Tiga belas

2.3K 135 0
                                    

Tiga belas

Raka berjalan mencari dimana gadis itu dipindahkan. Langkahnya terhenti disaat ia melihat gilang yang sedang duduk di ruang tunggu. Raka kemudian menghampiri adikknya itu untuk mencari tau megapa ia berada dirumah sakit.

"Gilang? Ngapain lo ada disini?"tanya raka kepada adiknya yang masih menggunakan seragam sekolahnya itu. "Lo bolos lagi?" sambungnya lagi.

"Gue ada keperluan disini. Dan gue rasa lo gak perlu tau kan alasannya?"balas gilang singkat dengan menadang tajam kedepan.

"Lo ada apa kesini? Tugas sekolah?"

"Bukan. Lo ngapain kesini? Bawa bunga segala. Mau jengukin orang?"

Raka melirik bunga yang dibawanya."oh, gue biasa kesini untuk jengukin icha. Lo mau ikut? Dia udah dua tahun terlelap dalam komanya. Gue kasian sama dia. Keluarganya sama-sama gaada. Katanya dia kecelakaan mobil. Icha itu cantik dan kayaknya gue suka deh sama dia"

"Sukaa? Sejak kapan lo suka sama cewek? Belum bisa move on aja"

"Kata siapa?"

"Lo kan patah hati sama siapa tuh cewek matre lo itu. Shania ya? Yaampun kasian gue sama lo."ledek gilang kepada raka.

"Yaudah kalo gitu, sana ah."singkat raka yang mengusir gilang.

Gilang pergi meninggalkan Raka sedirian disana, ia melihat gadis itu yaitu icha tengah memperhatikan raka dengan tatapan suka dan nyaman. Gilang pun berpikir apakah bantuannya akan menolong icha dari koma nya atau malah sebalikan. Gilang melihat kakaknya juga memiliki perasaan yang sama dengan gadis yang masih terlelap itu.

"Hei,, aku raka. Aku baru tau kalau lo dipindahin ke ruangan biasa. Siapa yang memindahkan kamu?"tanya raka dengan tersenyum memandang gadis itu.

"Ini ada bunga mawar merah untuk lo. Lo pasti suka kan? Hehe tadi gue lihat ada gilang disini. Dia kenal sama lo? Gue harap kalau lo nanti udah sadar lo kasih tau jawabannya ya"kata raka dengan menaruh bunga mawar merah di meja dekat tempat tidur gadis itu.

"Rakaa,,, aku disini.. Apa kamu tidak bisa melihat aku dengan jelas? Apa kamu tidak bisa menyadari kalau aku ada disamping kamu? Aku ingin sekali menyentuh kamu"teriak icha dengan sekencang-kencangnya untuk menarik perhatian raka namun semuanya gagal. Raka sama sekali tidak bisa melihatnya disini.

****

Gilang mengacak-acak rambutnya. Ia sama sekali tidak mengerti dengan semua ini. Ia hanya bingung bagaimana bisa ada seseorang yang tidak bisa kembali kedalam tubuhnya sendiri. Ia berjalan memasuki kamarnya itu.

"Gilang! Dari mana saja kamu? Sudah jam segini baru pulang!"bentak Papanya dengan kasar yang melihat kelakuan anaknya semakin hari semakin kacau.

"Gilang sibuk. Tadi kerja kelompok"jawab nya drngan santai.

"Sibuk? Sesibuknya kamu juga pasti balapan liar sama teman kamu yang gak jelas itu kan? Mau jadi apa kamu?"bentak papanya lagi yang semakin menyudutkannya.

"Yang jelas, gilang gak mau kayak kak raka yang selalu aja dipaksa sama papa. Gilang mau menentukam hidup gilang sendiri. Lagian papa juga gak perdulikan sama gilang? Papa lebih care sama kak raka. Gilang kan cuman anak sebagai hiasan aja kan?"balas gilang dengan menatap tajam mata papanya itu.

"Gilang, kalau kamu seperti ini terus, papa akan cabut semua fasilitas yang papa berikan terhadap kamu. Kamu mengerti gilang!"

"Oh iya aku lupa. Gilang kan cuma boneka yang harus mebgikuti semua kemauan papa aja kan? Jika suatu hari nanti apa yang papa akan dapatkan. Papa akan terus memaksa gilang kan? Seperti kak raka."sahut gilang yang langsung menutup pintu kamar nya rapat-rapat.

Gilang merasakan kesal dan kecewa didalam hatinya. Ia sama sekali tidak ingin selalu dikekang atau dipaksa setiap harinya. Ia ingin sekali menetukan pilihan hatinya sendiri. Gilang kemudian menjatuhkan air mata yang sudah ia tahan sekian lama. Ia menangis didalam kmarnya dan meluapkan semua perasaannya.

Wussssssshh

Banyangan putih pun datang dan ada dihadapannya sekarang. Icha berdiri memandangi gilang dengan lekat. Baru pertama kalinya ia melihat cowok yang super jutrk bisa menangis seperti ini. Tiba.tiba saja ada bayangan lain yang memasuki kamar gilang. Seorang perempuan cantik yang sepertinya adalah ibunya gilang.

"Kamu icha?"tanya wanita itu dengan lembut seraya menatap wajah icha

"Iya--kamu siapa ya?"tanya icha dengan takut.

"Terima kasih sudah mau menjaga gilang. Sepertinya kamu belum mnegerti dengan sikap gilang yang kasar itu. Sebenarnya ia baik, namun ia sangat tidak suka dipaksa seperti itu. Jadi saya harap kamu bisa memahaminya"

"Ba--baiklah.. Saya juga membutuhkan bantuannya. Karena sayaaa--"

"Kamu bisa kembali suatu saat nanti"kata wanita itu lalu menghilang dengan cepat seperti icha

Can You See Me ?    [selesai]Where stories live. Discover now