Empat

3.5K 202 0
                                    

Empat

[ICHAPOV]

Entah mengapa aku ingin sekali mengikutinya. Aku mengikutinya semenjak ia meninggalkan rumah sakit. Aku sangat ingin tahu banyak siapa dirinya. Ku ikuti dia pergi ke kampusnya. Ia sepertinya sedang kebingungan untuk mencari sesuatu. Ia seperti seseorang yang tengah mendapatkan masalah begitu besar. Bisa dilihat dari pakaiannya yang cukup berantakan.

Aku memasuki ruangan itu, ruangan dimana Raka tengah bersikap tegang. Ia Nampak takut jika dosen itu menolak sesuatu atau tugas dari dirinya. Raka seakan takut seseuatu. Tak lama seorang dosen pun datang menghampirinya. Ia menyerahkan beberapa buah buku tebal yang sepertinya Makalah kepada Raka.

Aku yang penasaran semakin mendekatinya. Tulisan MAKALAH HUKUM seakan menjadi masalah yang begitu besar kepada Raka. Seketika wajah Raka memerah. Mungkin aku bisa membaca pikirannya saat ini. Ia sangat marah dan kecewa karena makalahnya yang sudah ia buat dengan susah payah ditolak begitu saja oleh dosen itu.

M0asih kuingat jelas perdebatan Raka dengan dosen itu.

"Raka sudah kesekian kalinya kamu masih saja mendapatkan nilai E dalam mata pelajaran saya. Saya tidak mau tahu. Selesaikan makalah mu itu dengan segera. Ujian Semester sebentar lagi akan diadakan. Jika makalah kau belum juga beres. Jangan mengharapkan untuk lulus di mata kuliah saya."Kata Dosen itu dengan penuh rasa kekecewaan dan kesal.

"Saya sudah berusaha, Pak. Tapi apakah nilai saya dari mata pelajaran lain tidak bisa membantu kelulusan saya?"Tanya Raka yang kini ia sudah mulai pasrah.

"Tidak bisa, nilai mata pelajaran kamu lainnya juga sangat kecil. Tidak bisa untuk membantu kamu didalam mata kuliah yang lainnya. Sebaiknya kamu ulang kembali makalah ini. Serahkan makalah yang baru kepada saya
"Kata Dosen itu

"Apakah tidak ada kesempatan lagi, Pak. Saya sudah terlalu lelah untuk membuat makalah hukum ini dengan baik. Saya tidak bisa. Saya sudah mencobanya namun saya yakin kalau itu tidak akan membuat Bapak menerima makalah saya"Raka mulai merasa kecewa.

"Buat ulang makalah mu itu. Jangan kebanyakan mengeluh. Selesaikan kuliahmu dengan baik."Kata dosen itu yang kemudian meninggalkan Raka diruangannya.

Bisa kulihat dengan jelas, wajah Raka sangat kecewa kepada dirinya. Aku sudah tau kalau ia bernama Raka. RAKA PRATAMA. Mahasiswa Fakultas Hukum yang belum juga selesai dengan kuliahnya. Padahal seharusnya ia sudah berada di semester empat. Namun sampai saat ini ia masih saja berada di semester awal. Aku tidak mengerti mengapa ia mengerjakan makalah saja tidak bisa.

Aku ingin sekali mengenalnya lebih jauh. Aku tahu aku masih duduk dibangku SMA kelas tiga. Namun apa salahnya kan aku dekat dengannya. Setidaknya dia kakak kelasku. Hanya berbeda sedikit umur denganku. Bagiku itu tidak masalah. Oh Icha, apa yang kau pikirkan saat ini? Bodoh! Kau mungkin sedang jatuh cinta.

"Hei.. RAKA!!" teriakku kepada Raka yang sedang termenung di lantai dengan menatap makalah yang gagal. Namun ia sama sekali tidak mendengarkan diriku.

"RAKA PRATAMA!! Namamu RAKA bukan? Aku sudah mengenal mu sekarang. Kau sangatlah lucu sekali. Apalagi disaat wajahmu kesal seperti itu. Apakah kau tidak pergi kerumah sakit untuk menemui. Bodoh! Aku terlalu mengharapkan dirimu." Kataku kembali dan tetap saja ia sama sekali tidak menjawabnya.

"MAKALAH HUKUM! Kau anak hukum rupanya? Jika ia apakah kau bisa membantuku untuk mencari adikku? Aku tidak menemuinya semenjak aku kecelakaan. Tunggu. Katamu --- oh, tidak. DUA TAHUN AKU KOMA???" teriakku saat aku mengingat sudah berapa lama aku koma dan tidak sadarkan diri.

"RAKA!! Cobalah kau mendengarkan ku. Mungkin saat ini aku sudah lulus SMA. Lalu bagaimana dengan UJIAN NASIONAL? Oh, beruntung aku tidak mengikutinya." Aku menghela nafas singkat. Kulihat Raka masih saja terdiam dan berada dilantai. Aku rasa ia sangat stress memikirkan makalah hukum nya itu.

*****

Aku memperhatikan Raka yang tengah dikerumuni oleh beberapa mahasiswi yang sangat perhatian kepadanya. Jujur saja, Aku merasakan cemburu yang sangat mendalam. Pasalnya, baru saja kemarin ia menyatakan suka kepada ragaku yang berada di rumah sakit. Lalu sekarang, ia sepertinya banyak yang menyukai. Raka seperti IDOLA KAMPUS.

Aku mengikutinya hingga ia selesai dengan urusan kuliahnya. Aku menghela nafas panjang. Seakan aku merasakan lelah. Aku mulai merasakan lapar dan haus. Namun apakah seorang sepertiku bisa makan? Sedangkan berbicara dan dilihat orang saja aku tak bisa. Aku seperti tembus pandang. Tuhan, Aku ingin sadar kembali. Hanya itu yang bisa aku harapkan didalam doaku.

Aku mengikutinya hingga ke apartement miliknya. Ia sangat tergesa-gesa. Sepertinya aku tahu apa yang membuatnya seperti itu. MAKALAH HUKUM. Ia harus menyelesaikannya dalam tiga hari ini sebelum ujian semester itu dimulai. Memang kuliah sangat membingungkan dan hanya membuat otak pusing, pikirku.

Aku lihat seseorang berada disana. Ia menggunakan seragam SMA NUSA BANGSA. Itu SMA adikku sekolah. Tunggu, aku mulai berpikir. YA, aku tahu sepertinya ia kenal dengan Rana. Aku harus menanyakannya nanti. Apa? Aku lupa kalau aku tidak bisa berbicara dengan orang tanpa ragaku yang masih berada dirumah sakit.

"Raka.. Tadi Papa nanyain lo lagi. Kapan sih lo mau balik kerumah? Udah dua tahun lo masih aja ada disini. Papa kangen sama lo, Rak. Gue juga gak bisa apa-apa. Dia selalu aja nyuruh gue buat ketemu sama lo" Kata lelaki itu dengan tatapan aneh.

Sepertinya ia sering ke apartement Raka. Bisa ku perhatikan Raka tidak merespon lelaki itu. Ia hanya diam saja.

"Bilang sama Papa. Gue gak mau kembali. Kalau nantinya gue balik palingan gue didesak lagi buat jadi pengacara. Dan lo juga udah tau kan gimana gue? Gue aja males lanjutin kuliah gak jelas kayak gini. Beda sama gue. Lihat nih! Gue selalu aja gagal. Makalah gue ditolak." Seru Raka dengan melempar makalah yang tadi pagi ditolak oleh dosennya.

Aku melihat lelaki itu menatap diriku tajam. Matanya setajam mata elang yang siap untuk menerkamku. Lelaki itu menutup matanya seakan berbicara kepadaku. Aneh. Ia bisa melihatku. Tiba-tiba saja aku mendengar lelaki itu membisikkan kata ketelingaku.

"PERGI LO DARI SINI!" Katanya dengan menatap mataku tajam. Aku yang menghela nafas pergi meninggalkan tempat itu.

Jujur saja, aku ingin sekali menemani Raka seharian ini. Namun lelaki yang bersama Raka seakan menyadari kehadiranku. Jadi aku putuskan untuk kembali ke rumah sakit dan melihat ragaku. Huftt. Bisakah aku terbangun hari ini?Teriakku sekeras-kerasnya. Air mataku pun terjatuh hingga membasahi pipiku.

Can You See Me ?    [selesai]Where stories live. Discover now