21. Kembali

3 2 0
                                    

Pejamkan mata dan rasakan. Aku tidak pernah pergi. Selalu di sini, di sisimu.
...

Di perjalanan Kak Mai menelpon. Aku tahu foto itu sudah menyeruak ke media.

“Di mana, Ra?”

Kalimat pertama kali kudengar begitu kuterima telepon.

“Lagi ada yang diurus, kenapa?”

“kamu enggak lihat berita?”

“Lihat.”

“Terus masih bisa sesantai ini?”

Bisa kuduga Kak Mai khawatir. Mungkin dia kelimpungan mengatasi atas apa yang kini tengah ramai di media. Reputasi RE serta Bu Aniya akan menjadi buruk.

Bukan tak ingin berpikir positif, aku hanya enggan jika kembali dikecewakan dengan harapan tentang Kak Mai.

“Aku akan pulang setelah urusanku selesai.” Usai mengatakan ini, telepon kumatikan.

Kastara menoleh ke arahku. “Jadinya ini kita ke mana?”

“Ke rumah sakit.”

“Ngapain?” Kasta cukup terkejut.

“Antar aja Kas,” pintaku tanpa memperpanjang.

...

Pukul 11 pagi aku sudah kembali ke rumah di antar Kasta. Seperti yang kubilang sebelumnya, Kak Mai serta Bu Aniya kelimpungan menanggapi berita di media.

Saat ini aku tengah duduk bak tersangka yang dimintai keterangan. Bu Aniya tidak mengeluarkan sepatah kata pun hanya Kak Mai yang terus menanyaiku.

“Anara, jelasin foto itu. Yang di foto itu memang kamu?” tanya Kak Mai.

“Iya itu aku.”

“Anara!” Tiba-tiba saja Kak Mai meninggikan nada suaranya.

Aku beralih menatapnya. “Kenapa malah ngebentak, sih?” tanyaku tak habis pikir.

“Apa maksudnya kamu melakukan semua itu? Kamu tau, kan, dampak semua ini nantinya?” Kak Mai tampak emosi.

“Ngelakuin apa? Kakak kira yang beredar di media itu kebenaran?” tanyaku lagi.

“Kamu sendiri yang mengakui. Anara, Kakak tau kamu–”

“Mengakui apa? Aku hanya bilang kalau di foto itu memang aku. Bukan membenarkan berita yang beredar di media,” belaku tak terima.

“Kamu sengaja mau menghancurkan RE?” tanya Kak Mai dan sekali lagi ini menohok sekali bagiku.

“Dengan cara menjatuhkan harga diri aku?” tanyaku balik pada Kak Mai.

“Anara, stop! Kamu selalu cari alasan, ngejawab perkataan orang yang bahkan lebih tua dari kamu. Kamu pikir dulu ibu ada ngajarin itu ke kamu? Kelakuan kamu sekarang yang udah pasti ngebuat ibu kecewa.”

Aku tersenyum miris sambil menelan saliva. “Ibu? Kenapa sekarang bawa-bawa ibu? Kemarin ke mana aja? Satu lagi, ya, Kak. Stop bilang kelakuan-kelakuan. Kakak pikir aku sebodoh itu rela melakukan apapun untuk menjatuhkan RE dan Bu Aniya? Dan plis jangan bertingkah seolah ibu bangga atas apa yang udah Kakak lakuin selama ini.”

Hope for SecretWhere stories live. Discover now