8. Kenapa harus putus?

2.6K 332 36
                                    

"Kak Yora!" Seru Hanan dari jarak 1 meter, ketika pandang mereka bertemu, Hanan juga Yora saling tersenyum, lalu keduanya kini sudah berdekatan.

"Hanan, tumben jam segini ke gedung Tekkom." Yora melempar tanya, matanya kini menatap kearah dua anak Adam yang berada di belakang Hanan sendiri.

"Iya, mau cari Kak Lio. Kakak ada liat?"

Yora nampak berpikir, Marselio ya? Kalau tidak salah sih ia lihat Marselio bersama dengan Catherine tadi. Mau memberitahu namun Yora takut Hanan terluka hatinya, jadi lebih baik ia menggeleng saja.

"Gak liat tuh, tadi terkahir liat di kelas deh." Alibinya.

Hanan mendesah kecewa, tak lama tapi. Setelah itu ia mengangguk seraya melempar senyum manis andalannya, "yaudah makasih ya, Kak Yora. Mau pulang kan?" Tanyanya, setelah mendapatkan respon sebuah anggukan, Hanan kembali membuka suaranya, "hati-hati ya kak."

Yora tersenyum lembut, lalu hanya mengangguk, membiarkan Hanan juga dua orang lainnya berlalu dari hadapannya. Hanan selalu sama, tulus di setiap kata, perbuatannya, juga senyuman yang anak itu sematkan, bagaimana bisa? Yora masih kebingungan soal bagaimana bisa Marselio memperlakukan anak semanis dan sebaik Hanan ini?

"Coba deh lo telpon, jangan jadiin alesan karena dia gak ada, jadi lo gak mau putusin dia." Reka layangkan tatapan menusuk miliknya, Hanan gelisah di buatnya.

"Reka, kontrol diri lo, kasihan Hanan lo ketusin dari tadi." Agrena tetap mengingatkan, tidak tega melihat wajah Hanan yang terlihat sedih bukan main.

Reka tak mengeluarkan tanggapan, hanya acuh yang ia lakukan. Toh, dia memang harus begini kalau mau semuanya berjalan baik-baik saja, bukan sok tahu dan sok jadi pahlawan, tapi jika permasalahannya begini kalau bukan dia.. siapa lagi?

Dan dengan berat hati, tentunya. Hanan mengeluarkan handphone miliknya, mencari kontak Marselio yang ia simpan dengan nama 'Kak Lio' itu, menekan gambar telpon untuk menghubungi kekasihnya itu.. uhmm ralat, calon mantan kekasih.

Tak lama, dering ketika panggilan pun di angkat, terdengar suara candu milik Marselio di seberang sana.

"Hallo, Kak. Dimana?"

"Rooftop, kenapa Nan?"

"Aku lagi di gedung kakak, boleh ketemu sebentar?"

"Ohh iya boleh, sebentar ya sayang, kakak turun dulu."

"Okee."

Panggilan tersebut tak langsung di tutup, jeda sejenak sampai suara Marselio kembali terdengar.

"Hanan.. you okay?"

Hanan menelan saliva nya, kemudian ia dengungkan tawa, "okayy, i'm okay kak.."

Dan selanjutnya panggilan benar-benar di putuskan sepihak, Agrena yang melihat itu, pun dengan Reka menjadi iba. Reka tahu bahwa dirinya keterlaluan, tidak seharusnya mengontrol Hanan sebegini parahnya. Tapi.. akan selalu ada kata tapi mengiringi, Reka tidak akan berdiam diri jika sahabatnya di perlakukan tidak baik begini.

"Rek, aduhh gue muleess."

Satu geplakan Reka daratkan pada kepala Agrena, "gak usah alesan lu bocah! Gue tau akal-akalan lu!" Reka mendengus, menatap sengit kearah Agrena yang menatapnya dengan tatapan merajuk. Sahabatnya yang satu ini memang tidak tahu sopan santun sekali.. dalam dunia persahabatan maksudnya, asal geplak! Agrena penjunjung nomor satu kata-kata 'kepala di fitrahi!'

Tidak begitu lama mereka menunggu Marselio terlihat muncul dari sebelah Utara, aura tampannya sudah terlihat bahkan dari jauh sekalipun.

"Hai, maaf nunggu lama."

[END] It's Okay, Kak.. Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz