ia sibuk dan banyak pasien. Itu adalah alasan yang paling ampuh untuk menolak usaha kedua wanita itu untuk merekatkan kembali hubungan Kushina dan Minato yang sudah hancur-kalau saja mereka tahu.

Setelah memastikan perutnya baik-baik saja, Kushina segera beranjak menuju restoran yang disebut ibunya. Tidak jauh jadi ia tak perlu pakai kendaraan. Jalan kaki sudah cukup, sekalian menghirup udara segar.

.

.

Kushina tak bisa menahan senyumannya ketika melihat menu yang tertera di dekat pintu masuk. Semua menu itu, terutama ramen, membuat nafsu makannya melonjak. Mungkin ini juga karena efek datang bulan yang membuatnya lelah secara fisik dan mental. Datang bulan selalu menyiksanya.

RED [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang