12. RUMIT

12 0 0
                                    

Flashback Off

****

"Jadi payung biru yang sering kamu pakai itu dari ustadz muhib? OMG...." Ka masih geleng-geleng kepala seolah tidak percaya dengan apa yang dia dengar dari ra, penjelasan ra yang panjang tadi membuatnya menutup mulut karena kaget dengan kenyataan.

"Trus, trus, lanjutnya gimana?" Tanya ka dengan penasaran penuh

"Hmm... Trus....." Ra lanjut menceritakan pertemuan-pertemuan selanjutnya dengan ustadz muhib

Flashback On

Besoknya, setelah kemarin ra memakai payung ustadz, dia berinisiatif untuk mengembalikannya, sekalian mengganti uang ongkos gocar yang telah ustadz muhib pesankan.

Kebetulan hari ini mata kuliah nagham, seharusnya sih ra bertemu dengan ustadz muhib. Ra yang tahu biasanya ustadz akan datang lebih awal dari pada mahasiswanya bergegas menuju kampus lebih dulu, sedangkan ka dan mi masih sibuk bersiap-siap.

Sesampai ra dikampus, bola matanya mencoba mencari-cari, berpindah-pindah tempat namun sepertinya yang dicari belum terlihat hilalnya.

"Gak biasanya ustadz jam segini belum dikampus, biasanya beliau datang lebih awal, tunggu di kelas aja kali ya, kembaliin payungnya pas udah selesai kuliah aja" batin ra, lalu beralih menuju kelas, yang mana dikelas sudah mulai rame oleh teman-temannya, termasuk ka dan mi yang dari tadi menunggu ra.

"Nah, nongol juga dia" sahut ka melihat kearah ra yang mendekat mengambil posisi duduk disebelah mi.

"Darimana aja ra? Bukannya kamu lebih awal tadi? Kok baru masuk, kami pikir udah kekelas, tapi tas kamu pun belum ada, ngapain tadi?" Tanya ka lebih lanjut.

"Eng....enggak ngapa-ngapain, tadi keliling-keliling kampus aja dulu" balas ra, tapi gak bohong, dia emang keliling-keliling kok. Hehee walaupun ada tujuannya.

"Ngapain keliling kampus? Olahraga? Hahaha" tawa mi meledak sekaligus meledek ra.

"Dahlah, capek ngomong sama kalian" ra ingin mengakhiri kejulitan sahabatnya.

Beberapa menit kemudian, ustadz muhib seharusnya sudah masuk kelas, tapi kenapa sampai sekarang belum keliatan sama sekali tanda-tandanya.

Ra mulai memutar-mutar matanya kepintu masuk, kira aja ustadz muncul, tapi beberapa kali dicoba masih sama, tidak ada yang akan masuk kekelas.

"Kamu kenapa dari tadi risih rusuh gitu? Muter-muter ke belakang liatin pintu, ngapain? Nungguiin ustadz ya??? Cieee.." gaduh ka membuncah kelas

"Iya, gak masuk ya ustadz muhib hari ini?" Jawab ra polos masih meihat kearah pintu. Gak sadar dia telah memancing dua sahabatnya untuk semakin kompor.

Ka dan mi yang melihat ekspresi ra, saling tatap-tatapan mengangkat alisnya melempar kebingungungan.

"Ha? Kamu serius nungguin ustadz? Ngapain nungguin ustadz? Kalian janjian? Acieeee" tuh kan, ka mulai.

"Hahahaaa,,, rindu kali dianya ka" sambung mi dengan disambut tawa ka.

Ra tersadar dengan guyonan sahabatnya hanya bisa mendengus pasrah.

"Gini amat punya sahabat, untung sayang" cicit ra lirih.

"Ukhte PJ tolong ukhte PJ, gimana nih, kuliah gak kita? Ape kabar ustadznya kok gak datang-datang juga jam segini?" Mi bersorak kepada penanggung jawab mata kuliah nagham, seolah tau ra bertanya-tanya dari tadi, tapi segan mau nanya langsung ke PJ makul nagham.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 13, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RAMIKAWhere stories live. Discover now