"Enak," komentar Shaga setelah makan nya tandas tanpa sisa sedikitpun. "Masakan kamu cocok di lidah aku."

Hazel mengangkat sebelah alis. "Good. Gue memang masak khusus buat lo."

Shaga berdecih dalam hati namun wajah nya memamerkan senyum hangat. "Berarti kamu udah cocok," katanya sebelum kemudian minum. "Jadi calon mantu mama ku." Lanjutnya.

Hazel terdiam lalu tersenyum miring. "Gue memang idaman mertua manapun."

Shaga tergelak tawa, kenapa gadis itu tidak merona, sih? Padahal niat Shaga hanya menggoda. "Jangan gue lo, aku kamu aja."

"Geli," Hazel bergidik.

"Katanya harus jadi tunangan yang manis?" Shaga memperingati dengan wajah tertekuk. Tidak lucu, Hazel ingin muntah melihatnya.

"Kenapa wajah kamu gitu?" tanya Shaga.

"Gimana?"

"Kayak yang sebel?"

"Ya emang," sahut Hazel cuek, gadis itu berdiri sambil membawa piring kotor. "Bukan sebel lagi, pengen muntah malah."

Lagi, Shaga terperangah. Apa katanya? Hazel ingin muntah karena Shaga memasang wajah merajuk? Really? Padahal ini adalah wajah terlucu yang dia miliki, mama nya bahkan Natasya akan merasa gemas jika melihat nya. Dan Hazel malah ingin muntah? Kampret!

Getaran yang cukup keras di meja membuat perhatian Shaga teralih, ada handphone Hazel yang bergetar panjang, menandakan sebuah telepon. "Zel, telepon," beritahunya.

"Biarin aja."

Shaga mengedikan bahu cuek, tadinya dia ingin abai saja terhadap getaran yang kembali terulang. Namun karena berisik atau entah karena dia kepo, dengan gerakan pelan Shaga pindah kursi mendekat pada handphone.

Panggilan itu sudah berhenti, namun satu notif pesan muncul di atas lalu mengambang di layar membuat rasa ingin tahu Shaga kembali muncul.

Elang

Cantik, sorry, gue ketiduran abis begadang. Lo udah balik dari RS? Mau gue jemput?

Shaga mentap sinis pesan itu. Elang? Siapa cowok itu? apakah pacar Hazel? Ah bukan apa selingkuhan nya, karena Hazel sudah bertunangan. Tidak mungkin cowok ini hanya teman. Di lihat dari typing dan kemudian beberapa kali Elang ini men-spam chat, pastilah ada sesuatu antara Hazel dan cowok itu.

Shaga terkekeh sinis. See? Hazel itu tidak sebaik yang Mama nya katakan. Shaga yakin, gadis itu pasti berselingkuh di belakang nya karena terlalu lama di abaikan.

"Elang ini..., selingkuhan kamu?" tanya Shaga to the point saat Hazel selesai cuci piring dan kembali duduk setelah mengambil handphone nya.

Hazel diam sebentar. "Hmm, temen deket, mungkin," jawabnya santai lalu berkutat dengan handphone. "Halo, Lang? gue udah di rumah. Hmm, nggak apa-apa. Udah baikan. Di jemput sama...," Hazel berdeham lalu melirik Shaga. "Di jemput Shaga."

Shaga tersenyum miring mendengar nada ragu yang Hazel suarakan. Gadis itu seolah takut jika menyebutkan namanya pada Elang. Shaga lalu duduk santai, menyenderkan punggung nya pada kepala kursi sambil berdekap tangan. Dia perhatikan Hazel yang tampak canggung bertelepon di depan nya.

"Besok kayak nya ke sana pulang sekolah, gue nggak enak, udah janji tapi nggak bisa nepati karena kecelakaan kemarin," Hazel berbicara lagi, sesekali gadis itu akan melirik Shaga, mungkin karena tidak nyaman di tatap instens, Hazel berniat beranjak namun gagal karena Shaga menarik tangan nya membuat Hazel melotot karena dia jadi duduk di pangkuan cowok itu. Shaga menyeringai, smabil memberi gesture agar Hazel meneruskan pembicaraan. "Oke, Elang. Besok gue kabari, lo bisa jemput gue ke sekolah kalau memang mau bareng."

SHAGA (SELESAI)Where stories live. Discover now