Saturday. Day 14 - Perihal Memaafkan

2 0 0
                                    

Satu kisah tentang seseorang yang pernah berbuat salah pada temannya dan mengharapkan maaf. Dalam kehidupan bersosial manusia yang penuh kekurangan ini, pasti ada banyak kesalahan yang dilakukan pada orang lain (baik sadar/tidak, verbal/non-verbal).

Menyadari kesalahan itu sendiri sudah lebih baik dibandingkan tidak mau menyadari kesalahan dan meminta maaf karena sudah melukai orang lain adalah perbuatan berani yang wajib dimiliki semua orang juga.

Dalam Kristiani, kita diajarkan bahwa Tuhan sudah lebih dulu mengampuni seluruh dosa manusia, oleh karena itu kita perlu mengampuni kesalahan orang lain, sampai termasuk mengampuni kesalahan yang pernah kita perbuat juga di masa lalu. Jumlah memaafkan yang berkali-kali lipat ditujukan agar kita nggak mengingat-ingat lagi maaf yang sudah kita berikan dan melupakannya.

Banyak orang mengatakan memaafkan tapi bukan berarti melupakan kesalahan itu. Kita belajar dengan kesalahan masa lalu, tapi bukan berarti tidak melupakan kesalahan itu, karena jika perbuatan itu juga terjadi antara kita dengan Tuhan, tentu akan membuat kita sedih.

Memaafkan seperti Tuhan yang setelah mengampuni kesalahan kita, Dia tetap menerima saat kita mengajak-Nya berbicara dan mau mendengarkan kita. Tidak ada jaminan yang bisa diberikan manusia tidak akan mengulangi lagi kesalahannya.

Amsal 29:11 (TB) Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, tetapi orang bijak akhirnya meredakannya.

Amarah yang belum padam seringkali yang membuat kita sulit untuk benar-benar memaafkan dan melupakan. Ada pepatah mengatakan sebuah gelas yang berisi penuh air kotor, tidak akan bisa diisi dengan air bersih jika air kotor dalam gelas itu tidak dibuang lebih dulu. Sama halnya dengan hati dan hidup manusia, akan sulih untuk diisi dengan sabar dan kasih kalau masih dipenuhi dengan amarah.

Luapan emosi yang dikeluarkan oleh hati yang penuh amarah hanya akan membawa kesedihan dan kesakitan juga pada orang lain. Manusia bisa secara tidak sengaja dan lepas kendali melakukan hal ini, tapi bukan berarti sengaja dan akhirnya ingin dibenarkan sudah lepas emosi karena orang lain yang memulai lebih dulu.

Apakah kita perlu mengotori hati dan perilaku kita hanya karena orang menyakiti kita? Tidak perlu membuat diri kita melakukan perbuatan yang sama-sama tidak menyenangkan hati Tuhan.

Ada alasan dibalik Tuhan mengajarkan kita untuk memaafkan, adalah dengan memberikan maaf. Kita akan merasa lega karena tidak lagi menimpan kekesalan dan kesedihan. Sebagian orang yang tidak menyadari kalau mereka sudah menyakit kita, maka kita perlu mengatakannya pada mereka, tapi katakan pada mereka juga kamu sudah mengampuninya, tapi bukan berarti kamu rela menerimanya lagi.

Lupakan kesalahan yang pernah diberbuat, tapi buat cara lain agar kesalahan itu akhirnya tidak terulang kembali. Memperbaiki sistem, hukuman dan peraturan yang membuat orang tersebut jera dan tidak mengulang lagi kesalahannya.

Selamat memaafkan, Tuhan memberkati kita semua🙆🏻‍♀️

My Light & My SaviorWhere stories live. Discover now