[24] SEMAKIN SULIT

184 35 4
                                    

Mungkin bukan aku wanita yang mencintaimu maupun sebaliknya, karena duniaku bukan di sini.

---•••---

Della menyeka air matanya. Bangkit lalu menatap wanita yang tengah mengusap pipi gadis dengan wajah serupa dengannya. Menelisik cukup lekat bersama debaran sakit yang kian menghujam ulu hati.

"Pergi kamu dari sini Della! Ibu tak menginginkan hadirmu di sini."

"Ibu," panggil Della dengan pelan, hal itu membuat wanita paruh baya dan Yeri melengos.

"Kapan aku merasakan belaian itu Ibu?"

"Apa maksudmu? Belaian? Berani sekali kamu menginginkan hal yang tak akan mungkin Ibu berikan sama kamu! Cih."

"Kenapa? KENAPA?" pekik Della yang tak mampu ia tahan lagi. Jika ini bukan dunianya, kenapa di dunia lain ia masih tak bisa merasakan kasih sayang dari sang Ibu.

"Pergi atau saya seret kamu keluar?"

"Annadella..."

"Della."

"Del."

Mata Della terbuka lebar, sadar ia terbaring di tempat yang tak ia ketahui membuat wajahnya tertoleh ke samping, di sana, lelaki tampan terbaring sembari menelisik wajahnya.

"Arkan," panggil Della pelan, ia mengerjapkan netra perlahan lalu menetralkan pernapasannya, Della masih belum meyakini diri bahwa ia telah kembali ke dunia Arkan. Ia masih tak percaya kejadian baru saja hanya mimpi semata.

"Di mana ini?"

"Kamarmu," singkat Arkan lalu kembali memiringkan wajahnya terlentang, menjadikan lengannya sebagai bantal. "Ada apa? Kamu mimpi buruk?"

"Iya."

"Apa?"

"Ketemu sama Ibu."

Arkan melepas lengannya lalu bangkit. "Kamu bilang apa?"

Hembusan kasar dilepas oleh Della dan kembali melirik. "Kenapa? Gak masuk akal ya? Apa kamu tahu siapa saja yang aku temui di dalam mimpi?" tanya Della dengan menekan kata mimpinya. "Iraya dan Anna."

"I-raya? Anna? Siapa mereka?"

Mata Della terbuka sempurna, apa maksud Arkan dengan pertanyaan baru saja. Bukankah ia tahu siapa Anna? Karena beberapa jam yang lalu ia menelfon dan menyebut nama gadis itu.

"Kamu gak mengenali mereka?"

Enggak," singkat Arkan lalu bangkit dari kasur. Ia membuka perlahan lemari lalu memakai kaos putih yang semula tak di tutupi apa-apa. Saat hal itu jugalah Della menunduk lalu melirik tubuhnya yang hanya memakai tanktop polos.

"Aaaa..." Pekik Della yang membuat lelaki itu menyusul dengan perasaan tak tenang. Saat ia mendekat, Della beringsut mundur sembari menenggelamkan tubuhnya dibalik selimut tebal.

"Ada apa? Kamu kenapa?" tanya Arkan. Della menggeleng.

"Apa yang kamu lakukan Arkan. Apa yang terjadi? Kenapa aku hanya memakai pakaian seperti ini? Kenapa?"

Arkan bangkit dan berdiri dengan tegap. "Jangan bercanda Della. Apa maksud dari pertanyaanmu itu?"

"Jawab aku? Apa susahnya menjawab?"

"Lalu jawaban seperti apa yang harus aku katakan Della. Mengatakan kalau kita melakukan_"

"Jangan bercanda! Aku tak akan mungkin mau melakukannya denganmu. Kita tak boleh begini, kita tak memiliki hubungan apa-apa."

Teriakkan dari Della benar-benar menghancurkan hati Arkan. Lelaki yang semula berdiri sekarang menopangkan kedua jemarinya ke kasur lalu menunduk. Helaan kasar ia keluarkan bersama rasa geram yang menumpuk.

Saat Della masih membekap erat selimut itu, Arkan mencengkram ujungnya lalu menarik cukup kasar yang membuat tubuh Della terbuka, dari seringain kasar Arkan bersuara.

"Kenapa aku tak boleh melakukan ini bersama istriku sendiri?"

"Kita belum menikah. Kita tidak menikah dan tak akan pernah terjadi."

"DELLA!"

"NGGAK!" Della meraup lagi selimut itu dan menutupi tubuhnya untuk kedua kali. Ia berteriak meluapkan segalanya kepada Arkan yang tampak terkesiap.

"Kamu bukan suamiku Arkan. Kita belum menikah. Dengerin aku, kita bukan pasangan kekasih, di sini ataupun dunia lain. Jika kamu menatapku dengan tatapan seperti ini, itu bukan aku," tekan Della memperjelas. Arkan hanya mendengus lalu mengacak rambutnya.

"STOP!" lelaki itu habis kesabaran sehingga suara keras ia keluarkan di ruangan minimalis bercat abu-abu itu. Napasnya memburu kian hebat. "Jangan gila Della. Jangan bersikap tak wajar seperti ini. Kamu istriku dan kita sudah menikah selama dua tahun. Tolong, jangan pernah mengatakan sesuatu yang tak masuk akal seperti ini. Aku capek!"

"Kamu yang gila Arkan, semua ini gak benar," satu isakkan lolos begitu saja yang membuat ia mengusap pipinya yang terasa memanas. Semakin sulit untu Della mencerna segalanya, semakin rumit hal yang mulai merasuki ruang hidupnya.

Arkan bergeming, tangisan Della tak sempat ia usap, termenung ia beberapa saat lalu mulai beranjak dari sana, sebelum jemari itu memegang gagang pintu Della kembali berteriak.

"Aku tak mencintai kamu Arkan."

Langkahnya terhenti. Dalam tegak tak berbalik ia menerima hujaman perih dari ucapan Della. Dua tahun mereka menjalani pernikahan yang bahagia baru kali ini Arkan mendengar teriakan tak mencintai dari istri yang selama ini memberinya cinta.

Prak..

Getaran kuat mulai tampak saat tangannya menghempas foto pernikahan di atas nakas yang sekarang telah berserak di lantai. Berbalik Arkan memandangi Della sembari menatapnya.

"Tak mencintai kamu bilang? Selama ini kamu tertawa denganku. Bersikap manja dan begitu sangat lembut kamu bilang tak mencintai? Della, kita menikah bukan karena paksaan, kamu mencintaiku begitupun sebaliknya."

"Di mana pikiran kamu Della, bagaimana bisa kamu mengatakan tak cinta secara tiba-tiba seperti ini?"

"Bukankah dulu kamu pernah bilang bahwa aku mencintai Azka? Kamu sendiri yang memohon agar aku bisa mencintaimu. Ke mana perginya kata-kata itu Arkan?"

Tatapan Arkan membuat bulu kuduk Della meremang, saat ia melangkah pelan demi pelan semakin mengusik ketenangan jiwanya, hembusan sejuk tiba-tiba saja datang, bahkan semakin mendekat bola mata hitam dari Arkan mulai berubah merah. Lalu, tersenyum cukup licik.

"Della."

Tersadar ia untuk yang kesekian kali, namun Arkan masih berdiri di sana, celinguk Della mencari namun orang yang semakin mendekat ke arahnya tadi menghilang.

"Ganti pakaianmu Della dan ikut turun ke bawah. Kamu harus bekerja."

Della terdiam, ia tak bersuara dan masih mencerna apa yang baru saja ia lihat, Arkan dengan kilatan tajam tadi mengusik dirinya.

"HAHA."

"Siapa?"

"DELLA. SEDIKIT LAGI KAMU AKAN BERHASIL."

Della menelan air liurnya susah payah. Bangun perlahan lalu mengelilingi ruangan dan mencari sumber suara. Bagaimanapun berusaha, ia tak mendapatkan wujud. Della tak menemukan siapapun.

"Siapa kalian? Apa tujuan kalian? KELUAR! KELUAR SEKARANG JUGA DAN TEMUI GUE!"

"JANGAN JADI PENGECUT SIALAN! KEMBALIKAN GUE KE RUMAH, KEMBALIKAN GUE!"

"MAKA DARI ITU, BEKERJALAH SUNGGUH-SUNGGUH MAKA KAMU AKAN MENJADI PEMENANGNYA. SEMANGAT DELLA. KAMI SELALU MENEMANIMU DARI SINI."

A N N A D E L L A

ANNADELLA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang