BAGIAN 5/2

105 25 4
                                    

Namanya juga Stif. Orang yang berkata hanya ingin bertanggung jawab karena sudah dititipkan oleh Pearl dalam menjaga Atha. Di rumah sakit, di tengah-tengah ramainya orang berlalu lalang, Stif berjalan tepat di belakang Atha sambil memasang wajah dingin dan tatapan tajam bagi siapa saja yang hampir menyenggol Atha. Sedangkan dokter yang membuat janji dengan Atha justru belum datang dan dikatakan akan sedikit telat karena memiliki masalah di jalan. Jadi, Atha dan Stif memilih menunggu di kursi tunggu tanpa memulai obrolan. Tiba-tiba, Atha berkata ingin makan red velvet cake di café white pada Stif. Toko kue terdekat dapat ditempuh sekitar 20 menit dengan berjalan kaki, tetapi red velvet cake yang di inginkan Atha hanya ada di café white dekat kantor agensi Bright Hup, jaraknya 30 menit dengan mobil.

"Aku ingin makan kue itu. Tiba-tiba saja..."Atha berkata seperti itu dengan memasang muka sedih. Meski langsung di hujam tatapan menyeramkan Stif, Atha tetap saja merengek dengan wajah kekanakannya, "Lama ya jika kita ke café white dulu? Aku ingin sekali makan kue itu. Yang menjual red velvet cake paling enak juga hanya di toko itu. Entahlah, kalau sedang setres begini, aku jadi teringat kue itu... Tapi kalau dokter sebentar lagi datang, ya sudah, tidak apa-apa, pulangnya saja.."

"Dia Stif Lor itu kan?"

"Hei hei itu Phi Athaa!"

Tiba-tiba terdengar suara-suara perempuan yang entah datang darimana. Suara itu ternyata berasal dari seorang pelajar perempuan yang kebetulan adalah fans Atha dan Kao. Pelajar yang rambutnya terkuncir seperti buntut kuda itu memandangi Stif dengan tatapan mengerikan.

"Dia kok seperti itu? Jika Phi Atha bersama Phi Kao, pasti apapun yang diinginkannya akan dipenuhi."

"Betul. Jelas-jelas Phi Atha ingin makan red velvet cake. Tapi Stif malah mengerutkan keningnya seperti itu."

Suara-suara mengerikan itu juga didengar oleh Atha. Dia seketika mengubah ekspresinya dan melirik Stif yang tampak tidak memperdulikan kalimat-kalimat mereka. Seharusnya ia tidak merengek seperti itu pada Stif. Mungkin Stif akan merasa tidak nyaman dan justru mendapatkan komentar-komentar pedas dari penggemarnya yang tidak tau sifat asli anak ini. Terlalu banyak mendengarkan komentar ini dan itu membuat Atha merasa harus lebih melindungi image Stif dibanding Stif sendiri.

Untung saja, akhirnya dokter yang ditunggu-tunggu sudah datang. Stif langsung berdiri menyapa dengan sopan diikuti Atha di belakangnya. Sebelum masuk ke dalam ruangan, Atha menahan lengan Stif dan begitu Stif mengerutkan kening kepadanya, Atha mengarahkan kamera ponselnya di depan wajah Stif dan tersenyum lebar.

"Sedang apa sih?"

Pertanyaan Stif tidak dijawabnya. Atha mengetikkan sesuatu di ponselnya sambil melangkah masuk lebih dulu ke dalam ruangan meninggalkan Stif yang masih di depan pintu. Kedua pelajar tadi langsung mengecek ponsel mereka masing-masing begitu suara notif Instagram berbunyi. Mereka langsung memandang Stif dengan wajah terkejut setelah melihat postingan Atha di Insta Storynya. Tanpa sengaja tatapan mereka bertemu dengan tatapan samurai Stif. Meskipun demikian, kedua pelajar itu malah sebisa mungkin menahan jeritan histeris mereka sambil mengambil gambar Stif dengan cepat. Stif menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa aneh. Pasti anak itu berulah, batin Stif. Stif kemudian menyusul Atha masuk ke dalam ruangan.

--

Selama pemeriksaan dengan dokter, Stif tidak mengucapkan sepatah kata pun. Yang terdengar hanya suara nasihat Dokter, deritan kursi, dan gumaman Atha. Sekeluarnya dari ruangan Dokter pun, Stif tampak begitu tenang dan auranya gelap seperti biasa. Atha masih tidak berani mengatakan soal red velvet cake lagi, takut kalau-kalau Stif akan mengeluarkan kata mutiara di tengah ramainya orang di rumah sakit.

Sambil menunggu Stif mengurus administrasi, satu cup kopi hangat menemani Atha yang duduk menunggu. Tadi, Stif yang membelikannya untuk Atha dan memberikannya tanpa kata. Mungkin, itu sebagai sogokan agar Atha tutup mulut dan tidak merengek soal red velvet cake lagi selama di rumah sakit. Atha sendiri menganggapnya sebagai 'permintaan maaf' karena Stif sedari tadi mengabaikannya. Anak itu memang kadang suka bikin orang salah paham dengan diamnya. Jadi, dibanding Atha terus menerka-nerka kenapa Stif tiba-tiba menyodorkan satu cup kopi hangat, lebih baik dia mengambil kesimpulan sendiri yang membuat hatinya senang.

What Kind Of Person [UP POOMPAT] ✅Where stories live. Discover now