10. Banyakin bahagia!

2K 286 21
                                    

Harinya indah, begitu juga dengan senyum Hanan yang setiap hari selalu sama. Entah apa yang anak itu pikiran, apa yang anak itu makan, mood nya benar-benar bagus dan baik juga. Contohnya hari ini, ya sebenarnya sih sama seperti hari-hari sebelumnya.

"Bahagia amat sih." Agrena berikan colekan pada bahu milik Hanan.

"Hehehe iya, ehh tapi Hanan bahagia setiap hari kok!"

"Iya deh serah lu aja bocah!"

"Rekaa! Hanan gak bocah."

Reka serta Agrena tertawa lantas menggeleng-gelengkan kepala setelahnya.

"Kita cuma satu kelas kan? Abis ini main yuk."

Hanan menganggukkan kepala, sedang Agrena layangkan pertanyaan, "kemana kita?"

"Kemana aja lah, yang penting seru-seruan aja sih."

Hanan mengangguk, begitupun dengan Agrena juga, memang belakangan ini mereka jarang sekali hangout bersama. Biasa, sibuk dengan tugas dan segala tetek-bengek lainnya, selagi ada waktu kenapa tidak ya kan?

Sesaat setelah mereka memasuki kelas bisik-bisik mulai terdengar, Hanan yang sadar bahwa semua mata kini tertuju padanya merasa tidak nyaman.

"Jadi bener ya kalo lo sama Kak Marsel pacaran?" Tanya seorang perempuan yang tingginya sama dengan Reka. Ia menatap Hanan dengan tatapan remeh miliknya.

"Apa urusannya sama lo?"

"Gue ngomong sama ini anak, lo gak usah ikut campur rek." Perempuan itu menatap Reka tidak suka, ia merasa urusannya hanyalah dengan Hanan saja.

"Iya Jana, kenapa ya?" Jawab Hanan setelah mengusap lengan Reka agar anak itu tak tersulut emosi lebih dari ini.

"Gak malu ya? Punya apa lo sampe berani suka sama Kak Marsel? Berani jadi pacarnya juga? Kayaknya lo butuh kaca deh, Nan. Ngaca dulu sebelum ngerebut punya orang." Jana melayangkan tatapan menusuk miliknya pada Hanan, yang mana Hanan balas dengan tatapan sedih miliknya.

"Palingan juga jadi bahan taruhan, kayak gak tau squad Kak Marsel aja lo Jan, percaya deh, gak jauh-jauh dari itu." Perempuan yang Hanan tahu betul namanya adalah Indah itu melayangkan tatapan serupa yang Jana berikan.

"Gak usah di denger, mulut bangke kok di dengerin, ya keluarin hawa busuk lah." Reka menarik lengan Hanan, ia tahu betul bahwa Hanan pasti menyimpan baik-baik kata itu dalam kepalanya.

"Lain kali jaga kata-kata, iri gak bisa ada di posisi Hanan kan lo?" Agrena menggelengkan kepalanya, tak lupa memasang raut julid di wajah rupawan miliknya.

Hal itu tentu saja membuat keduanya melayangkan tatapan tajam setelahnya, merasa kalah tentu saja. Tapi apalah daya bahwa mulut Reka juga Agrena lebih tajam dibandingkan keduanya.

"Gak usah di pikirin, mereka manusia-manusia iri sama posisi lo aja."

Kata-kata dari Reka tak mampu membuat Hanan tenang barang sedikitpun, wajah Hanan memang nampak biasa-biasa saja, namun pikirannya bekerja dengan begitu baik untuk merespon kata-kata yang teman sekelasnya itu berikan.

"Hanan?"

Hanan menoleh, menggubris palingan Agrena yang menatapnya dengan khawatir, Hanan lantas tersenyum upaya menunjukkan bahwa ia tidak terpengaruh sama sekali dengan kata-kata tersebut.

"Iya Nana, tenang aja. Hanan gak bakal pikirin." Bohong, memang Hanan ini pandai berbohong.



Kelas telah usai, ketiganya nampak berjalan beriringan menuju parkiran jurusan, sudah semangat sekali ingin jalan-jalan. Ah, bahkan Hanan sudah menyiapkan rute apabila Reka juga Agrena tidak menemukan jawaban kemana mereka akan pertama pergi.

[END] It's Okay, Kak.. Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu