23. Second Date (?)

2.6K 300 8
                                    

Hari ini hari Sabtu, Hanan tersenyum ketika dirinya tiba tepat di depan kedai milik Hendrik, teman dari Marselio yang sekarang sudah menjadi temannya juga. Ia mengetikkan sebuah pesan pada Marselio bahwa ia baru saja sampai. Setelah kejadian Marselio sakit juga sang ayah yang bertemu dengan Om Jeron, keesokan harinya Hanan rasa semuanya nampak berubah, dari tatapan Marselio yang terpancar binar bahagia.

Hanan ingat sekali bahwa hari itu Marselio datang padanya hanya untuk memeluk tubuhnya erat-erat. Hanan tentu saja bingung, ada apa dengan pemuda yang satu tahun lebih tua darinya ini. Dan dari sana Marselio menceritakan semuanya, semua tanpa terlewatkan sedikitpun.

Sedangkan di dalam sana, Marselio yang sedang mengerjakan tugas akhir bersama teman-temannya dengan cepat mengecek handphone yang berbunyi, nada khusus yang menandakan bahwa yang mengiriminya pesan adalah Hanan, pemuda yang berhasil mengambil seluruh hatinya itu. Ia membaca pesan tersebut dengan teliti, setelah itu dengan cepat ia membereskan barang-barangnya yang mana membuat yang lain menatap Marselio kebingungan, sebab tugas yang mereka kerjakan belum sepenuhnya selesai.

"Mau kemana, Mar? Belum juga selesai tugasnya."

"Kesayangan gue udah jemput, gak enak nanti dia nunggu lama." Katanya sembari menyampirkan tas pada pundak kokoh miliknya.

Luvi mendengus, "cihh, yang bucin memang beda! Dulu aja bodo amat lu sama Hanan."

Xena menertawakan hal itu, tawa mengejek, "karmanya udah dateng, jadi bucin Hanan kan sekarang." Katanya kemudian, sedang Marselio hanya tersenyum tipis menanggapinya. Karena ia pun menyadari bahwa ia mendapatkan karma itu sendiri.

"Gue duluan ya." Marselio berlari kecil setelahnya. Sesampainya ia di luar, pemuda itu melihat Hanan yang sedang duduk di atas motor miliknya, tersenyum hingga matanya menyipit lucu.

Marselio yang melihat itu tentu saja tersenyum juga, namun senyumnya tergantikan oleh rasa bersalah setelahnya. Ia lalu berlari menghampiri Hanan.

"Panas, Nan. Lama banget gak nunggu aku nya?" Tanya Marselio dengan lembut, ia bahkan mengambil tasnya untuk melindungi Hanan dari panasnya matahari siang ini.

"Engga kok, lebay banget kamu kak. Udah selesai belum tugasnya?"

Marselio menggelengkan kepala, "tapi udah mau selesai." Katanya kemudian.

Hanan sendiri yang mendengar itu sontak bertanya dengan raut wajah kebingungan. "Kok gak di selesain?"

"Kamu udah jemput, nanti nunggu lama." Jawab Marselio apa adanya.

Hanan tersenyum, ia lalu turun dari motor miliknya itu, menarik Marselio yang masih senantiasa melindunginya dari terik matahari menggunakan tas milik pemuda itu. "Gapapa selesain dulu, aku bisa nunggu kok." Katanya dengan senyum manis yang tersematkan di wajah, Hanan mendorong pintu kedai itu kembali, berjalan ke arah teman-teman Marselio yang masih sibuk mengerjakan tugas masing-masing.

"Nan, beneran gapapa?" Tanya Marselio, ia hanya tidak enak membuat Hanan menunggu lama karenanya.

"Gapapa kak, daripada nanti ngerjain sendirian, kan gak enak."

Marselio mengangguk, menarik kursi lain untuk Hanan duduki, sedang dirinya duduk di tempatnya kembali.

"Lah kok balik lagi?" Tanya Luvi.

"Gapapa." Kata Marselio dengan senyum kecil di bibirnya. Memiliki seseorang seperti Hanan yang begitu pengertian di hidupnya mampu membuat Marselio bahagia. Dan Marselio harapkan Hanan memang benar-benar jodohnya.



Kali ini ditemani dengan rujak, keduanya sudah duduk dengan santai di sebuah bangku di bawah pohon rindang. Habis kulineran bersama di sore hari yang cerah ini. Banyak sekali tentengan yang terletak di tengah-tengah mereka, satu porsi dimsum, telur gulung, dan sekarang rusak buah yang tengah mereka makan.

[END] It's Okay, Kak.. Where stories live. Discover now