***

Bel istirahat berbunyi, tepat setelah guru keluar dari kelasnya, Isha meletakkan kepalanya ke meja. Antusiasnya untuk belajar kini benar-benar hilang. Jangankan untuk belajar, untuk banyak bicara saja hilang.

"Lo kenapa sih?" tanya Arsen dengan heran.

"Nggak kenapa-napa"

"Lagi kedatangan tamu bulanan?"

"Nggak"

"Terus kenapa, Isha?"

"Kalau gue bilang nggak papa, ya nggak papa" sahut Isha dengan sewot.

Bukan Isha tidak mau menceritakan masalahnya kepada Arsen, Isha sudah hilang minat untuk membicarakannya. Lagipula, kemarin saat Isha butuh telinga untuk mendengarkannya, Arsen justru sibuk.

"Isha, ayo ke kantin" ajak Nada sembari memeluk Isha yang sedang menyandarkan kepalanya itu.

Isha menggelengkan kepalanya, "Gue lagi nggak mood ke kantin"

"Ayolah, nanti lo sakit lagi. Gue sedih kalau lo sakit, ini aja masih pucat" bujuk Nada.

Isha lagi-lagi menggelengkan kepalanya.

"Isha, ayo" ucap Hanna sembari duduk di kursi Arsen. Si pemilik kursi itu diminta untuk pergi oleh Hanna sebelum ia duduk.

"Nggak Han, kalian aja" sahut Isha.

Hanna menatap Nada sembari menganggukkan kepalanya dengan mantap. Keduanya tersenyum kemudian menggandeng kedua tangan Isha dan segera mengangkat tubuh Isha.

"Astaga kalian ini ya" ucap Isha sembari sedikit tertawa.

"Lagian sok-sokan nggak mau ke kantin, nggak betah laper juga" cibir Hanna.

Senyum Isha tampak sedikit melebar, "Kalian emang paling bisa ya" ujar Isha sembari berjalan mengikuti langkah Hanna dan Nada, namun sama sekali tidak melepas gandengannya.

"Emang tingkah mereka bertiga bener-bener ajaib" celetuk Gavin sembari mengikuti langkah tiga gadis yang sudah berjalan menuju kantin itu.

"Yes, impressif. Sungguh penemuan baru dalam kehidupan dunia" sahut Faisal dengan nada seperti dalam kartun spongebob.

"Gila lo" cibir Gavin.

"Aku gila karenamu, mas" ucap Faisal dengan ekspresi lenjeh.

Isha, Arsen, Hanna, Nada, Faisal dan Gavin duduk di tempat mereka biasanya di kantin. Sedang asik makan sembari berbincang, tiba-tiba ada dua orang perempuan mendekati mereka.

"Kita boleh gabung?" tanya Lyra.

Ya, dua perempuan itu adalah Lyra dan Wanda.

"Iya boleh" sahut Arsen. Lyra segera duduk di samping Arsen dan Wanda di sampingnya.

Hanna mengerutkan keningnya, "Lo kesambet apa Sen?" tanya Hanna.

"Nggak kesambet apa-apa" sahut Arsen.

Nada menggelengkan kepalanya, "Ada apaan sih ini sebenernya, heran gue" timpal Nada.

"Udah sih biarin aja. Lagipula ini kan tempat umum, semua bisa duduk dimana aja" kata Isha. Kemudian di jawab anggukkan oleh Arsen tanda setuju.

Mereka kemudian fokus pada makanannya masing-masing. Kecuali Wanda, ia sibuk menatap lelaki yang duduk di depannya, tepat di depannya.

"Lo ngapain sih lihatin gue kayak gitu" ucap Gavin.

"Nggak papa. Kata lo kan gue nggak boleh berisik, jadi gue lihatin aja. Kan yang penting nggak berisik dan ganggu lo" sahut Wanda sembari bertopang dagu menatap Gavin.

Bertaut [END]Where stories live. Discover now