Chapter 48 : Miss You

Start from the beginning
                                    

"Dimana buku nikahmu?" Tanya Dion kemudian.

Leandra paham kenapa Dion bertanya, syarat pengajuan perceraian yang utama tentu saja buku nikah. "Di bawa Elliot, sebaiknya kau lupakan saja niatmu menyuruhku menceraikan suamiku!"

Dion berpikir sejenak, jika menyuruh Leandra mengambil ke rumah, sama saja mempertemukan Leandra dengan suaminya. Dion tidak ingin Leandra memiliki kesempatan untuk berbicara pada suaminya.

"Sampai kapan kau mengurungku disini?" Leandra kembali bersuara.

"Sampai kau bercerai dari suamimu." Jawab Dion dengan santai.

Leandra menghela napas, dengan terkurung disini semakin membuat Leandra tidak bisa bertindak apapun. Leandra berharap, Elliot menyelidiki kenapa dirinya tidak pulang ke rumah hingga sekarang.

Dion kembali bersuara, "Aku sudah mendapatkan cara. Sebaiknya kau tidur sekarang." Dion mengakhiri panggilannya dengan Leandra. Ia harus menyusun rencana selanjutnya, ia harus sesegera mungkin mengikat Leandra dengan pernikahan, seandainya saja Leandra belum menikah pasti rencananya tidak sesulit ini.

Leandra melirik orang yang mengantarkan ponsel kepadanya, ia ingin memanfaatkan ponsel ini untuk meminta pertolongan. Perlahan ia membalikkan badan, segera menekan nomor yang akan ia hubungi, tapi...,

"Mau apa kau, hah!?" Pria yang di pekerjakan untuk menjaga Leandra berusaha merebut ponsel tersebut.

Terjadi adegan kejar-kejaran dan rebut-merebut antara keduanya. Leandra mencoba menghindari pria berbadan kekar itu sambil berusaha menghubungi seseorang.

"Akhh." Pekik Leandra ketika tubuhnya di dorong, membuat pelipisnya menghantam sudut meja.

Pria itu membatalkan panggilan yang sempat Leandra lakukan, hampir saja dirinya mendapatkan masalah jika Leandra berhasil menelepon seseorang.

"Jangan macam-macam!" Desis pria itu dengan nada yang penuh penekanan. Pria itu keluar dari kamar yang menjadi tempat penyekapan Leandra, tidak lupa memastikan bahwa ia mengunci pintu dengan benar.

Tangan Leandra terulur menyentuh keningnya yang terasa perih, kejadian barusan membuat pelipisnya mengucurkan darah dan terasa sedikit pening.

Dengan perlahan Leandra bangkit, menelusuri ke sekitar ruangan. Walau sudah melakukan hal ini berulang kali, ia masih tetap berharap menemukan celah untuk bisa keluar dari tempat ini.

Entah dimana dirinya berada, walau tergolong bersih tapi tempat ini cukup pengap karena kurang mendapatkan udara dari luar. Ruangan yang hanya terdapat beberapa perabotan, hanya ventilasi udara kecil tanpa satu pun jendela. Di kamar mandi tidak jauh berbeda, sama sekali tidak ada akses untuk melarikan diri dari tempat ini.

"Apa kau merindukanku, El?" Leandra tersenyum penuh kepedihan. Senyumnya yang sangat langka, mata tajam tapi mengandung tatapan kehangatan jika memandangnya, dan sikapnya yang penuh perhatian, entah kenapa malam ini Leandra begitu merindukan Elliot. Tubuh Leandra luruh ke lantai kemudian menenggelamkan kepalanya di sela lutut. Malam ini ia harus tidur tanpa berada di pelukan Elliot.

Di waktu yang sama tapi di tempat yang berbeda, sosok yang begitu di rindukan Leandra sedang berdiri di balkon dengan wajah datar dan tatapan kosong. Tidak ada yang bisa ia lakukan karena anak buahnya belum mendapatkan informasi apapun tentang keberadaan Leandra.

Apakah Leandra meninggalkannya? Apa Leandra menghindarinya? Padahal hubungannya dengan Leandra terakhir kali baik-baik saja, ia juga tidak melakukan kesalahan apapun yang membuat Leandra sakit hati atau lainnya, bahkan Leandra sudah mulai membuka hati padanya.

Jika hilangnya Leandra di sebabkan oleh Dion, menurut informasi yang ia dapatkan, pria tersebut justru berada di rumah sakit menjaga papanya. Seolah Dion tidak ada sangkut pautnya dalam hal ini. Maka dari itu ia tidak mungkin mendatangi Dion lalu memaksa pria itu untuk membuka suara mengenai keberadaan istrinya.

Elliot tidak dapat mencerna situasi ini, pikirannya terus berkecamuk menduga-duga banyak hal. Jika bisa, lain kali ia akan memasang pelacak di tubuh Leandra. Hilangnya Leandra sungguh membuat hatinya tidak tenang.

Ketika seseorang yang berarti hilang dari pandangan kita, seluruh dunia tampak kosong. Hal yang paling menyakitkan adalah tidak bisa menatap langsung wajah orang yang kita sayangi.

Ya, perasaan rindu adalah perasaan yang wajar dimiliki oleh manusia. Saat perasaan rindu terpendam dan tidak dapat di salurkan, maka rasa sakitlah yang didapatkan. Apalagi perasaan rindu akan terus menghantuimu seiring berjalannya waktu.

Tanpa Elliot dan Leandra sadari, kejadian ini membuktikan bahwa keduanya saling memiliki keterikatan cinta. Merindukan seseorang adalah bagian dari mencintai seseorang.

Terus ikuti kelanjutan cerita "It's My Destiny"

Cerita ini murni hasil pemikiran sendiri, biar penulis makin encer mikirnya jangan lupa berikan dukungannya. Kalau malas coment, vote saja cukup.

Vote gak butuh waktu lama. Gak lebih dari 5 detik kok, bukan hal sulit...jadi jangan hanya menikmatinya tapi hargai juga jerih payah penulisnya ya 😚

Terima kasih. Sehat dan bahagia selalu untuk kalian.... 😉

It's My DestinyWhere stories live. Discover now