22. Tentang penyesalan.

3.3K 320 16
                                    

Hanan sudah siap-siap akan pulang, ia melirik ke arah Marselio yang sudah terlihat mendingan. Hanan lalu terkekeh, lucu dengan ekspresi yang Marselio tunjukkan, seperti seorang anak yang enggan di tinggalkan sang ibu untuk pergi barang sebentar saja.

"Aku pulang dulu ya, Kak. Obatnya jangan lupa di minum, kalo Ibu nyuruh makan di makan, kasian loh dia udah masak tapi malah gak di makan." Kata Hanan memperingati.

"Nginep satu hari lagi, gak bisa?"

Hanan menggelengkan kepalanya, "nanti malem juga udah sembuh, mau sembuh kan? Makanya minum obat, oke?"

Marselio kemudian hanya mengangguk saja sebagai jawabannya. Pasrah, padahal dirinya ingin menghabiskan waktu dengan Hanan dan memeluk pemuda itu sepanjang malam.

"Mau kemana?" Tanya Hanan tiba-tiba saat ia melihat Marselio sudah hendak berdiri dari duduknya.

"Anter kamu ke bawah." Katanya dengan polos yang mana Hanan tanggapi dengan ber oh ria.

Sedangkan di halaman rumah Marselio sendiri, Jonathan baru saja sampai untuk menjemput putranya. Menunggu di mobil adalah hal yang Jonathan lakukan, namun tak lama matanya memicing ketika mendapati seseorang yang ia kenal tengah duduk di teras dengan iPad sebagai temannya, bahkan seseorang itu menggunakan setelan jas lengkap.

Karena penasaran Jonathan memilih untuk keluar dari mobil, hanya untuk memastikan apakah dugaanya benar.

"Pak Jeron?"

Seseorang yang ia panggil dengan sebutan itu pun mendongak, mengalihkan fokusnya dari iPad miliknya pada Jonathan yang terlihat menunjukkan senyum segannya.

"Loh.. kamu Jonathan ya?" Tanya Jeron, wajahnya bingung sebab mendapati pegawainya di sini, di rumah pribadi miliknya ini dengan setelan kantor pula.

Jonathan mengangguk dengan cepat, wajah berseri miliknya ia tunjukkan untuk mengatakan bahwa ia senang bertemu dengan boss di tempatnya bekerja ini.

"Divisi keuangan, kan?"

Lagi-lagi Jonathan mengangguk, hati nya merasa bangga sebab boss nya ini tahu akan dirinya dan juga di bagian mana ia bekerja.

Jeron lantas segera berdiri, mengulurkan tangannya untuk saling berjabatan, baru setelahnya Jeron mempersilahkan Jonathan untuk duduk.

"Saya gak nyangka ketemu bapak di sini." Ujar Jonathan masih dengan senyum miliknya. Yang mana membuat Jeron ikut tersenyum, namun bedanya Jeron menunjukkan senyum tipis miliknya.

"Kenapa bisa nyasar sampe ke sini, Jo?"

Jonathan terkekeh mendengarnya, ia menggelengkan kepala setelahnya, "mau jemput anak saya, Pak." Katanya menjelaskan bagaimana ia bisa sampai di depan rumah milik boss nya ini.

Jeron mengernyitkan alisnya tanda bahwa ia keheranan, "anak kamu?" Tanya, ia juga baru mengingat bahwa teman sang anak menginap semalam. Itu artinya apakah anak yang di maksud oleh pegawainya ini adalah Hanan?

"Namanya Hanan?"

Jonathan mengangguk, nampaknya ayah dari Hanan itu juga belum menyadari situasi saat ini, baru lah ketika beberapa detik berlalu Jonathan mengubah ekspresi wajahnya menjadi kaku.

"Loh kok bapak tau?" Jonathan layangkan sebuah pertanyaan bodoh yang mana membuat Jeron terkekeh di buatnya. Jeron biarkan sampai Jonathan paham sendiri nantinya. Dan benar saja, detik berikutnya Jonathan menatap kaget ke arah dua pemuda yang baru muncul dari arah belakangnya.

"Jadi si Lio ini anaknya bapak ya?"

Jeron hanya tersenyum tipis seraya mengangguk. Sedang Hanan melihat ekspresi kaget dari sang ayah kini memasang wajah bertanya-tanya.

[END] It's Okay, Kak.. Where stories live. Discover now