Back to home

6 0 0
                                    

Rachel memasuki rumahnya dengan langkah yang pelan. Fikiran nya terus berkelana pada perkataannya kepada Rafa. Rachel takut jika dia tersinggung. Rachel terus merutuki dirinya sendiri. Kenapa Rachel tidak bisa mengerem mulutnya jika bersana penida gila itu.

Dengan bingkai foto yang Rachel bawa di tangannya. Dirinya terus melangkah ke arah tangga rumahnya.

Apa perlu gue minta maaf ya sama Rafa, meski dia sering buat gue mau naik darah. Tapi tetep aja gue orangnya nggak enakkan. Dan satu lagi gue bukan seperti dia yang nggak mau minta maaf duluan.

Tanpa Rachel sadari, seorang pria paruh bayah menghadap langkah Rachel yang baru sana ingin menginjak tangga kelima di rumahnya itu.

"Dari mana hel. " Tanya Satya (papa Rachel)

Rachel terlobjak kaget. Dia melebarkan matanya dan menyembunyikan bingkai foto yang ia pegang di balakang tubuhnya.

"Pulang sekolah pa. " Bohong Rachel.

Satya melihat jam di pergelangan tangannya. Pukul 17.00. Wakt7 yang sangat lama jika difikir untuk menempuh perjalanan pulang.

"Sejak kapan pandai berbohong sama papa? " Ujar Satya lagi menatap ke arah Rachel sebelah fokusnya tertuju ke jamnya itu.

"Dan sejak kapan kamu butuh waktu tiga jam untuk sampai dirumah. Padahal jarak ke sekolah hanya setengah jam. "

Rachel menggeleng kecil. Tidak, papa pasti tau tentang  hari ini.

"Pa.. Rachel, "

"Rachel sama Ghery om. "

Suara seseorang membuat, Rachel memutar tubuhnya. Tepat disana. Disebrang pintu rumah Rachel yang tidak ditutup. Sekarang pemuda yang disapa Ghery berdiri dengan memasukkan kedua tangannya di saku celananya itu.

"Kamu. " Gumam Satya.

Ghetto mengangguk lalu memasuki rumah Rachel dengan santainya.

Rachel hanya terpelongo. Kenapa Ghery datang, dan kenapa dia mengaku-ngaku bersama Rachel seharian ini.

Ghery berdiri di samping Rachel. Dan mata Ghery tertuju ke arah Satya yang moupat tangannya.

"Maaf kalau Ghery lancang bawa Rachel tanpa sepengetahuan om.  Hari ini Ghery minta temenin Rachel ke puncak. Awalnya Ghery cuma mau Ziara ke makam kakek. Tapi cuaca yang nggak mendukung akhirnya, kami kejebak hujan. "

Rachel menaikkan alisnya ke arah Ghery. What! kebohongan apa yang Ghery katakan.   Dan sejak kapan Ghery mengikutinya dan tau kika Rachel ke puncak. Ya meski soal pergi ke makam bukannya fakta yang benar.

"Kamu tau Rachel itu anak saya satu satunya. Bohong jika saya katakan saya tidak marah denganmu Ghery."

Ghery menundukkan kepalanya ke arah bawah. Sembari menyesali tindakan yang palsu ini.

"Maaf om. Ghery tau Ghery salah. "

"Ya... Kau salah, benar benar salah. Bahkan saya tidak menduga Rachel berubah menjadi tidak terkendali karena kamu. "

"Bahkan dia tidak masuk sekolah hari ini. Hanya demi kamu. Saya ngerti kamu suka sama Rachel Ghery. Tapi kamu tidak sebaknya membawa Rachel tanpa izin saya. "

Ghery mengangkat wajahnya, pandangannya tertuju ke arah Rachel yang berdiri di sebelahnya.

"Lo nggak kesekolah hel? " Batin Ghery seolah memberi isyarat kekesalannya dengan sikap Rachel.

Sedangkan Rachel hanya mengigit bibirnya.
"Mampus ketauan, " Batin Rachel.

........

Atau jam berlaku Ghery sudah pergi. Kini tinggallah Rachel berdiri si hadapan ruang kerja papanya. Ruangan dengan nuansa kayu jati yang di cat orange khas kayu. Dengan buku buku tebal yang tak terhitung jumlahnya.

RAFAEL (Squel Alya Dairy)Where stories live. Discover now