7. Obrolan Ayah dan Marahnya Reka.

2.5K 326 29
                                    

Pagi ini Hanan bangun dengan perasaan yang senang luar biasa, anak bunda satu ini sudah tersenyum ceria pagi-pagi, menyapa Bunda nya beserta Ayah yang sedang duduk di depan TV di temani dengan secangkir kopi hangat dan berita pagi di salah satu stasiun televisi.

"Haduhh, anak bunda bahagia banget deh kayaknya hari ini." Bunda mencubit gemas pipi Hanan.

Sedang sang anak sendiri hanya tersenyum manis menanggapinya, lalu menggeleng dan membuka suara, "gak Bunda, Hanan bahagia setiap harinya." Katanya.

Bunda pun hanya mengangguk saja sebagai jawabannya, lalu memberikan segelas Teh hangat untuk Hanan sendiri.

"Terimakasih malaikatku~" Hanan membukakan dirinya lalu segera berlalu kearah Ayah, membiarkan Bunda melanjutkan aktifitasnya yang sempat tertunda, menggoreng pisang untuk sarapan pagi ini.

"Ayah.. ayah!"

Ayah menoleh, menatap sang anak dengan tatapan bertanya miliknya. Pagi-pagi sudah heboh seperti ingin bertanya apa saja.

"Hanan mau tanya boleh?"

"Boleh, kenapa engga?"

"Okay deh, jadii.. Bunda buat Ayah itu apa?"

Ayah jelas tersenyum saat mendapat tanya, begitu mudah jawaban yang akan ia berikan.

"Segalanya, Bunda segalanya buat Ayah." Ayah begitu bangga mengucapkannya, Hanan bisa melihat itu dari sorot mata yang Ayah berikan. Dan Hanan jelas ikut tersenyum, begitu sempurna kisah cinta kedua orang tuanya.

"Ayah, gimana rasanya jatuh cinta?"

Ayah lalu menoleh, jelas sedikit heran kenapa sang anak membahas soal cinta di pagi buta begini.

"Anak ayah lagi jatuh cinta?"

Hanan hanya mengangguk kecil sebagai jawabannya, sedangkan dalam hati pemuda itu berkata bahwa ia sudah lama jatuh cinta, namun ia baru berani membuka hal itu sekarang, mungkin karena cintanya juga terbalaskan(?)

"Sama siapa, siapa orang yang berhasil memikat hati anak manis Ayah, hm?"

Hanan tersenyum, malu-malu. Jelas, sebab mereka sedang membahas seseorang yang Hanan sukai bahkan hanya jika namanya di sebut saja.

"Ada deh.. tapi ayah, Hanan ragu."

"Ragu?" Ayah bertanya, memfokuskan diri kepada Hanan, apa kira yang membuat anaknya ini ragu dengan seseorang yang ia cintai ini?

"Dia cinta Hanan atau gak ya?" Hanan menunduk lesu, padahal kenyataannya ia mungkin tahu kalau Marselio tak mencintainya.

"Emangnya kenapa? Kok bisa ragu?"

"Iya, dia sekarang pacar Hanan, tapi dia bilang suka, bukan cinta. Kira-kira dia cinta Hanan gak ya?"

Tanya yang Hanan layangkan membuat sesak dadanya sendiri, sudah jelas ia tahu, tapi nekat bertanya.

"Hanan.. dengerin ayah ya, Nak. Cinta itu gak selalu bisa di ungkapkan dengan kata-kata, bisa lewat sikap, bagaimana cara dia menyikapi kita, gak harus selalu bilang 'aku sayang kamu' atau 'aku cinta kamu'. Cinta bisa di tunjukkan lewat bagaimana cara dia memandang kita, bagaimana caranya menyikapi kita."

Hanan mengangguk, jadi begitu ya? Baiklah mungkin tugas Hanan selanjutnya adalah bisa membuat Marselio mencintainya, perihal bagaimana sakitnya, mungkin bisa ia pikirkan nanti saja. Biarkan hatinya remuk redam sebelum akhirnya di perbaiki oleh si perusak itu sendiri.

Jatuh cinta dengan segala penderitaannya memang Hanan suka, semoga hasilnya memuaskan juga. Jadi, boleh lah yaa ikut andil doakan Hanan juga, cukup bantu doa, yang berjuang ya biar Hanan saja.

[END] It's Okay, Kak.. Where stories live. Discover now