9. Keciduk

534 91 6
                                    

Serapat apapun kau menutupinya, bangkai pasti akan tetap tercium baunya.

"Maira."

"A-abi ta-tadi bicara apa?" tanya Ira dengan terbata bata.

"Em ... Ning, saya mengerti jika Ning tidak ada rasa untuk saya. Tetapi tolong berikan saya kesempatan untuk bisa mendapatkan hati Ning Ira. Soal akhirnya nanti biarlah Illahi sendiri yang mengatur." Jelas Ustadz Abdul.

"Saya sarankan lebih baik Ustadz mundur sekarang agar tidak terlalu sakit nantinya." jawab Maira seraya berlari keluar ndalem.

"Maafkan sikap Maira, Ustadz." ujar Kiai merasa tidak enak dengan sikap putrinya.

Ustadz Abdul hanya menanggapinya dengan senyuman. "Tidak apa Kiai, mungkin beliau masih syok karena saya memberitahu mendadak." ujar Ustadz Abdul.

"Syukurlah jika Ustadz mengerti, terima kasih." ujar Kiai sambil berdiri berniat membereskan pecahan gelas yang Maira jatuhkan tadi.

Ustadz yang melihat itupun reflekz langsung berdiri berniat membantu kyai. "Biar saya saja Kiai, Kiai duduk saja ini gelas kaca nanti tangan Kiai bisa terluka." ujar ustadz yang dibalas anggukan oleh kyai.

"Terima kasih Ustadz," ujar Kiai yang hanya dibalas senyuman manis oleh Ustadz Abdul.

"Kalau bukan karna ingin dapatin Ning Ira, saya juga ogah ngelakuin ini!" batin Ustadz Abdul geram.

🦋🦋🦋🦋

Kini Maira tenggah duduk di tempat biasanya ia buat menulis atau membaca buku. Ya, di pohon rindang biasanya itu.

"Lo kenapa?" suara serak itu, sepertinya ia kenal.

Maira mendonggakkan kepalanya, menatap seseorang yang sedang berdiri di hadapnnya. Zaky? Ngapain dia ke sini? batin Maira.

"Ck! Kalau ditanya itu dijawab!"

"Gak papa."

"Ck! Dasar cewek, kalau ditanya pasti jawabnya 'gak papa'" ucap Zaky seraya diakhir kalimatnya menggunakan nada mengejek 'ga papa' .

"Lagian mau cerita juga, memang kamu siapanya aku?"

Bener juga sih, ngapain gue peduli sama dia? batin Zaky merasa aneh pada dirinya sendiri.

"Oh iya, kamu bolos?" tanya Maira yang menyadari Zaky bisa berada di pesantren. Padahal sekarang kan masih jamnya sekolah.

Deg

"Sial! Gue lupa kalau ini masih jamnya sekolah, ngapain ketemu ni orang segala sih!" gerutu Zaky kesal dalam hati.

"Enggak! Tadi cuma em ...."

"Em apa?!"

"Cuma ... em ...."

"ZAKY ...." Teriak Bella dari kejauhan, dan saat sampai ia langsung memeluk Zaky.

Maira yang melihat itupun refelks terkejut. Bukan mahrom lhoh.

"Eh, astagfirullah Zaky bukan mahrom kamu, Bella ...." Ujar Maira seraya menarik tangan Bella dari pelukan Zaky.

"Apa apaan sih lo! Kalau iri itu bilang! Lo suka kan sama Zaky?"

Hah? gadis teroris ini suka sama gue? Wajar sih, gue kan ganteng. Batin Zaky dengan pedenya.

Salat Tarawih [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora