Sepuluh

2.4K 135 1
                                    

Sepuluh

Cuppp..

Bibir milik gilang mengenai pipi kanan icha yang berusaha untuk berbicara dengannya. Gilang pun melepaskan bola yang sedari tadi ia mainkan, ia tidak sadar kalau sudah mencium pipi kanan milik icha. Ia pun terdiam, begitupun juga icha yang mematung merasakan aksi yang tidak ia inginkan.

Gilang hanya diam saja, bagaimana tidak? Ia baru saja mencium pipi wanita yang tidak ia cintai meskipun itu tidak disengaja. Ia tau kalau icha tidak bisa terlihat. Tetapi ia bisa merasakan suatu kenyamanan saat didekat icha, gadis hantu itu.

"Apa-apaan sih lo!"bentak icha yang menyadari kalau baru saja ia merasakan bibir gilang menyentuh pipi kanannya.

"Lo tuh yang apa-apaan. Ngapain sih lo? Mau sengaja cium gue? Modus lo"kata gilang dengan santainya.

"Bentar deh. Kan gue gak bisa dilihat atau pun disentuh orang. Kok lo bisa--"

"Oiya ya.. Kok bisa. Lo sebenarnya bisa dilihatkan? Aneh lo"kata gilang

Icha kemudian berpikir merencanakan sesuatu. "Gilang, lo mau gak nanti sepulang sekolah datengin rumah sakit. Kamar icu ruangan dimana gue dirawat?"tanya icha.

"Ngapain? Gue sibuk!"

"Kan tadi lo udah gue bantuin buaf nyelesaikan soal ualngan lo. Mana janji lo?"

"Kan gue belum tau hasilnya gimana, tunggu hasil itu keluarlah"

"Kelamaan!!! Gue keburu capek nungguin lo. Ayolah bantu gue"kata icha dengan memohon

"Gue sibuk... Lagian ngapain coba gue kesana?"

"Ayolah.. Gue mohon sekali lagi sama lo."

"Iya nanti.. Sekarang lo minggir sana.. Dan lupain kejadian tadi"singkat gilang.

***

Icha masih saja berada di perpustakaan sekolah. Ia merasa bosan karena guru yang mengajar didepan kelas. Ia bosan untuk duduk disamping gilang yang selalu saja menghiraukannya. Icha melangkah untuk melihat beberapa buku yang terpajang di perpustakaan. Ia tersenyum karena buku favoritenya berada disana, -364HARI-.

"Apa orang seperti gilang bisa saja berubah? Dalam hal pelajaran dia terlihat sangat bodoh. Namun, jika dalam permainan atau ekskul apapun ia sangat jago. Sunggu aneh. Sikapnya juga sok tau, dan seenaknya saja. Pantas saja tidak ada yang menyukainya kecuali teman-temannya yang sama sepertinya. Bisa kusebut ia BAD BOY"gumam Icha saat memikirkan gilang.

"Gilang.. Aku tidak yakin jika ia bisa menolongku untuk kembali ke ragaku. Aku juga tidak tahu jika ia berhasil atau tidak, yang jelas aku memiliki harapan yang besar. Aku ingin sekali kembali meskipun beberapa kali aku mencobanya selalu gagal"tekad icha dengan menatap langit-langit perpustakaan.

"Semoga saja harapankh bisa menjadi kenyataan. Aku harap itu. Hufttt.. Gilang aku sangat membutuhkan bantuan mu. Entah sampai kapan. Dan jika aku tersadar nanti aku akan menemui dirimu"kata icha kembali

Bel pulang sekolah berbunyi. Nampakknya semua murid sangat menunggu bel itu berbunyi sejak satu jam yang lalu. Begitu juga dengan gilang. Ia sudah lelah selama berada disekolah, ia ingin sekali merebahkan tubuhnya dan memainkan game kesayangannya di komputer.

Icha yang sudah sedari tadi menunggu gilang didepan pintu tersenyum melihat orang yang ia tunggu hadir di hadapannya. Gilang hanya memasang wajah datar dan jutek melihat icha yang tersenyum kepadanya. Icha pun berniat untuk menggandeng tangan gilang namun tidak bisa.

"Lama banget sih! Gue capek nunggu lo"kata icha

"Yaudah kalo capek lo mendingan pulang. Gue juga gak minta lo untuk nungguin gue kan?"balas gilang.

"Eh jangan! Gue gak capek deh lo jadi kan untuk menemui raga gue?"

"Makanya jangan kebanyakan ngomong sebelum gue berubah pikiran"

Can You See Me ?    [selesai]Where stories live. Discover now