BAGIAN 2/2

193 36 10
                                    

Jam empat dini hari. Atha terjaga dari tidurnya. Sudah beberapa hari ini dia sulit tidur dan entah kapan terakhir kali dia tidur dengan nyenyak. Dia kemudian merentangkan badan dan merasakan badannya sakit. Ternyata dia tidur di sofa, bukan di kasurnya yang empuk. Tempat itu juga terasa asing. Udaranya pun terasa berbeda. Atha yang terkejut segera bangun dari tidurnya. Kemudian, dia merasakan sehelai selimut merosot turun dari badannya.

Dimana ini? Atha mengamati selimut itu. Seperti bukan selimutnya. Dia memperhatikan sekeliling ruangan dan menyadari bahwa dia tidak berada di kondominium miliknya.

'ceklek'

Di sisi lain pintu didekat dapur, dia melihat seseorang keluar dari kamarnya dengan rambut acak-acakkan, hoodie kebesaran, dan celana training hitam. Atha meraba-raba ingatannya. Dia datang ke klub, Kao memaksanya untuk minum lalu berkata kalau dia akan keluar sebentar menjemput Ohm. Lalu...dia sempat menyambut kedatangan Stif dan berkata sesuatu pada perempuan itu. Itu saja.

Atha merasa kepalanya mau pecah. Alkohol masih mempengaruhinya. Ia memegang kepalanya yang serasa akan jatuh, lalu bangun dari tempatnya. Sebenarnya berapa lama dia tidur? Dia baru sadar kalau bajunya sudah diganti dengan kaos oblong abu-abu yang harum. Ternyata dia dan alcohol memang tidak cocok. Dia berharap dia tidak membuat kekacauan saat mabuk tadi.

Tetapi siapa yang mengantarnya? Earth? Ohm? Atau Stif? Dibanding Stif, lebih masuk akal jika Kao yang mengantarnya. Mana mungkin Stif akan perduli padanya? Atha dengan susah payah menjaga keseimbangan badannya lalu berjalan perlahan-lahan.

"Oh, sudah sadar?"

Atha terkejut mendengar suara Stif yang tiba-tiba muncul dari samping. Kakinya agak oleng karena belum kuat menahan bobot badannya hingga hampir menubruk meja dapur yang terbuat dari keramik. Beruntung tangan Stif buru-buru bergerak menahan pinggang Atha agar laki-laki ringkih itu tidak terbentur.

Atha masih berharap kalau Kao lah yang membawanya pulang. Tetapi melihat Stif jelas-jelas ada dihadapannya.. Glek, apa benar orang sedingin ini yang memapah, mengantarkan sampai mengganti bajunya?

"Ada baiknya kakek-kakek sepertimu duduk diam disana. Biar aku yang menyiapkan makanan untukmu," suara Stif terdengar pelan, lembut, namun masih tidak memiliki intonasi nada, selain datar.

Meskipun malu, Atha berusaha terlihat baik-baik saja dan melotot.

"Siapa yang kau sebut kakek-kakek, hah?"

"Kau," Stif berbisik ketika mendekatkan wajahnya. Atha menatap lekat wajah Stif yang jaraknya hanya beberapa senti dari wajahnya. Seluruh badannya kaku, otaknya tidak bisa berfikir jernih, wajahnya panas dan tenggorokannya jadi kering. Kedua pipinya tau-tau sudah memerah ketika Stif melepas pinggang Atha dan menjauhkan wajahnya.

"Kau tunggu saja disana. Aku akan membuat mi instan," Stif berkata sambil berjalan melewati Atha, masuk ke dapur dan mengambil panic bersih untuk memasak mi. Atha masih di tempatnya agak canggung. Namun, dia memberanikan diri untuk bertanya siapa yang mengantarnya pulang.

"Kau, siapa yang mengantarku pulang?"

Stif menoleh sekilas, jari-jari panjangnya dengan cepat membuka satu persatu bungkus mi. "Aku,"

"Hah?" Atha tampak terkejut bukan main. Mungkin seperti betapa terkejutnya orang-orang jika mendengar akan ada hujan duit lima menit lagi.

"Dan kau belum pulang, Atha."

Suasana langsung senyap dalam sekejap. Atha menunggu kalimat berikutnya dari Stif.

"Kau ada di kondominium ku. Kau pikir, aku tau rumahmu?" Stif menatapnya seolah-olah 'kita bahkan tidak dekat, untuk apa aku tau alamatmu' dan membuat Atha membungkam mulutnya.

What Kind Of Person [UP POOMPAT] ✅Where stories live. Discover now