14. Hati-hati Nanti Suka

10 5 0
                                    

Ada banyak pilihan dan beragam cara untuk melupakan. Namun, dari sekian banyak itu aku memilih membiarkanmu terus berada dalam ingatan ini.

...

Seluruh siswa yang mengisi kursi penonton tampak begitu riuh dan bersemangat menonton pertandingan futsal antara Kastara dan Nabi.

Ada yang meneriakkan nama Kastara dan ada pula yang meneriakkan nama Nabi. Pertandingan futsal mereka cukup sengit, tim Nabi masih memimpin pertandingan. Skor 3-2, membuat tim Nabi lebih unggul satu poin dari tim Kastara.

Aku masih memegang almamater Kasta dan tetap setia menonton di kursi penonton. Tidak seperti yang lain, aku hanya mengamati permainan. Tidak mengeluarkan teriakkan sekalipun. Padahal Raya tak kalah heboh dengan siswa yang lain.

Nino juga Thomas ikut dalam tim Kastara. Rambut Kasta yang sudah basah karena keringat membuat kaum hawa semakin riuh. Aku menggeleng heran mengapa hanya karena itu bisa sampai riuh.

“Gol!” Beberapa pendukung tim Kastara teriak penuh semangat layaknya menyerukan kemerdekaan.

Tepuk tangan menjadi hiasan suasana riuh ini. Dari tempatku yang cukup jauh dari lapangan dapat terlihat jelas Kasta yang menatap ke arahku sambil mengedipkan sebelah mata.

Aku tersenyum sebagai respons. Dan tentu saja bisik-bisik mulai terdengar. Ah, lebih tepatnya suara-suara karena telingaku masih dapat mendengar jelas beberapa siswa yang mulai bergosip. Ada sebagian yang mengatakan iri, ada sebagian yang merasa tak terima karena Kasta hanya mengedipkan mata padaku yang jelas-jelas dari tadi hanya diam dibanding mereka yang terus menyerukan namanya.

“Ra, kayaknya cowok lo perlu minum, tuh.” Raya menyenggol lenganku dan mengarahkan pandanganku pada Kasta.

“Gue mager banget ke kantin, Ray,” kataku.

“Ya elah. Ke kantin doang, Ra, bukan ke Mars,” balas Raya.

“Udahlah. Kayaknya cewek-cewek sini pada bawain dia minum. Mubazir kalo gue beli juga.” Aku memperhatikan tak hanya satu yang memegang botol aqua.

“Gak ada so sweet-nya lo jadi pacar,” ejek Raya lalu kembali fokus pada pertandingan.

Kini bola sedang digiring oleh Nabi yang siap mengarah ke gawang. Namun, sedikit lagi menuju gol bola berhasil diambil alih oleh Kasta. Cowok itu dengan lihai menggiring bola melewati tim lawan dan mencetak gol.

Semua penonton kembali riuh. Ada yang sampai berdiri karena terlalu senang. Tak lama wasit meniupkan peluit menandakan bahwa waktu permainan habis.

Pendukung tim Nabi berakhir dengan desahan kecewa sementara pendukung Kasta berhamburan menghampiri cowok itu.

“Ra, ayok. Lo mau diam di sini sampai tahun depan? Cowok lo disamperin cewek-cewek, tuh. Nanti hilang baru tau rasa lo.” Raya menarikku bangkit dari kursi.

“Hilang ke mana coba, Ray. Lebay.” Responsku lalu berdiri mengikuti Raya turun menghampiri Kasta.

“Kasta ini minum buat kamu.”

“Minum dari aku aja dibeli pakek cinta.”

“Lo keren banget, Kasta!”

Hope for SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang