Sembilan

2.3K 140 0
                                    

Sembilan

Guru itu terus berjalan menuju tempat duduk gilang yang berada sedirian di belakang sama. Ia sangat curiga dengan sikap dan gerak-gerik gilang sedari tadi. Ia melihat gilang berbicara sendiri bahkan gilang bersiap aneh dan berbeda dari biasanya.

"Gilang.. Apa yang kamu lakukan?"tanya guru itu dengan nada keras

"Enggak tuh, bu. Mana emng ada buktinya ?"balas gilang

"Bukannya kamu selalu menyontek dimata pelajran saya? Jujur saja sebelum nilai kamu saya kurangi!"

"Saya tidak menyontek bu. Kali ini saya benar-benar jujur terhadap ibu. Apakah ibu masih tidak yakin dengan saya?"rayu Gilang dengan senyuman manisnya.

"Bagus kalau begitu. Buktikan saja nilaimu terhadap saya. GILANG!!"kata guru itu dengan tersenyum sinis.

"Baik, ibu tenang saja terhadap saya. Saya akan menyelesaikan dengan baik"jawab Gilang dengan santai.

"SEMUANYA DENGARKAN SAYA!! Gilang anak yang badung ini berjanji akan mendapatkan nilai yqng bagus. Apa hukumannya jika ia tidak bisa menepati janjinya?"tanya guru itu datar seakan menatang gilang. Namun seluruh teman sekelasnya hanya diam saja. Mereka terlalu takut untuk berhadapan dengan gilang.

"Nyanyi aja ditengah lapangan!!!"teriak icha namun itu percuma, tidak ada yang bisa mendengarkan dirinya.

"Sudahlah bu, saya pasti akan mendapatkan nilai yang sempurna. Sebaiknya ibu doakan saya saja supaya mendapatkan nilai yang sempurna."Jawab Gilang dengan percaya dirinya,

"Bagus itu, kerjakan soal itu dengan benar"perintah guru itu.

Sudah selama satu jam ia berkutat dengan soal yang ada dihadapannya, icha juga membantu gilang untuk menjawab beberapa soal yang tidak ia ketahui, ralat bukan beberapa namun semuanya. Wajar saja jika ia lemah dalam pelajaran sejarah. Setiap kali gurunya mengajar , gilang selalu saja tertidur pulas dengan menggunakan earphone di telinganya.

"Eh, icha, lo yakin jawabannya udah bener? Awas aja kalo sampe nilai gue jelek"ancam gilang dengan menatap mata icha drngn tajam sempurna.

"Iya, lo tenang aja. Lagian gue udah baca itu soal dan jawabannya dengan benar"balas icha dengan singkat

"Awas aja kalo nilai gue jelek!! Lo akan tau akibatnya"

"Siap, GILANG!!"

"Eh, gue peringatin sekali lagi sama lo, jangan macem-macem sama gue.!"kata gilang sekali lagi yang berhasil membuat icha takut.

"Iya, tenang aja. Lagian lo emang bisa dibilang bego sih, beginian aja gatau. Aneh tukang mencontek. Payah!!"ledek icha dengan menjulurkan lidahnya.

"Banyak cingcong lo, awas aja kalau nilai gue jelek. Tau akan akibatnya"

*****

Bel istirahat pun telah berbunyi, gilang dengan segera menuju lapangan basket yang biasa ia mainkan jika saat isitirahat. Teman-temannya pun menyambut kedatangan gilang dengan tersenyum. Gilang kemudian mengambil bola basket berwarna orange itu lalu ia mainkan dengan lihai. Gilang memang sangat dikenal oleh satu sekolah maupun di luar sekolah. Jabatannya sebagai ketua basket semakin mempermudahnya dikenal oleh siapapun.

Icha yang berdiri ditengah lapangan pun berusaha untuk berbicara dengan gilang. Namun gilang sama saja tidak menggubrisnya. Gilang masih saja memainkan bola itu dengan cepat. Icha yang melihatnya hanya mendengus kesal karena gilang selalu saja menghiraukannya.

"Gilang.. Berhenti dulu mainnya gue mau menanyakan sesuatu sama lo"kata Icha dengan serius.

"Apa sih.?! Gue udah males ngomong sama lo. Sana ah lo itu pengganggu banget tau gak"sahut gilang yang menghindar dari icha.

"Gilang. Gue mohon sama lo. Berhenti sebentar gue lagi ngomong sama lo"teriak icha

"Mau ap---"ujar gilang yang berhenti seketika saja ketika menyadari sesuatu.

Cuppp

------

Hai apa kabar? Bagaimana dengan bagian ini?

Vote and comment yaaa...

Makasih

Can You See Me ?    [selesai]Where stories live. Discover now