12. Riuh sebuah pasar

42 11 4
                                    

"Pulang aku jemput ya, bunda kangen katanya sama kamu," ucap Dipta dibalik sambungan telepon.

"Yaudah gapapa ... untung aja tadi aku nebeng Fira," sahut Zian yang masih berada didalam kelas.

"Tapi kayaknya agak siangan, soalnya mau presentasi dulu gatau dah ni kapan kelarnya."

"Okee nanti aku tunggu di kantin aja ya."

"Kamu sendiri?"

"Enggak nanti ajak Fira."

"Nggak marah tuh anak kamu tinggal lagi?"

"Biarin sih ... ntar juga balik sendiri kek biasanya."

"Ehmm yaudah aku tutup."

Zian melanjutkan kembali acara membacanya. Menikmati suara teman-teman kelasnya yang lumayan berisik. Mata kuliah hari ini sudah selesai, tapi karena udara Jakarta yang begitu panas membuat mereka enggan meninggalkan ruangan ber-AC itu.

"Zi ...," panggil Fira yang duduk disampingnya. Gadis yang dipanggil hanya menoleh tanpa menjawab panggilan Fira.

"Lo baliknya bisa sama Dipta aja bisa nggak?"

"Ya emang gue mau balik sama dia, kenapa?"

"Ahhh ... syukurlah."

"Lo mau kemana?"

"Ngedate dong, yakali mau ngamen"

"Sama siapa? Emang lo punya cowok?"

Fira melirik Zian dengan sorot mata yang tajam, "Sekate-kate lo. Gini-gini yang mau jadi cowok gue pada ngantri noh, udah kaya ngantri sembako di kelurahan."

"Pada ngantri tapi nggak ada yang jadi-jadi."

"Karena konsepnya itu ... koleksi-seleksi-eliminasi," tutur Fira sembari menggerak-gerakkan tangannya sebagai ilustrasi.

"Perasaan dari jaman lu suka pake kacut gambar hello kitty sampe sekarang masih ditahap koleksi."

Fira terbelalak mendengar ucapan Zian, "Hehh ... gue gini karena stay halal boskuuu, siapa tahu kan besok ada yang dateng ke rumah, speak Ustadz Agam juga gue jabanin, nggak papa dah gue harus pake gamis panjang-panjang asal hidup kedepannya bahagia selalu."

"Aamiin ...."

"Kok aamiin doang?"

"Terus gue harus bilang wow gitu? kan nggak gitu konsepnya,"

"Zi ..."

"Hah?"

"Hari ini lo lebih cerewet dari gue tau."

"Perasaan lo aja kali yang lagi seneng karena mau ngedate makanya ngefitnah orang pendiam, baik hati dan tidak sombong kek gue."

Fira mendengus kesal. Lalu menarik paksa Zian agar segera keluar dari kelas. Kini, mereka tengah terduduk di kursi besi pojok kantin. Karena hanya tempat ini yang menyediakan kesejukan diantara tempat-tempat lain dikantin. Menikmati, satu cup es teh manis dengan kacang kedelai 500 perak yang ia beli di kantin.

Perkara kacang kedelai saja Fira juga harus berdebat dengan Zian.

"Lu mau berapa?" tanya Fira.

"Dua aja."

"Kenapa nggak tiga aja si, ntar gue juga tiga pas gitu uangnya."

"Seret tau nggak."

"Kan beli es juga bisa minum."

"Kenapa nggak lo yang beli empat gue dua?"

"Seret Zi kalau kebanyakan."

"Nah tuh lo tahu."

Zian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang