22. Tahun baru - pasangan baru

26 7 9
                                    

Tahun sudah berganti. Semua manusia pasti akan berharap bahwa di tahun ini banyak hal baik yang terjadi. Tapi mereka lupa, bahwa hidup adalah tentang tawa dan duka, baik dan buruk, kebahagiaan juga kesedihan. Meski kita meminta semua hal baik, tapi masalah-masalah yang mungkin terjadi juga tidak akan terhindarkan. Harapan yang baik adalah meminta selalu dikuatkan untuk apapun yang akan terjadi di tahun ini.

Hari ini tidak ada jadwal kuliah. Meski hanya libur satu hari, tapi setidaknya mereka masih diberikan nafas untuk bersantai. Tidak berlaku bagi yang nunggak tugas tentunya. Berbicara tentang hari libur, bagi Zian harinya masih sama tidak ada rebahan santai atau duduk sambil menikmati matahari yang tenggelam. Apalagi Bunda memiliki jumlah pesanan kue yang membludak hari ini, karena bagi sebagian orang merayakan pergantian tahun juga pasti memerlukan makanan ringan sebagai bingkisannya.

Setelah pulang dini hari tadi, Dipta memutuskan untuk tidur di rumah Zian. Dikursi ruang tamu tentunya, bukan karena tidak ada kamar. Tapi, rumah Zian tidak sebesar rumah Dipta yang memiliki beberapa kamar. Di rumah ini hanya ada dua kamar, satu milik Zian dan satu lagi kamar almarhumah mama dan bapak, gadis itu hanya membuka kamar itu ketika hendak dibersihkan, itupun harus ada banyak drama dulu karena jika tidak segala bayangan tentang keluarga kecil yang harmonis beberapa tahun yang lalu akan tiba-tiba hinggap dalam benaknya.

Setelah pulang tadi Zian sama sekali belum tidur, ia sibuk membereskan rumah dari ujung depan hingga ujung belakang. Tidak ada acara, tapi ia hanya ingin siang nanti ketika usai membantu bunda ia bisa istirahat dengan tenang. Ia masih memikirkan apa yang Fira ucapkan beberapa jam yang lalu ketika gadis berambut lurus itu mengajaknya pergi ke kamar mandi di rumah Mumun.

"Zi?" panggil Fira sedikit berbisik.

"Kalo gue suka sama Very gimana?"

Zian menoleh menatap mata Fira dengan lekat, "Ya nggak gimana-gimana. Tapi --," gadis itu menggantungkan ucapannya.

"Tapi apa? cepet!"

"Gue ga suka kalo lo ga serius." Zian berkata yang sebenarnya, karena sejauh yang Zian tahu, Fira selalu saja gonta-ganti pasangan, bahkan sandal jepit yang tertukar di masjid saat sholat Jum'at aja kalah.

"Yang ini kayaknya gue serius Zi!"

Zian menarik nafasnya pelan, "Gue kenal Very udah dari awal dia temenan sama Dipta. Sejauh ini gue nggak pernah lihat dia gonta-ganti pacar kaya lo, dulu dia naksir anak AK katanya tapi dia gamau sakitin cewe itu sampai akhirnya dia lebih milih enggak ngomong apapun soal perasannya dan gue nggak tahu perasannya ke cewe itu masih ada sampai sekarang atau enggak. Yang jelas dia nggak bisa lo jadiin target. Tapi kalo dia juga suka sama lo nih ya, gue bisa pastiin lo bakal di treat like a queen sama dia."

"Kok lo tahu semua tentang dia sih?"

"Udah gue bilang, gue kenal mereka semua sejak mereka temenan pertama kali sama Dipta dan cowok gue yang selalu cerita tentang mereka, yang gue omongin bukan aib tapi biar lo mikir kira-kira perasaan lo ini beneran suka atau hanya ingin tahu!"

"Cara bedainnya gimana?"

"Gue nggak pakar kasih wejengan. Mending lo berguru sama Dipta."

"Besok sore mereka mau kumpul di kafe tempat biasa, bahas tugas si kayaknya, lo dateng aja kalo mau tanya ke Dipta," lanjutnya.

"Nggak ah nanti ketemu dia."

"Terserah tapi gue nggak izinin lo buat chat Dipta secara pribadi ya!!"

Yang gadis itu pikirkan bukan mengenai apakah Fira akan menghubungi Dipta atau tidak. Tapi tentang apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Fira. Hampir 19 tahun dia kenal dan bersahabat dengan gadis itu, dan Fira sudah punya deretan mantan-mantan yang begitu banyak tapi ia tidak pernah mendengar kalimat 'gue beneran suka sama dia' yang keluar langsung dari mulut Fira.

Zian [END]Where stories live. Discover now