BAGIAN 11/3

77 19 5
                                    

Sebuah mobil hitam mengkilap yang dikendarai sendiri oleh Stif berhenti di depan lapangan luas yang biasanya digunakan untuk bermain basket. Lapangan itu tampak sepi. Untungnya tidak begitu gelap karena ada sekitar 4 lampu yang menyinari dari berbagai sudut lapangan.

Di dalam mobil, ia sempat mengecek sekali lagi pesan dari Yang Suk yang memintanya bertemu di tengah malam begini.

Walau ia tidak ingin menemui laki-laki itu, tetapi saat Yang Suk menyebutkan Yuna mungkin bisa saja terluka, ia langsung tancap gas detik itu juga untuk memenuhi permintaan Yang Suk.

Stif yang sudah tidak tahan lagi akhirnya beranjak keluar dari mobilnya dan masuk ke dalam lapangan mencari sosok Yang Suk. Mata elangnya menyusuri seluruh sudut lapangan dan sama sekali tidak menemukan Yang Suk disana.

Seketika perasaan Stif jadi aneh. Jantungnya berdebar-debar tidak karuan.

"Kau sudah datang?"

Setelah suara itu terdengar dari belakang tubuhnya, tepat pada saat Stif akan menoleh, sebuah pukulan mendarat tepat di wajahnya begitu keras.

'BUG!'

Stif tersungkur di tanah, tak jauh dari tempat Yang Suk berdiri. Ia bisa merasakan dengan jelas bagaimana tulang pipinya amat sakit luar biasa dan mungkin sebentar lagi akan menjadi luka lebam yang besar disana. Tetapi, sebagai seseorang yang tidak pernah kalah begitu saja, Stif membuang jauh-jauh rasa sakit yang mungkin bisa membuatnya lemah. Begitu bangun, ia memastikan kedua kakinya berdiri dengan tegap dan benar, agar tidak lagi terjatuh dengan mudahnya. Kedua mata elangnya jadi jauh lebih was-was dan memandangi Yang Suk begitu intens tanpa ingin lengah sedikitpun.

"Kau sekarang benar-benar ingin memulai masalah denganku, kan? Kau sengaja memancingku, kan?"

Suara itu terdengar sangat marah. Tapi apa yang meletup-letup di dalam hati Stif jauh lebih dari sekedar amarah.

"Ini kan popularitas yang kau inginkan?" Stif bertanya dengan intonasi nada setenang mungkin walau wajahnya tidak berkata seperti itu.

"Apa?" Yang Suk menahan suaranya.

"Semua keinginanmu sudah aku lakukan. Semua yang ku miliki, sudah menjadi milikmu kan? Lalu, kau duluan yang bermain-main dengan kekasihku. Kau pikir, siapa yang sedang kau hadapi ini?"

Suaranya tidak bergetar walau apa yang dirasakannya benar-benar ingin membuatnya menangis. Semakin amarahnya memuncak, menyelimuti segala perasaan dan jiwa. Maka semakin tinggi Stif membangun dinding pelindung hingga jiwa Andhara seolah terpisah dari raganya dan jauh dari tempatnya berada.

Stif sudah tidak bisa menahannya lagi. Dari berbagai kebencian, dendam dan luka yang harus ia timbun setiap hari, seumur hidupnya, kini sudah waktunya ia mengembalikan semua hal yang telah membuat adiknya terluka.

"Kau pikir kenapa aku melakukan hal itu?" Yang Suk membalas. "Jika Atha tidak membantu Yuna, jika Atha tidak ikut campur dalam urusannya... aku tidak akan menyentuh laki-laki pengecut sepertinya."

Geram. Stif langsung melayangkan pukulan keras ke wajah Yang Suk. Tidak cukup sampai disitu, Yang Suk segera membalasnya. Kini pukulan itu datang ke perut Stif. Menghantam begitu kuat hingga lagi-lagi Stif tersungkur. Ia tertawa meremehkan.

"Kenapa seorang gadis sepertimu terus melindunginya sampai seperti ini?" ia bertanya sambil mendekati Stif, berlutut di tempatnya tersungkur. "Alih-alih menolakku, kau justru berpacaran dengan orang yang sangat pecundang. Apakah tipemu yang seperti itu? Seperti laki-laki yang tidak bisa melindungi kekasihnya?"

"Kenapa? Kau mendadak merasa tidak percaya diri karena kalah dari laki-laki pecundang?" Stif menjawab dengan dingin dan orang itu tertawa mendengarnya.

What Kind Of Person [UP POOMPAT] ✅Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin