🌿BC-33

10.6K 2.7K 1.5K
                                    

Hari ini adalah hari dimana sidang mengenai kasus Mila akan di kupas tuntas. Dan hari ini pula babak penentuan antara bebas atau mendekam di penjara.

Wajah Mila tampak murung, bukan murung karena teman-temannya yang belum datang membawa sang bapak, tapi murung sebab sudah delapan hari ini Husein tak lagi datang kemari.

Ia tak tahu apa penyebabnya. Setelah minta izin yang tak di lanjutkan izin untuk apa, laki-laki itu segera pergi berpamitan tanpa berniat untuk menjelaskan izinnya yang belum di selesaikan.

Pina menepuk pundak Mila. "Udah lah, gak usah banyak mikir. Paling suami lo juga lagi sibuk, makanya gak sempat kesini. Kasian anak lo," tuturnya sembari melirik perut datar Mila.

Wanita itu mendengus, kenapa orang-orang ini selalu berpikir kalau ada janin yang bersemayam di dalam rahimnya. Padahal Mila tak merasa begitu. "Udah di bilang gue gak hamil, Mbak."

"Emang tau dari mana kalau lo gak hamil?" tanya Pina.

Bukannya menjawab, Mila justru balik bertanya. "Emang Mbak tau dari mana kalau gue hamil?"

"Dasar bodoh!" desis wanita tiga puluh dua tahun ini. "Anak gue udah satu. Dan gue juga pernah hamil, jadi gue tau ciri-cirinya gimana."

Mila berdecak. "Ckk, entah lah. Gue males mikir."

"Harusnya lo seneng, kemungkinan besar kalau bapak lo ketemu, lo akan bebas dari penjara," katanya.

Beberapa jam kemudian, Mila di dudukkan di depan hakim. Bayu meminta izin untuk berbicara dengan Mila sejenak. Ia tampak tergesah. "Mil!"

Mila melirik Bayu dengan malas. "Kenapa Bay?"

Bayu mengatur napas sejenak. "Kacau Mil! Kacau!"

Dahi Mila berkerut. "Ada masalah?"

"Bapak lo kabur."

Deg!

Sudah pikiran kacau, kini jadi semakin kacau tatkaa mendengar tiga kalimat yang terlontar dari mulut Bayu.

"Bayy..., lo serius?"

"Lo jangan panik, apapun masalahnya, meski sulit pasti nemu jalan keluar. Guntur dan yang lain masih berusaha cari, sampai ketemu," bisik Bayu.

Teman-teman kedua orang ini memang tengah berada di perjalanan dari Bali ke polres Banyuwangi. Tentunya dengan membawa tawanan yang berhasil di sandra sejak satu hari lalu, siapa lagi kalau bukan Sadil.

Tak lama dari itu Bayu menghampiri hakim, meminta izin untuk mengundur waktu. Untuk lima belas menit mereka memberi izin. Namun tidak dengan menit selanjutnya.

Lima belas menit berlalu, akan tetapi Bayu tak kunjung datang. Mila pasrah, jika memang dirinya harus mendekam di dalam sel.

Kepala wanita itu celingukan, orang yang di tunggu-tunggu selama delapan hari terakhir tak ada memunculkan batang hidung. "Gue salah apa Sein? Lo kayak gak peduli banget sama gue. Gak ada di sisi gue."

"Apa lo mau liat gue mendekam di penjara?"

Waktu telah habis, ada atau tidak ada Bayu yang menjanjikan si pelaku, sidang harus segera dilaksanakan.

Suara si hakim mulai terdengar, mengawali kalimat. Jantung Mila berdebar. Tampak mereka tengah berdebat, dan perdebatan itu semakin membuat kepala Mila pening. Pertanyaan demi pertanyaan di lontarkan untuknya. Ia menjawab sesuai apa yang ia lakukan. Mila tak mau membual karena memang ia tak mencuri berlian tersebut.

"Baiklah, dari pihak kepolisian setelah di sediki Nona Dea Karamila memang belum sepenuhnya menjadi pelaku. Tidak ada sidik jari Nona Dea pada berlian, akan tetapi bukti itu saja belum cukup kuat untuk membebaskan jeratan Nona Dea. Sembari menunggu pihak Sumanto siuman dari komanya, maka dari itu, sidang akan di lanjutkan pada babak berikutnya."

Banana CintaWhere stories live. Discover now