39. Kubangan Berdarah

Start from the beginning
                                    

Seon Jae Hyun tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan Jin.

"Aku tidak pernah menjahatinya kok, sungguh. Aku bahkan selalu membelanya ketika ada orang yang mengatainya anak haram, karena tidak ada yang namanya anak haram di dunia ini, Wang Jae lahir dari cinta kedua orang tuanya, aku tahu itu dengan sangat baik. Wang Jae... adalah anak yang baik."

Jae Hyun menghela napas panjang, bersandar di batang pohon seperti dadanya sedang kesakitan. Dia mendongak ke atas langit, memandangi rimbunnya dedaunan yang menghasilkan suara tangis menyedihkan di sepenghujung hutan— kata Son Je Ha padanya kala itu.

"Tak bisakah... Kau kembalikan saja aku? Ini sangat menyakitkan..." gumaman Jae Hyun menguap di udara, hanya bisa didengarkan oleh angin malam dan beberapa kelinci liar.

***

BRAK!

"K-Kyung Soo?! Nak!"

"Kyung Soo-ya, ada apa?"

Setelah membanting pintu rumahnya sendiri— sebenarnya dia tidak membanting, hanya menggebraknya sedikit terlalu kuat, Kyung Soo masuk ke dalam rumah, agak linglung dan nyaris saja terjatuh hingga membuat kedua orang tuanya terkejut.

Ibu dan ayahnya seperti tampak baru mengobrol di ruang tamu, duduk di atas bantal tipis menghadap dua cangkir teh gingseng yang tak lagi sepanas tadi. Ibunya itu nyaris melompat kaget, Nyonya Bae segera berdiri dan menghampiri putra semata wayangnya.

"Ada apa? Apa yang terjadi?!"

Kyung Soo berpeluh pada keningnya, pemuda itu terengah, menandakan jika ia baru saja berlari— sepertinya dari istana.

Tangannya gemetar, Sang ibu bisa merasakan itu ketika memegangi lengan putranya.

"W-Wang Jae... Wang Jae sudah— gila..."

Kedua orang tuanya langsung terdiam, mereka saling pandang.

Mereka yakin, anak laki-laki mereka menyaksikan eksekusi Pangeran Wang Jin dengan mata kepalanya sendiri.

"Apa... yang terjadi setelahnya?" Tanya Tuan Bae, mencoba untuk tetap terlihat tenang.

"Jasad Pangeran Wang Jin tidak dikremasi ataupun dikuburkan dengan layak, mereka... mereka menggantung kepala Pangeran Wang Jin di halaman belakang istana, dan saat ini... terjadi pertengkaran antara para pangeran dan juga— Raja..."

Nyonya Bae sangat terkejut, wanita itu menutupi mulutnya tidak menyangka, benar-benar syok. Namun melihat Kyung Soo yang nampak pucat, dia segera memeluk putranya itu, mencoba membuatnya tenang.

"Kita hanya bisa mendoakan arwah Pangeran Jin sekarang, semoga dia bisa beristirahat dengan tenang," Sang ibu mulai menitikkan air mata.

"Apakah menurut ibu Pangeran Jin akan beristirahat dengan tenang? Ibu yakin akan itu?" Kyung Soo sangsi.

Sang ibu tidak sanggup menjawab.

Tuan Bae diam saja sejak tadi, terlihat berpikir selama beberapa saat. Semenjak Wang Jae dinobatkan menjadi Raja selanjutnya, Goryeo menjadi kacau balau. Banyak warga memberontak dan menolak untuk membayar pajak, hingga melakukan aksi protes langsung di depan istana.

Dan setiap hari selalu ada korban jatuh akibat kekerasan prajurit kerajaan.

"Ayah!" Panggil Kyung Soo, "bagaimana dengan Je Ha! Kenapa aku tidak tahu gibu-nya bukan lagi Tuan Seon tapi Wang Jae?! Je Ha akan menjadi target selanjutnya! Kita harus menolongnya ayah!"

Tuan Bae menghela napas pasrah, "Kyung Soo-ya, kau tahu gyobang saat ini tengah dikepung, bukan? Bahkan... ayah melihat sendiri Tuan Seon sulit untuk masuk, apalagi orang seperti kita."

[✔] 5. 真実 [TRUTH] : The PrologWhere stories live. Discover now