23.

28.1K 2.1K 214
                                    

Jeno kembali tertidur di tengah tengah ranjang milik Harvand dan Hana, kedua bola mata indah itu tertutup dengan rapat, setengah tubuh mungilnya terbungkus oleh selimut tebal berwarna putih, di temani oleh Harvand yang selalu ada di sampingnya.

Sejak tadi memang Harvand tidak beranjak sama sekali, bahkan ia hingga ikut tertidur di samping sang cucu tapi hanya sebentar.

Sungguh, sebenarnya Harvand merasa kasihan kepada salah satu cucu tampannya ini, yang harus menghadapi masalah keluarganya yang cukup berat bagi dirinya yang masih berumur delapan belas tahun.

Jeno menangis di depan kamarnya dengan memeluk Hana-istrinya, cukup membuat pria berumur itu terkejut, Hana juga ikut mengeluarkan air matanya, mendengar suara tangis cucunya yang sangat sangat jarang sekali mereka dengar.

Bahkan waktu Jeno berumur 5 tahun terjatuh dari sepeda saja tidak menangis anak laki laki itu malah bilang, " Jeno engga nangis uti, tapi kaki Jeno sakit tau " Ucapan lucu itu di barengin oleh senyum khas milik Jeno yang sangat manis.

Harvand menoleh melihat jam dinding yang menempel di pojok kamar, sudah menunjukkan pukul 18:45, pria berumur itu menoleh sebentar ke arah Jeno yang masih memejamkan matanya menghadap kearahnya.

Jeno terserang demam, suhu tubuhnya terasa hangat, sehabis menangis dengan kencang Hana membawa masuk Jeno ke dalam kamarnya dan menyuruh Jeno untuk beristirahat sejenak, dan berakhir Jeno yang kembali memejamkan kedua bola matanya.

Harvand turun dari ranjang dengan perlahan, lalu berjalan ke arah pintu balkon kamar yang sedikit terbuka, ia menutup pintu kaca balkon itu dan menarik sebuah gorden besar berwarna abu abu untuk menutupi pintu kaca.

Pintu kamar di ketuk dari luar dengan pelan, lalu pintu itu langsung di buka dari luar menampilkan Hana dan Tiffany, membuat Harvand mendekat ke arah putri dan istrinya, setelah pintu kaca balkon kamarnya sudah tertutup rapat.

" Papah mau mandi dulu..Jeno bangunin aja, nanti soalnya mau makan malam "

" Jevan dan Jean sudah sampai? " Tanya Harvand

" Sudah, mereka ada di bawah bersama mas Jeff " Jawab Tiffany, membuat Harvand mengangguk lalu melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

" Mah, aku engga yakin Jevano mau makan malem bersama nanti " Ucap Tiffany, setelah punggung sang papah sudah menghilang masuk ke dalam kamar mandi.

" Berani bertanggung jawab Tiff, Jevano marah wajar bundanya egois. " Ucap Hana, yang terdengar sangat tajam.

Memang benar, Tiffany akui keputusan yang ia ambil itu benar benar egois dan tidak menyangka akan menjadi masalah besar terhadap dirinya dan putranya.

" Jevano menerimanya mah. "

Perkataan Tiffany, membuat Hana menoleh ke arah anak perempuannya dengan ekspresi wajah yang cukup terkejut.

" Kau serius?! "

" Aku serius, namun sedikit ragu. " Ucap Tiffany, dengan suaranya yang terdengar sang purau.

" Yang penting Jevano sudah bisa menerima pernikahanmu dan Jeffrey, meski tidak sepenuhnya "

" Sepanjang berjalannya waktu nanti Jevano akan bisa menerimanya Tiff, sabar saja "

Tiffany mengangguk pelan mendengar perkataan dari sang ibu.

" Jev.. bangun yuk makan malam " Ucap Tiffany pelan, jari jari lentiknya mengelus punggung tangan Jeno yang terasa hangat dengan pelan dan lembut, tidak ada pergerakan dari Jeno, pemuda itu masih setia memejamkan kedua bola matanya.

" Jeno.. " Panggil Tiffany sekali lagi, sedikit menggerakan lengan putranya, yang membuat sang empu sedikit melenguh, merasa tidurnya terganggu.

" Bangun yuk makan malam "

Jevano WilliamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang