10. Banyakin bahagia!

Mulai dari awal
                                    

"Sebentar ya, gue kasih kabar sama Kak Lio dulu."

"Beda ya, Rek, yang udah punya pacar mah." Agrena cebikkan bibir setelahnya. Sedangkan Reka hanya mengangguk-anggukkan kepala saja, tidak perduli dengan kekasih dari sahabatnya itu.

Kembali pada Hanan yang sedikit menjauh, pesannya belum di balas, karena tidak enak membuat kedua sahabatnya menunggu terlalu lama Hanan memutuskan untuk menelpon Marselio saja.

Dering ketiga panggilan tersebut akhirnya terjawab, suara Marselio terdengar di sebrang sana.

"Hallo Kak, nanti gak pulang bareng ya, Hanan mau pergi bareng Reka sama Agrena."

"Pergi kemana?"

"Gak tau deh, jalan-jalan aja. Udah lama engga."

"Iya boleh, jangan lupa kabarin Ayah atau gak Bunda."

"Iya kak, aman. Makasii yaa.. Hanan sayang kakak."

"Iyaa Hanan."

Lalu panggilan diputus, Hanan berjalan kearah kedua temannya lagi setelah memasukan handphone miliknya di belakang saku celana.

"Udah?"

"Dahh, ayoo let's gooo!" Hanan tersenyum bahagia, tentu saja. Ia rindu sekali jalan-jalan bertiga begini.

"Mau kemana dulu kita?" Agrena yang duduk di kursi kemudi menoleh kearah Hanan yang berada di sampingnya juga Reka yang duduk di kursi belakang secara bergantian.

"Hmm kemana yaa?" Reka juga belum tahu rupanya. Dan saat nya Hanan menyuarakan pendapatnya.

"Kita cari makan dulu aja yuk, laparr nih." Hanan mengusap bagian perut rata miliknya, tak lupa wajah melas andalannya juga.

Reka juga Agrena hanya terkekeh, mengangguk saja sebagai jawabannya. Ya pasti mereka akan makanlah, mana mungkin mau jalan-jalan tapi perut kosong minta di isi.

"Udah izin ayah atau bunda belum?"

"Udah tadi, kata ayah iya, hati-hati aja."

Reka yang mendengar jawaban tersebut lantas mencebikkan bibirnya, rasanya Hanan ini sedikit tidak adil ya pikirnya.

"Orang tua sendiri di chat, giliran Kak Marsel aja di telpon, tsk tsk dasar anak muda jaman sekarang."

Hanan jelas mendengus di sindir seperti itu, kan tidak begitu kenyataannya!

"Ihh Reka, kok julid yaa! Gue tadi udah chat Kak Lio aja, cuman gak di bales, lamaa! gak gercep kek ayah balesnya, makanya gue telpon aja."

"Ya deh.. ya deh."

"Iyalah!"

"Iya iya anak bayi, gak usah ngambek gitu."

"Habisnya Reka nyebelin."

Reka terkekeh, mengulurkan tangan untuk ia cubit pipi gembil milik sang sahabat, "nanti gue traktir minuman deh, gak usah di tekuk gitu mukanya."

Sirnah, tidak ada lagi wajah sebal milik Hanan yang ia pasang karena ulah Reka barusan, pemuda Giovanni itu sudah tersenyum sumringah mendengar kata traktir yang keluar dari mulut Reka.

"Beneran ya, Reka?"

"Iyaaa, giliran traktir aja cepet bangeett responnya yaa pak?"

Hanan tertawa, oh jelas saja. Memangnya siapa yang tidak mau gratisan?

"Hanan aja nih? Gue engga ya?"

Reka memutar bola matanya malas, dia ini bukan teman yang begitu ya, tidak pilih kasih kok! Aduh, Agrena ini seperti tidak tahu Reka saja ya!

"Lo udah temenan sama gue berapa lama sih, gue tanya?"

Agrena menaikkan sebelah alisnya, berpikir sejenak sudah berapa lama usia pertemanan mereka ini.

"Satu, dua, tiga tahun, gak tau deng. Udah lama sih kek nya,"

"Kek nya lagi lo! Ya iya pokoknya kalo Hanan dapet jatah traktir, lo juga dapet lah."

"Asikk, irit uang jajan hehehe."

Hanan juga Reka ikut tertawa, selanjutnya hanya di isi dengan obrolan random yang mereka lakukan, terkadang mereka juga akan bernyanyi bersama mengiringi lagu yang terdengar.



Nah sekarang disinilah mereka, duduk anteng di masing-masing kursi bioskop ditemani dengan popcorn di pangkuan masing-masing. Ini sih ide nya Agrena yang katanya mau nonton dulu sebelum lanjut jalan-jalan. Yang mana hal itu Reka dan Hanan setujui saja, toh tidak ada salahnya dan tidak ada ruginya juga.

"Anjing, nyari perkara emang nonton makmum!" Reka misuh-misuh, ia bergidik ngeri manakala mengingat kembali wajah setan yang mereka tonton tadi.

"Nana sih yang ngajak, gue mah ayok aja." Hanan terkekeh, melihat kearah Reka yang wajahnya masih begitu pucat, Reka ini orangnya sebenarnya sih tinggal ayo-ayo aja, nonton ini mau, nonton itu mau, asal jangan nonton hal-hal yang berbau pornografi sih. Tapi ya itu, sok-sok an berani, dan Hanan sudah yakin sehabis ini Reka akan menumpang tidur di rumah salah satu dari mereka.

"Lain kali nonton film hantu kalo ngajak gue hantunya yang cakep aja bisa gak? Yang make up nya cuma bedak tipis, bawah mata item, bibir pucat."

Agrena mencebikkan bibirnya, "apaan dah, kagak ada seru nya dong kalo nonton film hantunya begitu, berasa nonton apaan kalo bentukan hantunya b aja."

Reka menaikkan pundaknya, tidak perduli dia, kalau bisa ia tidak akan mau lagi nonton film hantu, masih mending nonton psikopat yang darahnya kemana-mana.

"Kemana nih abis ini?"

"Mau main wahana, yang seru-seru lah pokoknya."

Tanpa ba-bi-bu Reka juga Agrena jelas mengangguk saja, lagi pula apa yang Hanan rekomendasikan memang selalu menyenangkan.

"Banyakin bahagia ya, hari ini. Buat besok biar kita cari bahagia yang lebih banyak lagi." Agrena tersenyum, menatap Reka juga Hanan secara bergantian. Keduanya mengangguk, lalu balas tersenyum juga. Iya, mereka harus bahagia, masa muda tidak bisa di ulang untuk yang kedua kalinya.

~~

Haiii, Jee update lagii nihh hehehe

Udah lamaa gak ketemu yaa..

Jee ini lagi di fase malas untuk nulis, padahal ide itu banyak, tapi kenapa ya menuangkannya lewat tulisan itu susah banget, kek baru nulis beberapa kalimat langsung jadi males lagi.

Gimana caranya membangkitkan hasrat Jee untuk menulis lagi?

Iyaa gitu aja, sekian curhatan Jee..

Jangan lupa di vote sama komennya yaa^^

See youuu 💚💚💚

[END] It's Okay, Kak.. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang