11. Marselio, Hanan dan coklat panas.

2.1K 296 67
                                    

Marselio adalah definisi manusia sempurna bagi seorang Hanan Giovanni, bagaimana tidak? Sudah berapa kali Hanan mengatakan kalau Marselio itu tampan? Manusia tertampan yang bisa ia miliki sekarang. Dan Hanan cukup bangga akan hal itu.

"Kakak suka coklat kan? Ini udah Hanan buatin." Hanan menyodorkan satu gelas coklat panas yang ia buat sendiri. Ditemani dengan langit malam yang cantik malam ini, di teras rumah Hanan mereka duduk berdua. Belum ada pembicaraan sebab Marselio memang baru mendudukkan dirinya 10 menit terakhir.

"Suka, manis kan. Kayak kamu." Marselio lemparkan gombalan yang menurut Hanan cheesy sekali. Sudah terlalu banyak gombalan yang Marselio berikan hingga sekarang Hanan terlihat cukup terbiasa dengan hal itu.

"Gombal, tumben kesini, gak nongkrong kak?"

Marselio menggelengkan kepalanya, ia mengambil gelas yang berisikan coklat yang Hanan buat, menyeruputnya sedikit demi sedikit, satu kata. Enak. Coklat buatan Hanan tidak buruk juga.

"Daripada nongkrong enak disini sama kamu." Lagi Marselio dengan kata-kata manisnya. Hanan sendiri hanya mendengus mendengarnya, ia alihkan pandang untuk menatap langit yang di hiasi sedikit bintang.

"Kak.."

"Iya?"

Hanan tak langsung menjawab, ia diam sejenak sebelum kembali membuka suara dan menyuarakan maksudnya memanggil sang kekasih.

"Kakak bahagia gak.. sama aku?"

Pertanyaan yang selalu Hanan simpan akhirnya dapat ia suarakan, pertanyaan sederhana yang maknanya luar biasa, apakah Marselio bahagia bersamanya. Hanan perlu tahu akan hal itu meski hubungan mereka masih terbilang sebentar, Hanan perlu tahu.. kalau saja Marselio tidak bahagia lebih baik hubungan ini diakhiri saja kan? Hanan tahu dirinya sudah egois sejak awal dengan menerima ajakan Marselio untuk berkencan padahal ia jelas tahu bahwa Marselio masih menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya.

Iya, jangan sebut namanya. Tiba-tiba Hanan jadi malas kalau nama itu terdengar oleh gendang telinganya.

"Ya bahagia, kenapa kok tiba-tiba nanya gitu?"

Hanan menggelengkan kepalanya, menoleh untuk melihat objek indah ciptaan Tuhan yang berada tepat di sampingnya sekarang ini. Kira-kira Marselio ini merasa beruntung tidak ya di sukai dan di puja sebanyak ini oleh Hanan?

"Takut." Cicitnya pelan, Hanan benar ketika ia mengatakan bahwa ia takut.

"Takut, kenapa? Aku gak gigit kok, sayang."

Hanan tunjukkan wajah cemberut miliknya, dia lagi serius, tidak bisa di ajak untuk bercanda saat ini. "Bukan gitu, aku takut kalo nanti kakak ngerasa risih karena terikat sama aku, aku takut kakak gak bahagia punya pacar kayak aku." Hanan menarik napasnya dengan pelan, lalu membuangnya dengan pelan pula, "kayak yang kakak tahu, kita pacaran aja kek tiba-tiba gitu. Ngerti maksud aku kan kak?" Lanjutnya kemudian yang mana Marselio tanggapi dengan sebuah senyuman tipis miliknya.

Marselio ulurkan tangan untuk mengusap pelan pipi Hanan yang terasa dingin malam ini. "Jangan overthinking, aku bahagia sama kamu sayangku. Udah jangan mikirin yang enggak-enggak yaa, sekarang nikmatin aja proses hubungan kita ini. Lucu banget sih kalo lagi overthinking gini." Marselio cubiti pipi Hanan dengan gemas.

Marselio jujur kalau Hanan memang terlihat menggemaskan kalau di perhatikan lebih intens lagi, kenapa tidak dari dulu ia tahu kalau pemuda di hadapannya ini menyukainya?

"EKHEM!"

Keduanya sontak terkejut manakala mendengar suara deheman milik sang kepala keluarga. Hanan sudah menoleh dengan tatapan sengit miliknya sedang Marselio tengah mengelus dadanya sebab masih berdetak tak karuan. Kaget dia, bukannya apa!

[END] It's Okay, Kak.. Where stories live. Discover now