Dua belas

2.2K 123 0
                                    

Dua belas

Gilang dan icha berjalan menuju kamar dimana raga icha berada. Icha masih saja tertunduk. Ia berpikir kalau suatu saat nanti ia tidak akan bisa bertahan tanpa alat medis itu. Gilang yang menatap icha juga menaikkan alisnya yang tidak mengerti dengan perasaan icha.

"Lo kenapa sih? Biasa aja kali "sahut gilang dengan datar.

"Gue gakpapa.. Gue cuman takut aja"singkat icha.

"Ohh"singkat gilang yang dengan wajah datar.

"Lang, apa lo mau bantuin gue sampai kapanpun?!"tanya icha dengan menatap tajam gilang.

"Gue bantuin apa? Gak ngerti gue sama kehidupan lo itu"

Icha menghela nafas sejenak. Ia harus mengatakannya kepada gilang. "Maksud gue apa lo akan selamanya mau bantuin gue? Apapun itu caranya?"

"Gue gak janji sama lo"singkat Gilang.

Icha sudah berada didepan kamarnya. Ia memasuki kamar bernomor 220 itu untuk melihat raga nya yang sudah dipindahkan. Gilang mengikutinya dari belakang. Gilang hanya memperhatikan gerak-gerik gadis yang ada dihadapannya itu. Sikapnya sangat tidak ia mengerti. Icha pun menatap Gilang dengan senyumannya.

"Terus gue harus bantu lo apa? Lo kasih tau gue aja. Gue males mikir"singkat gilang.

"Oh iya, lo kan adiknya raka kan?"tanya icha ddngan semangat.

"Kenapa sih, semua orang tau kak Raka. Jangan panggil gue sebagai adiknya raka. Gue gak suka"singkat gilang dengan jutrk dan datar.

"Gue--gue--gue kayaknya suka sama kakak lo deh. Gue sering liat dia bawain bunga buat gue setiap hari. Lo mau kan bantuin gue buat berkomunikasi dengan raka melalui surat."jelas Icha.

"Apa sih? Gue gak ngerti sama lo. Jelasin lagi deh"

"Jadi gue mau lo setiap hari kirimin surat ke raka. Dan gue mau supaya raka bisa mengenal gue. Jadi gue harap lo bisa deketin gue sama raka. Mau gak?"tanya icha kembali.

"Gue gak seromantis itu. Gue gak bisa!!"jawab gilang dengan jutek.

"Please. Lo ganteng deh hehe., baik juga bantuin gue yaa"icha merengek untuk meminta gilang untuk memenuhi permintaannya.

"Hufttt oke. Gue akan bantu lo. Tapi.... Dengan satu syarat"ujar gilang.

"Apa?"

"Lo harus setiap hari bantuin gue dalam hal sekolah. Oke?"

"Baiklah begitu"

*****

Raka keluar dari ruangan dosen yang mengajarnya dengan tersenyum lega. Makalah hukum yang selama ini ia perjuangkan akhirnya bisa diterima dengan baik oleh dosennya. Raka pun berniat untuk menemui orang yang sudah selama dua tahun ini selalu ada dipikirannya. Ia pun berjalan menuju parkiran dan bergegas kerumah sakit,

Di parkiran kampusnya, papanya sedang menunggu bersama supir pribadinya. Raka berniat untuk menghindari papa nya namun usahanya sia-sia. Papa nya tetap saja berusaha mengejarnya dan memintanya untuk kembali ke rumah besar yang tidak bahagia itu.

"RAKA!!"panggil papa nya dengan teriak

"Apa lagi sih,.? Raka gak mau pulang. Bukannya anda sendiri kalau saya tidak boleh kembali sebelum mendapatkan gelar hukum saya?"singkat Raka.

"Raka, papa minta maaf sama kamu"

"Udahlah, mendingan papa balik kerumah aja. Raka bisa kembali ke rumah disaat raka sudah siap"kata Raka yang meninggalkan papa nya begitu saja.

"Raka... Tunggu "teriak Papa nya namun percuma.

Sebuah bunga mawar sudah berada ditangannya, kini ia sudah siap untuk menemui gadis yang selama ini mengisi hatinya. Raka menuju ruangan ICU gadis itu. Ia kaget melihat ruangan itu yang kini kosong. Ia mencari dimana icha berada namun ia juga tidak menemukannya.

Can You See Me ?    [selesai]Where stories live. Discover now