🌼 THE END 🌼

Start from the beginning
                                        

"Wah udah, jadi lapak rumah tangga nih cafenya Leon!" cibir Donny.

"Ayang ayo kita juga uwu uwu!!!" seru Ahdan mendekati Vanya.

"Nih!" Vanya mengangkat kepalan tangannya.

"E-eh nggak dulu deh," ringis Ahdan mengingat Vanya adalah jebolan perguruan tinggi karate.

Ahdan beringsut mundur kembali ke tempat duduknya. Ia duduk kembali sembari memanyunkan bibirnya.

"Sst mau tau sesuatu nggak lo?" Donny berbisik pada Ahdan. Ia juga mengalungkan tangan kirinya di leher Ahdan agar Ahdan lebih mendekat kepadanya.

Ahdan menaikkan satu alisnya penasaran dengan apa yang akan dikatakan Donny.

"Mata lo sebenernya selama ini melek apa merem sih?"

"Bangsat! Lo ngatain gue!" sentak Ahdan setelah mendengar ucapan Donny.

"Maho ya lo berdua?" tuduh Tiara tiba-tiba.

"Najis anjing!" Ahdan langsung menyentak tangan Donny yang ada di belakang lehernya.

"Lagian kalian nempel mulu, kayak upil sama hidung," ucap Tiara.

"Gue juga najis sama lo, iyuh!" Donny mengibaskan-ngibaskan tangannya.

"Terus lo tadi ngapain meluk-meluk gue?!"

"Gue mau ngasih pencerahan buat lo njir! Mata lo kayaknya merem selama ini!" sanggah Donny.

"Pencerahan? Emang gue ngelakuin dosa apa?" tanya Ahdan tidak tau diri.

"Gue mau nyuruh lo buat stop deketin Vanya," ucap Donny.

Ahdan membulatkan matanya, "Gue gak nyangka lo bisa nusuk gue dari belakang!" Laki-laki itu menutup mulutnya seolah tak percaya.

"Ternyata selama ini lo musuh dalam selimut! Gak nyangka gue Don!"

"Gue tusuk beneran lo!" Donny meraup wajah mengesalkan milik Ahdan.

"Lo nggak liat kalung yang Vanya pake?" tanya Donny.

Sontak semua mata langsung tertuju pada kalung yang selalu digunakan Vanya. Kalung emas putih berbandul salib kecil.

"Lo juga nggak liat gambar apa yang ada di tato nya Vano?" lanjutnya.

Vano reflek melepas jaket jeansnya dan mengangkat lengan kaosnya. Di tangan kanannya terdapat tato sebuah tangan yang seperti berdoa.

"Tuhan memang satu~ Kita yang tak sama~" ledek Leon.

Ahdan langsung cemberut mendengar nyanyian Leon.

//-//

Sejak pagi para pemuda dan pemudi itu disibukkan dengan persiapan acara mereka. Padahal Donny sudah mengatakan bahwa mereka tinggal terima jadi saja jika menggunakan rumah Davero. Tapi para perempuan menolaknya, mereka ingin berbelanja sendiri agar lebih seru.

"Oke tinggal bayar!"

Akhirnya penderitaan para laki-laki selesai juga. Mereka langsung mendesah lega.

Padahal dari awal sebenarnya Reina dan kedua temannya juga tidak mengajak ketiga laki-laki itu. Tapi Davero bilang ia ingin ikut. Dan akhirnya Donny dan Ahdan juga ikut.

"Yuk bayar," ajak Reina pada kedua sahabatnya.

"Eits, kalo jalan sama kita yang bayar yang cowok aja," cegah Donny.

"Bayar Dan!" titah Donny.

"Kok jadi gue sih njir!"

Tanpa menunggu lama laki-laki langsung memberikan dompet tebalnya pada Reina.

THE WAY [END]Where stories live. Discover now