Bertemu Nadya🏐

333 23 4
                                    

_Maaf kalau aku masih banyak kurangnya. Aku belum bisa menjadi istri yang baik buat kamu_ Shafira

*****

Sejak Shafira yang sering jatuh sakit karena kehamilannya, Asnawi pun membatalkan keberangkatannya ke Korea. Ia akan bekerja di kantor cabangnya berangkat pagi dan pulang sore hari. Begitu juga dengan Ayah Shafira yang sesekali mengambil cuti atau mengerjakan pekerjaan kantor dari rumah.

"Dek, apa nggak ambil cuti kuliah dulu?" Ucap Asnawi saat menyuapi istrinya makan malam.

"Masih bisa lewat online kok mas kuliahnya. Dosen juga sudah memperbolehkan semester ini kuliahku ditempuh di rumah"

Selama ini selain Shafira yang harus benar benar menjaga kesehatannya, ia juga mengikuti perkuliahan semester awalnya dan memgerjakan tugas-tugasnya. Kadang Nadia akan mampir menemani. Akhir-akhir ini sahabatnya itu jarang mampir karena sudah mendapatkan pekerjaan part time.

"Mas kasihan sama kamu, dek. Melihat Nadia juga yang kadang bolak balik mampir memberikan catatan materi yang lebih lengkap juga mas malah nggak tega"

"Nunggu semester ini selesai ya, mas. Tinggal 2 bulan lagi, nanggung"

"Janji harus ambil cuti, ya. Nanti mas nggak akan khawatir berlebihan sama kamu, dek. "

"Maafin Shafira ya, mas. Bukannya bikin mas senang, malah ngerepotin"

"Kamu nggak ngerepotin, dek. Mas senang kok. Hanya mas kasihan kalau kamu sakit kayak gini. Nggak tega mas lihatnya. Coba dulu mas nggak langsung egois ngelakuin itu, kamu nggak akan kayak gini, dek"

"Ih....mas awi kok bilang gini sih. Artinya Allah itu udah percaya sama kita, mas. Ngasih dedek bayi di keluarga kita"

Asnawi meletakkan piring ke nakas samping kasur. Memeluk erat sang istri yang harumnya menjadi candu Asnawi sejak dulu.

"Besok ada tamu, dek. Temen nya Mas mau mampir, mau lihat kondisi kamu juga"

"Jam berapa, mas? Nanti Shafira siapin apa?"

"Gak perlu siapin apa apa, dek. Dia mau jenguk kamu. Tadi juga mas sudah bilang ke ayah"

🏐🏐🏐🏐🏐

Pagi ini Asnawi tidak ke kantor. Seperti yang diucapkan semalam jika ada temannya yang datang, sekaligus menjenguk Shafira.

Keduanya sedang duduk santai di ruang keluarga. Menonton televisi di hari kerja agar tidak merasa bosan. Shafira dibarengi makan dengan salad buah yang ia buat bareng sarapan tadi.

"Susu ibu hamilnya masih banyak atau sudah habis, dek?" Tanya Asnawi yang pindah posisi tiduran di pangkuan Shafira.

"Masih setengah kok, mas. Nanti kalau habis aku bilang ke Mas"

Tangan Asnawi mengelus pelan perut Shafira yang sudah terlihat buncit. Tidak pernah ia sangka sebentar lagi dirinya akan menjadi ayah, serta Shafira yang akan menjadi ibu di usia yang belum genap 20 tahun.

"Perut kamu lucu, dek. Dedek bayinya lagi ngapain ya di dalam perut bunda?"

Asnawi berbicara menghadap perut Shafira, meski ia tahu calon anaknya masih berukuran kecil. Maklum masih mau berjalan empat bulan.

"Nanti kalau dia sudah keluar, bakalan mirip Mas atau mirip kamu ya, dek?"

"Aku nggak tahu juga, mas"

"Perpaduan sih kalau bisa, dek. Mirip mas, juga mirip kamu. Yang buat kan kita berdua"

Plak!!!

Tangan shafira menggeplak pelan bahu sang suami.

Mas Awi (On Going) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang